Angin perubahan terus berhembus di Arab Saudi, Negeri Penjaga Tanah Suci. Satu dekade lalu, menjadi montir bagi perempuan adalah hal yang tabu. Kini, Anda mungkin harus membiasakan diri melihatnya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Saat semua orang di Petromin Express tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tiba-tba seorang lelaki tua datang ke bengkel sambil berteriak, memerintahkan semua perempuan yang ada di bengkel keluar. Lelaki itu, dengan nada tinggi, memerintahkan semua perempuan yang ada di bengkel tidak mendekati mobilnya, yang tengah diperiksa di bengkel tersebut.
Ghada Ahmad sempat gemetar ketika mendengar teriakan itu. Tetapi, beruntung tidak ada yang mengalami benturan fisik dengan lelaki tua itu.
“Ini adalah sesuatu yang baru bagi mereka, setelah bertahun-tahun hanya melihat laki-laki di bengkel, kini datang perempuan (bekerja di bengkel sebagai montir),” kenang Ahmad, yang masih mengenakan seragam mantel panjang biru. Sarung tangan putih yang dikenakannya juga masih berlumuran minyak.
Dirinya bisa memaklumi hal ini. “Awalnya biasa untuk tidak memercayai kami karena saya perempuan. Dia tidak percaya hasil kerja saya (sebagai montir) karena saya perempuan,” katanya.
Kejadian itu membekas dalam benaknya. Meski terus belajar dan mengembangkan diri, ada saatnya dia bertanya kepada dirinya sendiri apakah perempuan memang bisa bekerja di bengkel. Apalagi di awal-awal bekerja, dia bertemu dan menggunakan peralatan bengkel yang tidak dikenalnya sama sekali. Bahkan membuat tangannya terluka.
Ahmad dan beberapa rekan perempuannya dididik hal-hal dasar hingga ke yang lebih maju, mulai dari memeriksa tekanan angin pada ban, memeriksa kekentalan oli, hingga mengganti oli dan mengganti ban. Yang terakhir ini cukup melelahkan karena harus menggunakan kekuatan fisik.
Dalam benaknya sempat terbersit pikiran bahwa perkataan lelaki tua itu ada benarnya. “Dulu, saya pulang dengan tangan bengkak, menangis dan berkata: 'Pekerjaan ini bukan untuk saya. Sepertinya kata-kata mereka benar," kenangnya.
Namun, seiring meningkatnya pengetahuan dan keterampilannya, kepercayaan para pelanggan mulai meningkat. Tidak jarang, Ahmad mendapat suntikan semangat dari para pelanggan bengkel yang mayoritas adalah laki-laki.
Bahkan, seorang pelanggan laki-laki mendatanginya dan berkata : “Saya sangat bangga dengan Anda. Anda menghormati kami. Anda adalah mahkota di kepala kami.”
Visi 2030
Keberadaan Ahmad dan kolega perempuannya di bengkel adalah bagian dari perluasan hak perempuan yang tengah dicoba oleh Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Perubahan itu merupakan salah satu inti agenda Visi 2030 Arab Saudi. Perubahan ini mulai dicoba empat tahun lalu, ketika kerajaan memutuskan mengakhiri larangan mengemudi bagi kaum perempuan.
Arab Saudi, Negeri Penjaga Tanah Suci, juga telah melonggarkan apa yang disebut perwalian – sebuah kewenangan yang dimiliki laki-laki atas kerabat perempuan.
Akan tetapi, pelonggaran aturan perwalian bukan berarti perempuan sepenuhnya memiliki hak atas hidup dan dirinya. Ola Flimban (44), ibu dari empat orang anak, mengatakan dirinya harus berdiskusi dan meminta izin pada sang suami sebelum melamar kerja di bengkel Petromin Express.
Beruntung, sang suami, Rafat Flimban, setuju dan mendukung keinginannya. Bahkan Rafat membantu sang istri bersiap untuk wawancara dengan mengajarinya nama-nama suku cadang kendaraan. Rafat bangga dengan kemampuans sang istri.
"Sekarang dia punya pengalaman di berbagai jenis mobil, cara ganti oli, cara memeriksa mobil. Dia bahkan memeriksa mobil saya," katanya.
Dukungan di rumah telah memudahkan Ola untuk menangani pelanggan yang skeptis. Dia sering mendapatkan pertanyaan bagaimana dirinya bisa bekerja di bengkel dan bagaimana kaum perempuan bisa jatuh cinta dengan otomotif. "Itu adalah pertanyaan yang paling umum,” kata Ola.
Mechaal (20), salah satu pelanggan bengkel, datang mengendarai sedan miliknya dan terkejut ketika mengetahui Ola yang akan menangani mobilnya.
"Jika mereka ada di sini, itu berarti mereka terlatih. Dan mungkin mereka lebih memahami mobil saya daripada saya,” ujar Mechaal.
Wakil Presiden Petromin Tariq Javed mengatakan perusahaannya yakin bahwa inisiatif ini akan mendorong lebih banyak perempuan untuk bergabung dengan industri otomotif di semua tahapan. Perusahaan ini melatih perempuan montir dengan pengetahuan di banyak hal, mulai dari oli, baterai, ban, pendingin ruangan dan berbagai hal yang berhubungan dengan perawatan kendaraan.
Inisatif Petromin menarik, terutama bagi para pengemudi perempuan di berbagai kota di Arab Saudi, yang mulai bermunculan.
"Kami membuat para gadis merasa santai saat kami memeriksa mobil mereka," kata Angham Jeddawi (30) yang telah bekerja di bengkel itu selama enam bulan.
Menurutnya, beberapa perempuan muda seringkali malu ketika berhadapan dengan laki-laki montir yang ditemuinya di bengkel-bengkel pada umumnya. Mereka, kata Angham, tidak tahu cara berbicara dengan para montir itu dan tidak tahu hal apa yang dibutuhkannya. “Tapi dengan kami mereka bebas berbicara banyak,” ujarnya.
Bagi Jeddawi, pekerjaan itu telah memenuhi tujuan seumur hidup yang pernah dia anggap mustahil, yaitu bekerja di bidang otomotif.
“Impian saya masuk ke bidang otomotif. Tapi, untuk perempuan Saudi, bidang ini tidak tersedia. Saat ada kesempatan, saya langsung melamar,” katanya.
Pengetahuan yang diperolehnya telah mendorongnya untuk menempuh jalan itu sendiri. Jeddawi juga telah belajar untuk tes mengemudi dan berharap memiliki surat izin mengemudi dalam waktu satu bulan.
Jeddawi juga merasa ada keuntungan lain bekerja di bengkel. “Jika saya menghadapi masalah di tengah jalan, sekarang saya tahu bagaimana harus bereaksi,” ujarnya. (AFP)