Lagi, Biden Ancam China Soal Taiwan
Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika China menyerang Taiwan. Ancaman serupa disampaikan pada Agustus dan Oktober 2021.
TOKYO, SENIN – Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan akan menggunakan kekuatan militer jika China menyerang Taiwan. Pernyataan ini langsung dibalas Beijing dengan tegas.
Pernyataan Biden disampaikan saat menjawab pertanyaan wartawan pada konferensi pers bersama Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di Tokyo, Jepang, Senin (23/5/2022).
”Singkat saja. Anda tidak ingin terlibat (langsung) dalam konflik militer di Ukraina untuk sejumlah alasan yang jelas. Apakah anda mau terlibat secara militer untuk mempertahankan Taiwan jika itu (konflik militer dengan China) terjadi,” tanya seorang wartawan kepada Biden.
”Ya,” jawab Biden. Wartawan itu lantas menegaskan kembali pertanyaannya. ”Benar demikian,” tanya dia lagi kepada Biden. ”Itu adalah komitmen yang kami buat,” jawab Biden.
Baca juga: AS Latih Pasukan Khusus Taiwan
Biden menambahkan, Amerika Serikat (AS) mengakui dan menandatangani kebijakan Satu China. ”Namun pemikiran bahwa ini (Taiwan) bisa diambil dengan kekuatan (oleh China) adalah tidak tepat. Langkah ini hanya akan menimbulkan gejolak di seluruh kawasan dan akan memunculkan aksi sebagaimana terjadi di Ukraina,” kata Biden.
Beberapa saat kemudian di Beijing, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menegaskan, Taiwan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari China. Lagi pula isu Taiwan merupakan masalah dalam negeri China dan terkait dengan kepentingan kedaulatan dan integritas wilayah China yang terpenting.
”China tak akan pernah kompromi soal ini. China dan seluruh rakyat akan selalu mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah kami,” ujarnya.
Baca juga: AS Berjanji Akan Mendampingi Taiwan Selamanya
Jawaban Biden soal Taiwan itu ternyata tidak diduga oleh para asistennya sekalipun. Ketika Biden memberikan jawaban soal Taiwan, beberapa asisten Biden tampak menunduk. Ada yang menggeser kursinya dengan gusar dan ada juga yang memperhatikan Biden dengan cermat.
Biden pernah membuat komentar serupa soal Taiwan pada Agustus dan Oktober 2021. Beberapa saat setelah Biden memberikan pernyataan pada Oktober, juru bicara Gedung Putih mengklarifikasi, Biden tidak sedang mengumumkan perubahan kebijakan AS terhadap China dan Taiwan. Belakangan, seorang pengamat menyebut komentar Biden itu ”salah”.
Meski tidak mewakili perubahan kebijakan AS, pensiunan kolonel Korps Marinir AS yang kini menjadi peneliti di Forum Jepang untuk Studi Strategis, Grant Newsham, berpendapat bahwa pernyataan Biden itu tetap harus ditanggapi dengan serius. ”Itu pernyataan yang jelas. AS tidak akan duduk diam jika China menyerang Taiwan,” ujar Newsham.
Dari sisi undang-undang, AS diwajibkan memberikan Taiwan sarana untuk membela diri. Namun, di sisi lain, sikap AS selama ini dinilai ambigu, apakah akan campur tangan secara militer untuk melindungi Taiwan atau tidak jika China betul-betul menyerang wilayah itu.
Seperti negara-negara lainnya, AS secara diplomatis mengakui kebijakan Satu China, tetapi di sisi lain juga tetap menjaga hubungan diplomatik dengan Taiwan. Kebijakan AS itu dinilai sengaja dibuat untuk menjaga agar China tidak menyerang Taiwan dan juga mencegah Taiwan agar tidak secara formal menyatakan kemerdekaannya dari China.
Baca juga: Ukraina Memanas, Taiwan Harap-harap Cemas
Taiwan terletak sekitar 177 kilometer dari lepas pantai China. Selama lebih dari 70 tahun, China dan Taiwan terpisah dan memiliki pemerintahan masing-masing. Partai Komunis China tetap mengklaim Taiwan sebagai bagian dari kedaulatan China meski tidak pernah secara resmi menguasai Taiwan.
Presiden China Xi Jinping berkali-kali menyatakan ”penyatuan kembali” China dan Taiwan tak dapat dihindari dan menolak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk ”merebut” Taiwan. Selama beberapa tahun terakhir, ketegangan antara China dan Taiwan meningkat. Militer China, misalnya, dilaporkan kerap mengirimkan pesawat tempurnya terbang mendekati Taiwan.
Selain memberikan pernyataan tentang Taiwan, Biden dalam keterangan pers di Tokyo juga mengeluarkan pernyataan keras soal Rusia. Biden berharap Presiden Rusia Vladimir Putin akan mendapatkan ganjaran setimpal karena sudah menginvasi Ukraina. ”AS berusaha memperkuat kebijakan mereka tetapi tanpa perlu memprovokasi China,” kata guru besar di Temple University Jepang, James Brown.
Selama berada di Tokyo untuk kepentingan bilateral dengan Jepang, Biden juga bertemu dengan pemimpin Jepang, India, dan Australia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Quad. Quad adalah kelompok keamanan informal yang dibentuk untuk membendung China yang kian berkembang di kawasan Indo-Pasifik.
Kishida menekankan kesiapan Tokyo memperkuat pertahanan untuk mengantisipasi dinamika kawasan. Ia memberi tahu Biden bahwa Jepang akan mempertimbangkan berbagai pilihan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya, termasuk kemampuan untuk membalas serangan.
”Itu akan meningkatkan anggaran pertahanan dalam jumlah yang cukup besar,” kata Kishida yang juga mengatakan Biden mendukung Jepang menjadi anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Jepang akan mempertimbangkan berbagai pilihan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya, termasuk kemampuan untuk membalas serangan.
Pensiunan Laksamana Pasukan Bela Diri Maritim dan mantan Komandan Armada Jepang, Yoji Koda, mengatakan, peran Jepang dalam konflik apa pun terkait Taiwan adalah membantu AS mempertahankan aset AS dan memastikan operasi AS berjalan lancar. ”Dari sisi itu, peran Jepang akan sangat menentukan,” ujarnya.
Namun, Kishida harus memperjuangkan penambahan anggaran militer terlebih dahulu di dalam negeri. Pertahanan dan keamanan menjadi tema sensitif bagi Jepang. Secara konstitusional, negara itu membatasi kemampuan militernya.
(REUTERS/AFP/LUK)