AS akan mengirimkan sistem rudal Himars ke Ukraina. Sistem persenjataan baru ini diharapkan bisa ”mengubah permainan”. Namun, sejumlah pengamat meragukannya.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Amerika Serikat akan mengirimkan mobil peluncur multiroket lapis baja yang disebut High Mobility Artillery Rocket System (Himars) ke Ukraina. Meski sistem persenjataan ini termasuk canggih, sejumlah kalangan ragu Ukraina akan bisa ”mengubah permainan” karena terbatasnya jumlah yang akan dikirimkan AS diragukan bisa menandingi kekuatan militer Rusia. Sebenarnya Ukraina dan Rusia sudah sama-sama mengoperasikan sistem peluncur multiroket. Namun, Himars mempunyai jangkauan dan presisi yang lebih baik.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden di harian The New York Times menuliskan, penggunaan roket yang canggih akan membuat Ukraina bisa menyerang sasaran-sasaran penting dengan lebih tepat. Hanya saja, AS juga akan membatasi jangkauan rudal yang diberikan kepada Ukraina agar tak sampai masuk terlalu dalam ke wilayah Rusia. ”Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang bisa menyerang Rusia,” ujarnya, Senin lalu.
Sistem persenjataan M142 Himars atau Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi merupakan unit bergerak yang sudah lebih modern, lebih ringan, dan lebih gesit dari M270 MLRS yang dikembangkan pada 1970-an untuk pasukan AS dan sekutu.
Himars akan memberikan Ukraina kemampuan menyerang hingga sejauh 80 kilometer. Sistem senjata ini membawa satu pod berisi enam peluru kendali 227 mm (M270 membawa dua pod), atau satu pod besar yang diisi dengan rudal taktis ATACMS.
Himars mampu mengeluarkan pod bekas dan langsung memuat yang baru dalam hitungan menit tanpa bantuan kendaraan lain. Militer AS sudah memiliki unit Himars di Eropa. Negara-negara sekutu dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yakni Polandia dan Romania, juga sudah memiliki Himars. MLRS AS akan memberikan pasukan Ukraina kemampuan untuk menyerang lebih jauh di belakang garis depan Rusia dan dari jarak yang lebih aman dari serangan persenjataan jarak jauh Rusia.
Rudal berpemandu sistem penentuan lokasi global atau GPS yang ditembakkan Himars memiliki jangkauan sekitar dua kali lipat dari howitzer M777 yang baru-baru ini dipasok AS ke Ukraina. Dengan daya jangkau lebih jauh, Himars bisa menyerang depot pasokan Rusia. Padahal, pasukan Rusia kabarnya tengah mengalami masalah logistik. AS tidak akan memasok Ukraina dengan ATACMS yang memiliki jangkauan hingga 300 kilometer.
Sejumlah analis menilai Himars akan menjadi ”pengubah permainan” dalam perang di Ukraina. Namun, ada juga yang mengatakan Himars tidak akan bisa membalikkan keadaan dalam waktu cepat.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, AS penuh pertimbangan dalam membantu Ukraina yang justru akan memprovokasi Rusia berperang di luar perbatasan Ukraina. AS tidak terang-terangan mendukung serangan Ukraina di dalam wilayah Rusia.
Ukraina berkali-kali menggunakan roket, pesawat tanpa awak, dan helikopternya sendiri untuk mencapai target jarak pendek Rusia di Oblast Kursk dan Belgorod. Jika AS menyediakan ATACMS untuk digunakan di Himars oleh Ukraina, secara teori Ukraina akan mampu menyerang pusat kota dan pangkalan militer utama Rusia, termasuk bandara.
AS khawatir jika persenjataannya digunakan di wilayah Rusia. Sebab, hal itu akan membuat Washington berhadapan langsung dalam perang melawan Rusia. Untuk itu, Ukraina sudah memberikan jaminan tidak akan menggunakan senjata ini di dalam wilayah Rusia. ”Persenjataan ini akan dipakai Ukraina untuk melawan dan mengusir Rusia, tetapi tidak akan digunakan menyasar target yang ada di wilayah Rusia,” kata seorang pejabat militer AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengakui segala persenjataan yang dikirimkan oleh AS dan negara-negara lain sangat membantu Ukraina melawan Rusia. Apalagi, bantuan persenjataan sistem roket bergerak terbaru dari AS senilai 700 juta dollar AS. Paket bantuan itu termasuk amunisi, radar anti-serangan, radar pemantau udara, rudal anti-tank Javelin, dan persenjataan lainnya.
Bantuan senjata bagi Ukraina itu termasuk dalam paket bantuan yang anggarannya disetujui AS senilai 40 miliar dollar AS. Sejak awal invasi Rusia, pemerintahan Biden sudah mengirimkan bantuan senilai total 4,5 miliar dollar AS ke Ukraina, mayoritas bantuan militer.
Nuklir Rusia
Tak lama setelah AS mengumumkan paket bantuan militer bagi Ukraina, Rusia menggelar latihan militer di Provinsi Ivanovo. Kantor berita Rusia, Interfax, menyebutkan, sedikitnya 1.000 tentara berlatih menggunakan 100 kendaraan militer, termasuk peluncur rudal balistik antarbenua, Yars.
Pada saat yang sama, pasukan Rusia kini telah menguasai sebagian besar wilayah di kota industri Sievierodonetsk di Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas. Gubernur Sievierodonetsk Serhiy Gaidai mengatakan, hampir semua infrastruktur penting di Sievierodonetsk sudah hancur dan 60 persen rumah dalam kondisi hancur tak bisa diperbaiki.
Proses pengiriman bantuan dan evakuasi warga tidak mungkin dilakukan karena serangan Rusia yang gencar. Kemenangan Rusia di Sievierodonetsk dan Lysychansk di seberang Sungai Siverskyi Donets akan membuat Rusia memegang kendali penuh Luhansk, satu dari dua provinsi di Ukraina timur yang diakui kemerdekaannya oleh Moskwa.
Pemimpin Republik Rakyat Luhansk, kelompok separatis yang pro-Rusia, Leonid Pasechnik, mengklaim sudah menguasai sepertiga Sievierodonetsk. Gaidai memperingatkan rakyat Sievierodonetsk untuk tidak meninggalkan tempat perlindungan bom karena Rusia dikhawatirkan akan menyerang dari udara dan sasarannya tangki asam nitrat.
Sekretaris Jenderal Badan Bantuan Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland mengaku ngeri dengan kehancuran kota itu. Sedikitnya 12.000 warga sipil terjebak dalam baku tembak dan tidak memiliki akses yang cukup ke air bersih, makanan, obat-obatan atau listrik. ”Pengeboman yang tanpa henti memaksa warga sipil berlindung di tempat perlindungan bom dan ruang bawah tanah. Susah untuk mencoba menyelamatkan diri,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)