70 Tahun Ratu Elizabeth II Bertakhta dan Relevansi Keluarga Kerajaan Inggris
Ratu Elizabeth II sudah tujuh dekade bertakhta. Di tengah kemeriahan, ternyata sebagian warga Inggris ingin melangkah keluar dari sistem monarki konstitusional.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
LONDON, KAMIS — Kerajaan Inggris memulai perayaan Platinum Jubilee pada Kamis (2/6/2022). Ini adalah ajang peringatan 70 tahun Ratu Elizabeth II menduduki takhta negara ”Albion”. Di tengah-tengah berbagai pesta dan sukacita, turut muncul pertanyaan: apakah bentuk monarki dan keluarga kerajaan masih relevan dan bisa menjawab kebutuhan Inggris ataupun publik global di masa depan.
Acara perayaan Platinum Jubilee berlangsung selama empat hari. Acara tersebut dimulai dengan parade militer di London atau dikenal dengan istilah Trooping of Colour. Setelah itu, ada juga acara doa bersama di Katedral Saint Paul dan konser musik di depan Istana Buckingham pada Sabtu yang, antara lain, menampilkan Sir Elton John, Craig David, Ed Sheeran, dan Alicia Keys.
Di luar acara yang diselenggarakan oleh pihak kerajaan, juga ada 16.000 acara lepas yang merupakan inisiatif masyarakat di seantero Inggris. Tidak hanya masyarakat Inggris yang merayakan. Para penggemar keluarga Kerajaan Inggris dari Kanada, Amerika Serikat, dan Australia juga datang.
Mereka rela berdiri berjam-jam demi melihat parade dan kereta kencana kerajaan melintas. Semua anak dan cucu Elizabeth dikabarkan lengkap menghadiri perayaan. Bahkan, Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle, yang hijrah ke Amerika Serikat juga mudik demi acara ini.
”Terlepas suka atau tidak dengan keluarga kerajaan, acara Jubilee ini unik dan sangat khas Inggris sehingga menarik minat wisatawan. Apalagi, sejak pandemi Covid-19 kita semua merindukan hiburan dan bisa kumpul-kumpul,” kata Adele Mouter (36), seorang pengelola bar, kepada media NBC.
Seperti dilansir harian The Independent, Pemerintah Inggris melalui Kementerian Keuangan menyisihkan anggaran sebesar 28 juta pound sterling khusus untuk acara Platinum Jubilee. Lembaga National Lottery juga turut menyumbang 22 juta pound yang digunakan tidak hanya untuk berbagai parade, tetapi juga membiayai berbagai komunitas.
Di pelosok Inggris, kelompok-kelompok penampil ataupun organisasi masyarakat diberi anggaran yang mencapai 50.000 pound untuk membuat acara sendiri. Wujudnya bisa berupa berbagai atraksi penampilan ataupun proyek-proyek berbasis komunitas.
Terlama
Ratu Elizabeth kini berusia 96 tahun. Ia mulai bertakhta sejak tahun 1952 dan merupakan satu-satunya simbol negara yang menduduki posisi itu selama tujuh dekade. Selama Elizabeth bertakhta, ada 14 perdana menteri yang silih berganti memimpin Inggris.
”Beliau selalu tenang dan tegas. Ini yang menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalankan negara, bahkan di masa tersulit sekalipun,” kata Perdana Menteri Inggris periode 1990-1997 John Major kepada BBC.
Ucapan selamat turut diutarakan oleh para kepala negara sahabat, antara lain Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus dari Vatikan dan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Menurut Macron, Inggris selalu menjadi sahabat terdekat Perancis dan salah satu jangkar persahabatan itu ialah Ratu Elizabeth.
”Sudah dibuktikan sejak Anda menyambut Jendral Charles de Gaulle dengan tangan terbuka bahwa Inggris selalu bersama Perancis,” ujar Macron. De Gaulle adalah pemimpin perjuangan Perancis melawan Nazi Jerman. Ia mengungsi ke Inggris pada 18 Juni 1940 ketika Paris jatuh ke tangan Nazi. Selama empat tahun berikutnya, De Gaulle merencanakan dan memimpin perlawanan rakyat Perancis dari Inggris.
Syukur dan terima kasih
Elizabeth dalam pidato sambutannya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada masyarakat Inggris. Ia berharap 70 tahun ini bisa memberi refleksi mengenai capaian dan tantangan yang dialami negara tersebut. Refleksi itu hendaknya bisa menjadi landasan perencanaan Inggris di hari esok.
Masyarakat Inggris dihadapkan pada kenyataan bahwa ratu mereka tidak lama lagi akan turun takhta. Keadaan kesehatan Elizabeth membuat ia tidak bisa lagi mengikuti berbagai kegiatan kerajaan. Ia pernah tertular Covid-19 pada Februari.
Walaupun disukai rakyat, anggota keluarga Elizabeth rupanya tidak populer. Masyarakat pesimistis putra sulung Elizabeth, Charles, bisa menjadi raja dengan wibawa dan kharisma seperti ibunya. Bulan lalu, Charles menggantikan Elizabeth berpidato di hadapan parlemen mengenai kesejahteraan bangsa. Tanggapan rakyat justru negatif dan banyak yang mengejek penampilan Charles sebagai hanya menghafal teks dan tidak memahami konteks ucapan sendiri.
Apalagi, keluarga kerajaan banyak terlibat skandal. Ada wawancara Harry dan Meghan dengan pemandu acara AS, Oprah Winfrey. Meghan mengatakan bahwa keluarga kerajaan bersikap rasis terhadap dirinya. Ini yang membuat Meghan tidak betah di Inggris dan meminta kepada Harry agar mereka bisa pindah ke AS.
Skandal terbesar ialah keterlibatan putra ketiga Elizabeth, Andrew, dengan Jeffrey Epstein yang merupakan pengusaha sekaligus muncikari papan atas. Andrew terbukti melakukan pelecehan seksual kepada sejumlah perempuan, termasuk remaja di bawah umur. Ia dibebastugaskan dari jabatan kerajaan dan militer Inggris serta segera menghadapi persidangan di AS.
Pada 2021, lembaga survey YouGov melakukan jajak pendapat dengan warga negara Inggris berusia 18-24 tahun. Terungkap bahwa 41 persen di antara mereka menganggap keluarga kerajaan dan sistem monarki sudah ketinggalan zaman serta tidak relevan. Mereka menginginkan satu kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang dipilih langsung oleh rakyat. (AP)