Hasil pemilu menentukan apakah perdana menteri petahana Scott Morrison, yang dijagokan Partai Konservatif, ataukah Anthony Albanese dari oposisi, yang akan memimpin Australia tiga tahun ke depan. Keduanya bersaing ketat.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
CANBERRA, SABTU — Australia menggelar pemilu parlemen, Sabtu (21/5/2022). Kubu konservatif koalisi Partai Liberal-Partai Nasional mendapat tantangan kuat dari kubu oposisi, Partai Buruh. Hasil pemilu menentukan Perdana Menteri Scott Morrison, kandidat petahana dari partai konservatif, ataukah Anthony Albanese dari oposisi, yang akan memimpin Australia tiga tahun ke depan.
Lebih dari 17 juta warga Australia terdaftar sebagai pemilih tetap dengan tingkat partisipasi secara kasar diperkirakan sekitar 90 persen. Memilih wajib bagi setiap warga negara yang sudah dewasa, mulai usia 18 tahun. Mereka yang tidak menggunakan hak pilih bisa didenda 20 dollar Australia (sekitar Rp 206.000). Pada pemilu sebelumnya, tingkat partisipasi cukup tinggi, yakni 92 persen pemilih terdaftar memberikan suara mereka.
Pengguna hak suara mulai mendatangi tempat pemungutan suara (TPS), yang pertama dibuka di pantai timur Australia pada pukul 08.00 waktu setempat. Warga yang tidak berada di TPS di mana dia terdaftar dapat memberikan suara di TPS mana pun. TPS dijadwalkan akan ditutup pada pukul 18.00 sesuai wilayah waktu setiap negara bagian Australia.
Akibat pandemi Covid-19, lebih dari 48 persen dari 17 juta pemilih telah menentukan pilihan lebih awal melalui sistem pemungutan suara elektronik atau mencoblos lewat surat suara yang diterima melalui pos. Mereka yang memilih alternatif kedua itu mengirimkan surat suara yang telah dicoblos mendapat melalui kantor pos.
Pemungutan suara awal dilakukan karena alasan perjalanan atau pekerjaan. Itu dimulai dua minggu lalu. Komisi Pemilihan Australia terus mengumpulkan suara pos selama dua minggu mendatang dan kemungkinan akan membuat molor penghitungan akhir. Pada Jumat (20/5/2022), pemerintah menetapkan orang yang baru saja terinfeksi Covid-19 untuk memilih melalui telepon.
Kubu konservatif, yakni koalisi partai yang kini berkuasa, berusaha keras untuk memenangi kembali Morrison untuk periode keempat masa jabatan tiga tahun. Morrison gencar meyakinkan para pengguna hak suara untuk kembali memilihnya sejak April. Namun, oposisi Partai Buruh berhaluan kiri-tengah pimpinan Albanese juga diunggulkan untuk memenangi pemilihan sejak terakhir pada 2007.
Menurut Associated Press, Morrison dan Albanese masih menggelar kampanye terakhirnya di Melbourne pada Sabtu ini sebelum pergi ke TPS di sekitar kediaman mereka di Sydney. Albanese mengira Morrison telah menggunakan hak pilihnya, akhir pekan lalu.
Albanese mengatakan, Morrison diharapkan hadir pada pertemuan puncak di Tokyo pada Selasa (24/5/2022) dengan Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Perdana Menteri India Narendra Modi. AS, Australia, Jepang, dan India adalah anggota dialog keamanan Quad, aliansi yang oleh Beijing dilihat sebagai kekuatan untuk melawan pengaruh China di Indo-Pasifik.
”Jika kita mendapatkan hasil yang jelas hari ini, siapa pun yang menjadi perdana menteri akan naik pesawat ke Tokyo pada hari Senin (23/5/2022),” kata Albanese.
Analis mengatakan, Morrison baru meninggalkan Australia setelah pemungutan suara rampung. Dia ingin mencurahkan waktu untuk mengurangi keunggulan Partai Buruh dalam jajak pendapat. Isu penurunan angka pengangguran, pemulihan ekonomi, dan keberhasilan menanggulangi pandemi Covid-19 menjadi poin yang menguntungkan posisi Morrison.
Morrison mengatakan, jika terpilih kembali, pemerintahnya akan menurunkan pajak serta menekan suku bunga bank dan biaya hidup. ”Ini pilihan tentang siapa yang paling bisa mengelola ekonomi dan keuangan kita karena ekonomi yang kuat menjamin masa depan Anda,” kata Morrison.
Morrison, yang tertinggal dalam jajak pendapat prapemilu, mengatakan kepada para pengguna hak pilih untuk tetap memilihnya. Ia membanggakan tingkat pengangguran yang turun ke titik terendah dalam 48 tahun terakhir, yakni sebesar 3,9 persen dalam kebangkitan ekonomi setelah pembatasan sosial akibat pandemi. Ia juga memperingatkan bahwa orang Alba adalah ”unit yang goyah”, tidak mampu mengelola perekonomian.
Hasil jajak pendapat Newspoll yang diawasi ketat dan diterbitkan oleh surat kabar The Australian, Sabtu ini, menempatkan Partai Buruh memimpin dukungan dengan 53 persen. Jajak pendapat dilakukan atas 2.188 pemilih Australia pada 13-19 Mei dan memiliki margin kesalahan 2,9 persen.
Pada pemilu terakhir tahun 2019, pembagian suara antara pemerintah dan Partai Buruh adalah 51,5 persen berbanding 48,5 persen, kebalikan dari hasil yang diprediksi oleh lima jajak pendapat paling menonjol di Australia, termasuk Newspoll. Selain berkampanye melawan Partai Buruh, Partai Liberal melawan tantangan baru dari kandidat independen.
Albanese yang tampak bersemangat ketika berada di TPS di pinggiran Marrickville, Sydney, mengatakan sangat optimistis, sangat positif, akan hasilnya saat dia mendesak orang meninggalkan Perdana Menteri Scott Morrison yang ”memecah belah”.
Jika terpilih, Albanese akan menjadi orang Australia pertama dengan nama keluarga non-Anglo atau Celtic yang menjadi perdana menteri. Akan tetapi, dia menghadapi juru kampanye tangguh di kubu petahana yang menjungkirbalikkan hasil jajak pendapat tiga tahun lalu dalam apa yang dia sebut ”keajaiban”pemilu.
Albanese juga telah menjanjikan tindakan tegas terhadap korupsi, setelah Morrison gagal menyediakan pengawas antikorupsi federal yang dijanjikan. Dia telah mengecap pemerintahan Morrison sebagai ”pemerintah yang paling tidak terbuka, paling tidak adil dalam sejarah politik Australia”. (AP/AFP/REUTERS)