Aparat memperingatkan masyarakat yang ikut serta dalam peringatan itu akan menghadapi hukuman penjara maksimal selama lima tahun. Peringatan tetap digelar di sejumlah negara.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
HONG KONG, SABTU — Otoritas Hong Kong berusaha keras menghentikan semua kegiatan publik untuk memperingati 33 tahun Tragedi Tiananmen, Sabtu (4/6/2022). Selama bertahun-tahun Hong Kong menjadi salah satu wilayah yang menggelar peringatan besar-besaran tragedi tersebut, sampai dua tahun lalu saat China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional.
Aparat memperingatkan masyarakat yang ikut serta dalam peringatan itu akan menghadapi hukuman penjara maksimal selama lima tahun. Mereka juga menutup sebagian besar Victoria Park, salah satu lokasi yang selalu penuh dengan ribuan orang yang menghadiri upacara penyalaan lilin setiap 4 Juni. Lapangan sepak bola dan basket yang biasanya penuh saat akhir pekan terlihat kosong, berganti dengan pemandangan ratusan polisi yang berpatroli bersama anjing pelacak.
Pada 4 Juni 1989, Beijing mengirim pasukan untuk membubarkan protes damai yang menuntut perubahan politik dan pemberantasan korupsi. Diperkirakan ratusan, bahkan ada yang menyebut ribuan, orang tewas dalam peristiwa itu. Di China, segala bentuk pembahasan tentang insiden tersebut dilarang.
Polisi dalam jumlah besar terlihat di distrik pertokoan Causeway Bay. Mereka menghentikan dan memeriksa beberapa orang di sekitar tempat itu. ”Polisi memperingatkan saya untuk tidak melakukan apa pun yang bisa membuat orang berkumpul. Tetapi, orang-orang itu akan bekerja dan saya hanya lewat membawa bunga krisan putih,” kata pria bernama Lau.
Awal pekan ini, pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan, acara apa pun untuk memperingati para korban tewas dalam peristiwa Lapangan Tiananmen akan dijerat dengan UU Keamanan Nasional. Tahun lalu, penyelenggara acara peringatan, Aliansi Pendukung Gerakan Demokratik Patriotik China, dibubarkan setelah para pemimpinnya ditangkap dengan alasan melanggar UU Keamanan Nasional.
Selama tiga tahun terakhir, otoritas Hong Kong menggunakan alasan pandemi Covid-19 untuk meniadakan perkumpulan besar guna memperingati Tragedi Tiananmen. Pernyataan pemerintah pada Jumat menyebutkan, Victoria Park ditutup karena bisa digunakan untuk aktivitas ilegal dan demi mengurangi penyebaran Covid-19. Kepolisian memperingatkan, orang-orang yang berkumpul di tempat itu ”pada saat bersamaan dengan tujuan mengungkapkan suatu pandangan” akan dianggap perkumpulan ilegal.
Acara peringatan di Makau tahun ini juga dibatalkan. Sama seperti Hong Kong, Makau selama bertahun-tahun juga menggelar peringatan Tragedi Tiananmen.
”Semua orang diam karena mereka takut ditangkap,” kata warga Hong Kong, Victor.
Seorang warga lain mengatakan kepada kantor berita AFP, dia akan menyalakan lilin di rumah sebagai ganti peringatan di Victoria Park. Dia juga akan berjalan keliling kota mengenakan kaus bertuliskan 4 Juni sebagai cara ”halus” untuk mengenang Tragedi Tiananmen.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah institusi memindahkan patung atau karya seni yang menandai Tragedi Tiananmen demi mematuhi UU Keamanan Nasional. Pada Desember 2021, patung ”Pillar of Shame” yang menggambarkan tubuh-tubuh terluka dan terpuntir sebagai simbol para korban diturunkan dari halaman University of Hong Kong. Sehari kemudian, dua universitas lain memindahkan monumen terkait tragedi dengan alasan serupa.
Meski demikian, sejumlah konsul jenderal negara Barat di Hong Kong mengunggah penghormatan memperingati Tragedi Tiananmen di media sosial meski telah diperingatkan Kementerian Luar Negeri Hong Kong agar tidak melakukannya. Menlu AS Antony Blinken, Sabtu, merilis pernyataan berisi janji akan terus menghormati dan mengenang para korban yang membela hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Juru bicara Kemenlu Hong Kong menyatakan menolak dan mengecam keras pernyataan Blinken.
Peringatan tragedi Tiananmen secara global tetap digelar, seperti dilakukan Amnesty International yang menyelenggarakan penyalaan lilin di 20 kota guna menuntut keadilan dan menunjukkan solidaritas bagi Hong Kong. Peringatan juga diselenggarakan di Taiwan.
Kementerian Luar Negeri Taiwan di laman Facebook mengatakan, di masa peringatan seperti ini, banyak yang tidak bisa dikatakan, ditulis, dan dicari di internet tentang tragedi tersebut. ”Kami berharap tidak ada lagi individu yang berkorban. Kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia menjadi bahasa bersama,” sebut unggahan itu.
Connie Liu, pekerja rumah sakit yang meninggalkan Hong Kong setahun lalu, turut memperingati Tragedi Tiananmen di Taipei. ”Kami datang karena ini satu-satunya tempat kami bisa hadir bersama-sama untuk mengenang. Saya di sini atas nama seluruh teman saya di Hong Kong yang tidak bisa hadir,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS)