Indonesia telah dipimpin tujuh presiden dan dua penjabat presiden di masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II. Selama masa kepemimpinannya, Inggris banyak sekali berubah.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Hujan pada Rabu (18/5/2022) membasahi halaman Kedutaan Besar Inggris di Jakarta. Di halaman basah itu, diplomat lima negara yang dikepalai Ratu Elizabeth II menanam pohon gaharu. Penanaman itu bagian dari sokongan atas inisiatif Kanopi Hijau yang diinisiasi Ratu Elizabeth II.
Inisiatif itu bagian dari perayaan 70 tahun Ratu Elizabeth II bertakhta sebagai Ratu Inggris dan kepala 14 negara lain. ”Sungguh menakjubkan bahwa Yang Mulia Ratu Elizabeth II telah menjabat selama 70 tahun sebagai Ratu kami,” kata Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Rob Fenn.
Selain oleh Fenn, pohon asli Indonesia itu ditanam pula oleh Kuasa Usaha Papua Niugini Frank Mizigi, Duta Besar Selandia Baru Kevin Burnett, Duta Besar Australia Penny Williams, dan Duta Besar Kepulauan Solomon Salana Kalu. Meski pemerintahannya dipilih oleh warga setempat, negara asal para diplomat itu secara resmi dikepalai Ratu Elizabeth II. Bedanya, Inggris Raya disebut kerajaan. Sementara Papua Niugini, Australia, Selandia Baru, hingga Kepulauan Solomon disebut negara persemakmuran. Selain di Pasifik, negara persemakmuran juga berada di Karibia dan Amerika Utara.
”Hari ini kami menanam pohon ini untuk Ratu kami. Ini adalah pohon Gaharu–pohon asli Indonesia–dan kadang-kadang disebut sebagai ’kayu para dewa’. Ini pohon kuat yang digunakan dalam upacara keagamaan dan adat, wewangian dan obat-obatan di banyak negara. Kami berharap ini akan berkembang, seperti halnya hubungan antara Inggris dan Indonesia yang berkembang pesat,” tutur Fenn.
Perubahan
Indonesia telah dipimpin tujuh presiden dan dua penjabat presiden di masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II. ”Ketika Ratu Elizabeth menerima undangan dari Presiden Soeharto pada tahun 1974 mengunjungi Bali, Jakarta, Magelang, dan Yogyakarta, dia sudah bertakhta selama 22 tahun. Ketika Masjid Istiqlal dibuka pada tahun 1978, Yang Mulia Ratu Inggris telah bertakhta selama 25 tahun,” ujar Fenn.
Selama masa kepemimpinannya, Inggris banyak sekali berubah. Inggris masih menerapkan hukuman mati dan diskriminasi luas berdasarkan jenis kelamin, usia, ras, status pernikahan, dan kepercayaan kala Ratu Elizabeth II naik takhta.
Perubahan lain adalah tuntutan menjadi republik semakin kencang disuarakan di sebagian negara persemakmuran. Kampanye dan wacana mengubah bentuk negara menjadi republik menggema di Australia, Kanada, dan tentu di Inggris Raya. Kampanye itu sebenarnya bukan hal baru. Walakin, kemajuan teknologi informatika membuat informasi terkait isu itu tersebar lebih cepat dan luas.
Tuntutan itu tantangan serius bagi Kerajaan Inggris dan keluarga kerajaan. Ratu Elizabeth II bersama anak dan cucunya berusaha tetap mengimbangi kampanye itu dengan berbagai cara. Di tengah sejumlah skandal keluarga kerajaan, Ratu Elizabeth II bersama anak dan cucunya menjaga keluarga kerajaan tetap dihormati.
Bakal calon raja Inggris, Pangeran William, dan adiknya, Pangeran Harry, memanfaatkan berbagai kanal dan lawatan untuk menjaga penghormatan warga pada keluarga kerajaan dan kerajaan. Penghormatan itu salah satu unsur penting untuk meredam hasrat warga mengubah bentuk negara menjadi republik.
Melihat proses politiknya, nyaris tidak ada perbedaan antara banyak republik masa kini dengan kerajaan Inggris dan negara persemakmurannya. Dalam politik praktis, Ratu Elizabeth II nyaris sama sekali tidak punya peran. Secara resmi menurut konstitusi Inggris dan negara-negara persemakmuran, kepala pemerintahan menjadi wakil Ratu Elizabeth II untuk mengurus pemerintahan sehari-hari. Praktiknya, Ratu hanya mengesahkan siapa pun politisi dengan dukungan terbanyak di parlemen. Ratu lebih dianggap sebagai simbol.
Peran itu telah dilakoni Ratu Elizabeth II sejak dimahkotai pada Februari 1952. Dengan kekuasaan 70 tahun 3 bulan, Ratu Elizabeth II kini menjadi pemimpin kerajaan dengan masa kekuasaan paling panjang. Hanya ada empat pemimpin kerajaan abad ke-21 yang sudah memerintah lebih dari 50 tahun.
Selain Ratu Elizabeth II, ada Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, Ratu Margrethe II dari Denmark, dan Emir Sharjah Sultan bin Mohammed al Qassimi III. Di antara empat orang itu, Sultan Bolkiah dan Emir Sharjah menerapkan monarki absolut. Sementara Ratu Elizabeth II dan Ratu Margrethe II sudah lama melakoni tugas sebagai simbol dari monarki konstitusional. (AFP/REUTERS)