Biden Desak Kongres Larang Penggunaan Senjata Serbu
Presiden Joe Biden meminta agar Kongres bertindak cepat untuk mencegah berulangnya kekerasan senjata di AS. Produsen senjata pun harus dievaluasi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendesak Kongres untuk membuat kebijakan pengetatan kepemilikan senjata serbu seiring penembakan beruntun di sejumlah tempat beberapa minggu belakangan. Ia juga meminta para senator untuk bertindak cepat melihat polemik tersebut.
Hal itu ia sampaikan dalam pidato dari Gedung Putih di Washington DC pada Kamis (2/6/2022) malam waktu setempat. Ia berpidato setelah rangkaian kejadian penembakan yang menewaskan puluhan orang.
”Jika tidak bisa melarang penggunaan senjata serbu, kita harus menaikkan batas umur pembelian senjata itu dari 18 tahun menjadi 21 tahun,” kata Biden.
Sebelumnya, penembakan terjadi di dua tempat di Amerika Serikat. Di Texas, Salvador Ramos (18) menggunakan senapan semiotomatis jenis AR-15 di Sekolah Dasar Robb, Uvalde, Texas. Sebanyak 19 siswa dan dua guru di sekolah itu tewas akibat penembakan oleh Ramos pada 25 Mei 2022.
Orangtua Ramos mengatakan bahwa anaknya bukan orang jahat. Namun, teman-temannya menilai Ramos sebagai anak yang aneh.
Seminggu setelah itu, penembakan kembali terjadi di Rumah Sakit St Francis, Tulsa, Oklahoma, yang dilakukan Michael Louis (45) asal Muskogee, Oklahoma. Lima orang tewas dalam kejadian itu termasuk Louis. Ia juga menggunakan senapan semiotomatis jenis AR-15.
Kepala Polisi Tulsa Wendell Franklin mengungkapkan, Louis membunuh dokter ahli bedahnya sendiri, Dr Preston Phillips, karena tak tahan atas rasa sakit yang berlanjut pascaoperasi punggung beberapa hari sebelum penembakan. Louis memang menargetkan dokternya itu dan dengan sengaja menembak tiga orang lain setelah menembak Phillips.
”Sudah saatnya para senator mengambil langkah cepat,” ujar Biden menyambung pidatonya.
Biden juga mendesak agar dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap produsen senjata api dan dilihat lagi undang-undang bendera merah yang mengatur soal kepemilikan senjata. Ia juga menginginkan agar Kongres mencabut kebijakan yang melindungi produsen senjata api dari tanggung jawab hukum jika senjata mereka digunakan dalam kekerasan.
Polemik penembakan di AS kian masif. Penembakan yang terjadi di Tulsa merupakan kejadian ke-233 di AS. Pada 2020 ada 24.292 kematian bunuh diri dengan senjata. Sebanyak 19.381 orang tewas oleh ulah penembak.
Menurut Paw Research Center, 54 persen kematian di AS akibat tindakan bunuh diri dengan senjata. Sebanyak 43 persen kematian terkait senjata karena penembakan.
Bukan tanpa alasan Biden ingin membatasi kepemilikan dan penggunaan senjata api di negaranya. Sebab, semua kategori kematian akibat senjata berkorelasi dengan kemudahan kepemilikan senjata. (Kompas, Sabtu, 28 Mei 2022).
Biden mengungkapkan, masalah yang mereka hadapi berupa kesadaran dan akal sehat. ”Ada terlalu banyak sekolah lain, terlalu banyak tempat di hari lain, yang telah menjadi ladang pembunuhan atau medan perang di sini, di Amerika,” ujarnya. (AP/REUTERS)