Kiribati Tak Tertarik Kerja Sama Pertahanan dengan China
Tak seperti Kepulauan Solomon, Kiribati tak mau bekerja sama dengan China di sektor pertahanan. Dengan Beijing, Kiribati ingin bekerja sama di sektor kelautan dan perikanan.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
WELLINGTON, JUMAT — Berbeda dengan Kepulauan Solomon, Pemerintah Kiribati tidak tertarik untuk bekerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan China. Fokus Kiribati lebih pada sektor kelautan dan perikanan, terutama kekayaan di Kawasan Konservasi Kepulauan Phoenix. Kawasan ini merupakan hamparan laut yang telah dinobatkan menjadi situs Warisan Dunia UNESCO.
Kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Kiribati diharapkan akan menghasilkan kerja sama dan kesepakatan terkait perikanan dan sektor kelautan. Selain itu, pertemuan tersebut juga akan membahas sektor perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan.
Wang tiba di Kiribati, Jumat (27/5/2022), setelah berkunjung ke Kepulauan Solomon. Menurut rencana, Wang Yi akan berkunjung ke delapan negara di Pasifik Selatan. Kiribati sebenarnya masih menutup perbatasannya karena pandemi Covid-19. Pemerintah Kiribati membuat pengecualian dengan mengizinkan Wang Yi dan 20 orang dalam delegasinya masuk ke Kiribati untuk berdiskusi tatap muka.
Pada November lalu, Presiden Kiribati Taneti Maamau mengumumkan pemerintah bertekad membuka zona laut yang dilindungi untuk penangkapan ikan sejak 2015. Sejak itu penangkapan ikan di negara tersebut mulai dilakukan secara berkelanjutan.
Pengamat keamanan di Universitas Massey, Selandia Baru, Anna Powles, memperkirakan akan ada sejumlah perjanjian bidang perikanan antara China dan Kiribati dari kunjungan Wang. China, yang sudah mendominasi penangkapan ikan di wilayah itu, kata Powles, menawarkan untuk meningkatkan landasan pacu bandara dan jalan pintas di Kepulauan Phoenix.
”Ini dikhawatirkan justru akan melenyapkan persediaan ikan, padahal sekarang saja persediaannya sudah menipis,” ujar Powles.
Selain stok ikan yang berkurang, Powles juga khawatir dengan adanya pangkalan untuk armada penangkapan ikan komersial China di Kiribati. China dikhawatirkan akan memanfaatkan pangkalan itu untuk kegiatan lain, seperti pengawasan.
Ada kabar pertemuan China-Kiribati itu juga akan membahas landasan terbang di Pulau Canton. Hanya saja, seorang pejabat Kiribati menyebutkan, isu tersebut tidak akan dibahas dalam pertemuan.
Meski ada kekhawatiran-kekhawatiran seperti itu, Presiden Maamau mengatakan, kunjungan kenegaraan tingkat tinggi ini merupakan tonggak penting bagi hubungan Kiribati dan China. Kunjungan ini akan memperkuat kemitraan dan kerja sama kedua negara setelah hubungan diplomatik dibuka kembali pada 2019.
Sejak mengalihkan pengakuan diplomatiknya dari Taiwan ke China pada 2019, Kiribati menyatakan akan membuka salah satu zona konservasi laut terbesar di dunia untuk penangkapan ikan, yakni Kawasan Lindung Kepulauan Phoenix. Luas kawasan ini mencapai 400.000 kilometer persegi.
Seorang anggota parlemen Kiribati juga pernah mengatakan pada tahun lalu bahwa mereka juga akan mempertimbangkan rencana China meningkatkan landasan udara bekas Perang Dunia II itu. Para pengkritik menilai, landasan udara itu akan memberikan China pijakan berjarak sekitar 3.000 kilometer dari Hawaii, Amerika Serikat.
Namun, Kiribati menegaskan, kawasan itu akan digunakan untuk pembangunan proyek nonmiliter dan hanya untuk meningkatkan sektor pariwisata.
Tolak China
Dalam rancangan dokumen yang diperoleh kantor berita The Associated Press disebutkan, Wang berharap untuk mencapai kesepakatan dengan 10 negara kepulauan di Pasifik selama kunjungan 10 hari ke kawasan itu. Perjanjian tersebut mencakup segala hal, mulai dari keamanan hingga perikanan, dan dianggap sebagai upaya China untuk merebut kendali atas wilayah itu. Wang berharap negara-negara itu akan mendukung perjanjian pratertulis sebagai bagian dari komunike bersama setelah pertemuan 30 Mei di Fiji.
Australia bergegas melawan upaya China dengan mengirimkan Menlu Penny Wong ke Fiji untuk menunjukkan dukungannya pada Pasifik. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, ia mengirim Wong ke Fiji karena Australia perlu ”meningkatkan” upayanya di Pasifik.
”Kami perlu menanggapi ini karena China berusaha meningkatkan pengaruhnya di kawasan dunia di mana Australia sudah menjadi mitra keamanan pilihan sejak Perang Dunia II,” ujarnya kepada Australian Broadcasting Corp (ABC).
Australia mendesak negara-negara Pasifik menolak upaya China untuk memperluas jangkauan keamanannya di seluruh wilayah Pasifik. Wong menyatakan, Australia prihatin dengan perjanjian keamanan China dan Kepulauan Solomon. ”Kami pikir pasti nanti akan ada konsekuensinya. Bagi kami, keamanan kawasan ini ditentukan oleh kawasan Pasifik sendiri dan secara historis itulah yang terjadi dan sudah berjalan baik,” ujarnya.
Wong juga menegaskan, Australia merupakan mitra yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Ini sudah ditunjukkan dengan bantuan pembangunan dari Australia ke negara-negara Pasifik selama ini. ”Kami ingin bekerja dengan Anda sesuai dengan prioritas Anda. Kami ingin bekerja sama sebagai bagian dari keluarga besar Pasifik,” ujarnya ketika berada di Fiji.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, selama beberapa tahun terakhir ini, pertukaran dan kerja sama antara China dan negara-negara kepulauan sudah berkembang pesat dan hal itu disambut baik oleh negara-negara Pasifik.
Di Fiji, Menlu Wong menyerahkan kepada masing-masing negara kepulauan untuk memutuskan kemitraan apa yang mereka inginkan, tetapi juga mendesak mereka untuk mempertimbangkan manfaat apa yang mereka dapatkan jika dari Australia saja. ”Australia akan menjadi mitra yang tidak terikat atau memaksakan beban keuangan yang tidak berkelanjutan. Kami adalah mitra yang tidak akan mengikis prioritas Pasifik,” kata Wang yang bertemu dengan Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama, Jumat.
Bulan lalu, China menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon dan ini mengejutkan banyak negara, terutama Australia, Amerika Serikat, Jepang, dan Selandia Baru. Pakta keamanan itu menimbulkan kekhawatiran China akan bisa mengirimkan pasukan ke wilayah tersebut atau bahkan membangun pangkalan militer. Padahal, lokasinya tak jauh dari Australia.
Namun, Kepulauan Solomon dan China menyatakan tidak berencana membangun pangkalan. Selama 10 hari kunjungannya ke Pasifik, Wang juga akan singgah ke Samoa, Tonga, Vanuatu, Papua Niugini, dan Timor Leste. (REUTERS/AFP/AP)