Berita ”Wall Street Journal” soal Kecelakaan Pesawat China Eastern Bikin Geger
Laporan harian ”Wall Street Journal” terkait penyelidikan jatuhnya pesawat China Eastern MU5735 membuat publik China geger. Sebab, laporan itu mengindikasikan bahwa kecelakaan terjadi akibat unsur kesengajaan pilot.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
BEIJING, KAMIS — Pemerintah China memberlakukan sensor besar-besaran di media sosial terkait pemberitaan media-media asing mengenai dugaan penyebab jatuhnya pesawat China Eastern. Pendapat warganet terbelah karena ada yang meminta agar penyelidikan dilakukan secara terbuka dan ada yang menuduh media asing sengaja menjelek-jelekkan China.
Pesawat China Eastern bernomor penerbangan MU5735 mengalami kecelakaan pada 21 Maret 2022. Ketika itu, pesawat yang lepas landas dari Kunming menuju Guangzhou itu jatuh di wilayah pegunungan Guangxi. Seluruh penumpang yang berjumlah 132 orang dan 9 awak pesawat tewas.
Pemerintah China memerintahkan Badan Pengelola Penerbangan Sipil China (CAAC) melakukan penyelidikan atas pesawat jenis Boeing 737-800 yang mengalami kecelakaan itu. CAAC dalam tugasnya dibantu tim dari Badan Nasional Keselamatan Transportasi Amerika Serikat (NTSB) dan perusahaan penerbangan Boeing. Maskapai penerbangan China Airlines untuk sementara mengandangkan semua unit 737-800 mereka.
Pesawat jenis ini adalah ”kakak” dari 737-Max. Berbeda dari ”adik” mereka yang mengalami kecelakaan seperti maskapai penerbangan Lion Air pada 2018 dan Ethiopian Airlines pada 2019, rekam jejak 737-800 bisa dibilang mulus. Ini merupakan kecelakaan pertama maskapai penerbangan China Airlines dalam 18 tahun belakangan. Hampir semua pesawat maskapai ini adalah Boeing 737-800.
Setelah sepekan melakukan pencarian, kotak hitam MU5735 ditemukan. CAAC, NTSB, dan Boeing segera memeriksa data. Media yang pertama kali membocorkan proses penyelidikan ini adalah surat kabar AS, Wall Street Journal (WSJ) pada edisi Rabu (18/5/2022). Akan tetapi, mereka tidak menyebutkan nama narasumber ataupun jumlah serta jenis data yang telah ditelaah oleh tim penyelidik.
”Ada kemungkinan bahwa kecelakaan pesawat ini disengaja. Rekaman kotak hitam menunjukkan bahwa kegiatan para awak kapal hingga saat naas itu tidak berbeda dari kegiatan normal. Ini menandakan bahwa secara teknis, tidak ada masalah dengan MU5735,” demikian kutipan artikel WSJ.
WSJ tidak memberi penjelasan lebih lanjut walaupun ada indikasi artikel mengarah kepada kondisi psikologis pilot China Eastern yang ditengarai mengalami tekanan kejiwaan. Begitu artikel terbit, publik China geger. Media-media sosial setempat dipenuhi tautan, tangkapan layar, dan foto artikel. Semuanya kini disensor oleh pemerintah.
Sebagian warganet menuduh WSJ sebagai media Barat yang sengaja mendiskreditkan China. ”Ini menjelek-jelekkan perusahaan China dan menuduh seakan-akan pilot kita tidak profesional,” cuit seorang warganet di Weibo, situs China yang serupa dengan Twitter.
Namun, banyak pula warganet yang mengatakan bahwa artikel itu membuka mata. ”Daripada memancing spekulasi macam-macam, lebih baik pemerintah membuka penyelidikan kecelakaan ini supaya kita semua bisa memperoleh pemahaman lengkap,” cuit warganet yang lain.
Janda salah seorang penumpang MU5735 yang bermarga Wen mengungkapkan bahwa CAAC ataupun China Eastern tidak mengabari keluarga penumpang mengenai perkembangan penyelidikan. Mereka hanya menjanjikan ganti rugi kepada para anggota keluarga yang ditinggalkan.
Kantor berita nasional China, Xinhua, menerbitkan pernyataan resmi CAAC pada Kamis (19/5/2022). ”Mohon agar masyarakat tetap tenang dan membiarkan pihak-pihak terkait melakukan penyelidikan. Apabila tuntas, kami akan mengumumkan hasilnya kepada publik,” kata pernyataan itu.
Kepala NTSB Jennifer Homendy juga menolak berkomentar. Ia menuturkan, pihaknya masih membantu CAAC dan informasi yang mereka gali sejauh ini belum bisa dikatakan sebagai bukti penyebab kecelakaan tersebut.
Gara-gara artikel itu, topik mengenai kesengajaan pilot mencelakakan pesawat menjadi tren di dunia maya. Beredar kembali berita mengenai kecelakaan pesawat Germanwings pada 2015. Ko-pilot ternyata sengaja menabrakkan pesawat Airbus A320 ke pegunungan di Perancis dan menewaskan 150 orang di dalamnya.
Penyelidikan mengungkapkan bahwa ko-pilot itu depresi. Sejak saat itu, Eropa membuat aturan pengecekan kesehatan mental awak kapal yang disertai dengan perawatan dan kelompok pemulihan rohani.
Beredar pula kasus jatuhnya pesawat Silk Air ke Sungai Musi di Sumatera Selatan pada pada 1997. Dikatakan bahwa pilot maskapai penerbangan Singapura itu sengaja mencelakakan diri dan seisi pesawat karena ia depresi akibat terlilit utang.
Selain faktor kondisi psikis pilot, topik mengenai permasalahan yang tampak sepele, tetapi berakhir fatal juga menjadi tren. Salah satu contohnya ialah kasus kecelakaan pesawat Mozambique Airlines pada 2013. Salah satu pilot meninggalkan kokpit karena harus memakai toilet. Akan tetapi, ia terkunci di dalam kamar kecil sementara ko-pilot kesulitan mengendalikan pesawat. (Reuters)