Dalam Empat Hari, 1.730 Personel Tentara Ukraina Serahkan Diri ke Rusia
Selama empat hari terakhir hingga Kamis (19/5/2022), lebih dari 1.700 tentara Ukraina menyerah kepada Rusia. Kelompok HAM khawatir terjadi pelanggaran terhadap hak-hak mereka.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
KIEV, KAMIS — Otoritas Rusia, Kamis (19/5/2022), mengatakan, sejak Senin lalu sebanyak 1.730 tentara atau milisi Ukraina telah menyerahkan diri. Mereka keluar dari benteng pertahanan terakhir mereka di pabrik baja Azovstal, kota pelabuhan Mariupol, Donetsk. Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pejabat Ukraina tentang itu.
”Dalam 24 jam terakhir, 771 orang kombatan dari resimen Azov telah menyerahkan diri,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam taklimat harian. Rabu lalu, Rusia melaporkan sebanyak 694 tentara Ukraina telah menyerah.
Dalam video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia tampak tentara dan milisi Ukraina yang menyerahkan diri itu berjalan keluar dari Azovstal, pabrik baja terbesar di Eropa itu. Mereka lalu digeledah oleh tentara Rusia.
Tentara dan milisi Ukraina itu meninggalkan Azovstal setelah diperintahkan Angkatan Bersenjata Ukraina untuk meninggalkan pabrik baja itu. Beberapa di antara mereka dibawa tentara Rusia ke Donbas. Sejumlah tentara Ukraina yang terluka lalu dievakuasi ke rumah sakit ke wilayah Ukraina timur yang dikuasai Rusia.
Sebelumnya, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, mereka telah mendaftarkan ratusan kombatan Ukraina sebagai tawanan perang di bawah kesepakatan antara Rusia dan Ukraina. ICRC memiliki pengalaman dalam menangani tawanan perang dan pertukaran tawanan.
Badan kemanusiaan yang berbasis di Geneva itu mengatakan, timnya tidak mengangkut kombatan itu ke lokasi penahanan. Mereka tidak memerinci berapa banyak tawanan perang yang ditahan. Namun, menurut ICRC, sesuai dengan Konvensi Geneva, pihaknya diberi keleluasaan untuk mengunjungi dan mewawancarai para tawanan perang itu.
Denis Pushilin, salah satu pejabat senior separatis Ukraina di Donetsk, mengatakan, tentara Ukraina yang terluka dirawat di rumah sakit. Sisanya ditempatkan di fasilitas penahanan. Perwakilan ICRC diizinkan memeriksa fasilitas tersebut, tetapi situasi di fasilitas itu sulit diverifikasi. Kantor berita Rusia, TASS, mengutip Pushilin, melaporkan, lebih dari separuh jumlah kombatan Ukraina di Azovstal telah keluar dari benteng pertahanan mereka.
Meskipun demikian, sejumlah pejabat Ukraina menolak berkomentar secara terbuka tentang nasib tentara dan milisi Ukraina itu. ”Negara melakukan upaya terbaik untuk melakukan penyelamatan personel kami,” kata Oleksandr Motuzaynik, juru bicara militer Ukraina, dalam konferensi pers. ”Setiap informasi kepada publik dapat membahayakan proses itu,” katanya menambahkan.
Kiev sendiri disebutkan sebagai sangat berharap agar dapat memulangkan kembali tentaranya ke tanah air. Untuk itu Ukraina mencoba menawarkan pertukaran tawanan. Sebaliknya, Moskwa menegaskan, akan mengadili sebagian dari 1.730 tentara dan milisi Ukraina atas tuduhan kejahatan perang.
Berlanjut
Meskipun lebih dari 1.700 tentara dan milisi Ukraina menyerahkan diri, pertempuran belum sepenuhnya berhenti. Menurut salah satu petinggi separatis Ukraina, komandan tertinggi Avoz masih bertahan di Azovstal.
Angkatan Bersenjata Ukraina, Kamis pagi, mengatakan, pasukan Rusia masih terus melakukan serangan di sejumlah wilayah di Ukraina timur. Tentara Ukraina mengklaim, mereka berhasil memukul mundur tentara Rusia.
Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Volodymyr Zelenskyy yang terlibat dalam beberapa putaran perundingan dengan delegasi Rusia, Kamis, mencuit di Twitter bahwa pada tahap ini ”jangan menawarkan kami gencatan senjata; ini mustahil tanpa penarikan total pasukan Rusia”, cuitnya. ”Sampai Rusia siap untuk sepenuhnya membebaskan wilayah yang diduduki, tim perunding kami adalah senjata, sanksi, dan uang,” cuitnya lagi.
Mariupol adalah kota terbesar Ukraina yang sejauh ini telah diduduki Rusia. Hal itu memungkinkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim kemenangan. Sejumlah analis militer mengatakan, perebutan Mariupol pada saat ini akan mempunyai kepentingan simbolis lebih dari apa pun.
Perkembangan di Mariupol menunjukkan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina bakal berlangsung lama. Hal itu berarti bencana kemanusiaan akan semakin parah, dan konflik terkait tawanan perang bisa memperparah keadaan. Sejak invasi dilakukan pada 24 Februari lalu, serangan Rusia telah menyebabkan sejumlah kota di Ukraina hancur, ribuan orang terbunuh, dan lebih dari enam juta orang melarikan diri ke negara-negara tetangga.