Gedung Biru, Istana Presiden Korsel yang Jadi Rumah Rakyat
Istana Kepresidenan Korea Selatan, Gedung Biru, akhirnya dibuka untuk umum sejak 10 Mei 2022. Selanjutnya, istana dan kantor presiden menempati gedung baru di kompleks pertahanan Korea Selatan.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Bagi sebagian rakyat Korea Selatan, Istana Kepresidenan Korea Selatan yang disebut Blue House atau Gedung Biru adalah benteng tak terjamah. Bangunan yang berada di lereng gunung itu jarang dikunjungi dan selalu dijaga ketat petugas keamanan.
Namun, itu dulu. Sekarang, untuk pertama kalinya dalam 74 tahun, istana kepresidenan yang bergenteng biru itu terbuka untuk siapa saja yang ingin melongok sampai ke ruang-ruang terdalam.
Pembukaan Gedung Biru ini merupakan bagian dari janji Presiden Korea Selatan yang baru, Yoon Suk Yeol, untuk meninggalkan istana. Ia memindahkan istana dan kantor presiden ke kompleks Kementerian Pertahanan di Distrik Yongsan, Seoul, berjarak 5 kilometer dari Gedung Biru.
Alasan Yoon untuk memindahkan istana kepresidenan ke lokasi baru di kompleks kementerian pertahanan adalah karena adanya fasilitas komando keamanan. Ia hendak membangun kompleks istana kepresidenan menjadi mirip dengan Gedung Putih di AS. Kantor presiden yang baru itu sekaligus diharapkan memungkinkan komunikasi yang lebih baik dengan publik.
Hanya saja, rencana relokasinya itu sempat dinilai terburu-buru dan tidak realistis. Para pengritik berpendapat bahwa pemindahan semua kantor pemerintah secara tergesa-gesa berpeluang mengganggu keamanan nasional. Alasannya, kekuasaan menjadi terpusat di satu tempat saja. Selain itu, relokasi itu menghabiskan terlalu banyak biaya dan melanggar hak milik penduduk yang tinggal di daerah itu.
Pendahulu Yoon, Moon Jae-in, juga pernah mengutarakan kekhawatirannya pada keputusan Yoon itu. Ketika menjabat pada 2017, Moon juga pernah berjanji untuk pindah demi menjauhkan diri dari pendahulunya yang dipenjara, Park Geun-hye. Park tumbuh besar di istana itu sebagai putri seorang diktator. Namun Moon akhirnya membatalkan rencananya dan Park diampuni pada akhir tahun lalu.
Hanya saja, rencana relokasinya itu sempat dinilai terburu-buru dan tidak realistis.
Gedung Biru mengalami banyak perubahan selama bertahun-tahun. Dulunya, Gedung Biru itu merupakan situs taman kerajaan. Kekaisaran Jepang membangun kediaman resmi untuk gubernur jenderal Jepang di lokasi itu semasa pemerintahan kolonial Jepang menguasai Semenanjung Korea.
Setelah Korea dibebaskan dari Jepang pada 1945, komandan militer Amerika Serikat kemudian menduduki tempat itu. Selanjutnya sejak 1948, bangunan itu menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Korea Selatan.
Gedung Biru dibuka untuk kunjungan maksimal 39.000 orang per hari. Lingkungan kompleks istana yang biasanya terkesan serius dan kaku itu, kini berubah menjadi bersuasana seperti pekan raya. Kerumunan pengunjung terlihat bersemangat meski harus antre panjang untuk masuk istana. "Akhirnya, Blue House dibuka untuk umum. Saya senang bisa masuk ke sini," kata Lee Sang Woon (61) yang berkunjung ke istana bersama keluarganya.
Choi Jun Chae (60), pemilik pabrik di pasar tradisional dekat Gedung Biru, sebenarnya menyesali kantor kepresidenan pindah. Tetapi ia juga berharap relokasi itu akan meningkatkan bisnis lokal dengan mendatangkan lebih banyak wisatawan. “Di masa pemerintahan (mantan Presiden) Lee Myung-bak, sering ada aksi protes di sini. Kalau sudah ada aksi protes, sangat sulit untuk bepergian ke daerah ini. Mobil tidak bisa bergerak, jadi saya juga harus jalan kaki,” kata Choi.
Di masa lalu, ribuan orang kerap berkumpul di dekat Gedung Biru untuk protes dan pawai. Warga sekitar istana kerap mengeluhkan kebisingan dan kemacetan lalu lintas. "Saya harap tak banyak aksi protes lagi di sini dan lebih banyak orang mengunjungi istana itu,” kata Yoo Sung-jong, pemilik toko roti.
Sementara bagi warga yang tinggal di sekitar lingkungan kantor presiden baru ada rasa senang tetapi juga khawatir, terutama soal pengaturan lalu lintasnya. "Tetapi tidak apa-apa. Toh, hampir semua jalan di Korsel juga sering macet. Sudah biasa. Semoga nanti pelan-pelan akan membaik," kata Kim Jung-taek, pemilik galeri di dekat kantor kepresidenan Korsel yang baru. (AP)