Shanghai ”Nihil Covid19 ” Tak Berarti Warga Bebas Bergerak
Shanghai mengklaim sudah nihil Covid karena tiga hari berturut-turut tak ada kasus baru. Klaim pemerintah itu dicibir penduduk Shanghai karena ada 3,8 juta jiwa yang masih harus menjalani karantina.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
SHANGHAI, SELASA — Selama tiga hari berturut-turut, tidak ada kasus baru Covid-19 di luar zona-zona karantina. Demikian klaim pemerintah kota Shanghai, Selasa (17/5/2022). Di kota-kota lain di China yang pernah menjalani kebijakan pembatasan atau penguncian, tiga hari tanpa kasus baru Covid-19 artinya sudah berstatus ”nihil Covid-19”. Itu juga berarti seluruh larangan atau pembatasan mulai dilonggarkan. Namun, pengumuman otoritas Shanghai itu malah dicibir warga di media sosial karena masih ada sedikitnya 3,8 juta warga yang menjalani karantina dan isolasi ketat sejak awal April lalu.
Menurut rencana, warga Shanghai boleh kembali beraktivitas di luar ruang, tetapi pelonggaran aturan akan dilakukan secara bertahap. Pada pekan ini, pertokoan mulai boleh buka. Akan tetapi, sebagian besar kebijakan pembatasan pergerakan orang masih diberlakukan sampai 21 Mei setelah transportasi publik dan layanan lainnya kembali beroperasi secara bertahap. ”Kehidupan normal sepertinya masih jauh dari harapan,” kata salah seorang warga Shanghai yang masih terjebak di rumah.
Dalam rencana pemerintah kota Shanghai, seluruh kebijakan pembatasan seharusnya bisa dicabut pada Juni. Meski demikian, warga Shanghai tetap wajib rutin tes Covid-19. Akun media sosial harian People's Daily yang dioperasikan oleh Partai Komunis China mengunggah foto-foto yang menunjukkan usaha warung makan, restoran, dan salon yang mulai buka. Namun, unggahan itu lalu disanggah warganet yang menyebutnya tak masuk akal. ”Kami sudah dikarantina di rumah selama dua bulan. Cerita di harian itu dibuat untuk mereka yang tidak tinggal di Shanghai,” ujar salah satu warganet. Pada pagi harinya, unggahan resmi harian pemerintah itu pun dihapus.
Kebijakan superketat pemerintah kota Shanghai ini memicu protes dan bentrokan warga Shanghai dengan aparat keamanan. Ini jarang sekali terjadi. Bentrokan terjadi karena warga yang frustrasi kekurangan bahan makanan. Strategi China untuk mencapai nihil Covid-19 termasuk memperketat penutupan perbatasan, memperpanjang masa karantina, menambah tes massal dan cepat, serta memberlakukan kebijakan pembatasan pada wilayah-wilayah tertentu saja.
Wakil Wali Kota Shanghai Chen Tong mengatakan, perkantoran akan beroperasi kembali secara bertahap mulai pekan ini. Tidak ada penjelasan lain. Meski demikian , jutaan warga Shanghai tetap belum boleh meninggalkan rumah. ”Kalau memang sudah tidak ada kasus Covid-19, kenapa warga di Distrik Songjiang hanya boleh keluar rumah dua hari sekali?” tulis seorang blogger di aplikasi media sosial seperti Twitter, Weibo.
Selama beberapa hari terakhir, peraturan mulai sedikit dilonggarkan di sebagian wilayah. Warga di sebagian wilayah mulai bisa menggunakan lagi layanan kereta di stasiun kereta Hongqiao. Sejumlah maskapai penerbangan juga sudah mulai mengoperasikan penerbangan rute domestik. Namun, orang hanya boleh meninggalkan Shanghai setelah mendapatkan izin dan melakukan beberapa kali tes Covid-19.
China tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan strategi nihil Covid-19 meski secara ekonomi merugikan bahkan tingkat pengangguran juga meningkat. Sejak awal pandemi, dua tahun lalu, China berusaha menekan pandemi dengan kebijakan yang ketat dan sempat berhasil. Namun, setelah varian Omicron datang dan kasusnya melonjak di China, banyak pihak yang mempertanyakan efektivitas strategi itu. Otoritas kesehatan China, Senin, mendeteksi kasus pertama subvarian Omicron BA.2.12.1 yang sangat menular dan sudah tersebar di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, dari seorang pelancong yang datang dari Kenya.
China melakukan tes Covid-19 kepada seluruh rakyatnya secara massal hampir setiap hari setelah ada lonjakan kasus Omicron. Kini, giliran warga Beijing yang diharuskan bekerja dari rumah. Kebijakan pembatasan juga diperketat di kampus-kampus di Beijing hingga memicu protes dari mahasiswa. Kasus Covid-19 harian di Beijing tercatat 52 kasus dan setiap hari ada saja kasus baru meski kebijakan pembatasan sudah ketat. Warga sudah tak boleh makan di restoran, pertokoan dan usaha lain sudah tutup, serta layanan transportasi publik juga sudah dihentikan.
Di kompleks-kompleks perumahan, warga tak boleh keluar dari lingkup kompleks. Jika mendesak harus keluar, mereka harus cek kesehatan terlebih dahulu atau dicek kondisi kesehatannya melalui aplikasi seperti Peduli Lindungi di Indonesia. Aparat kepolisian tampak berpatroli keliling kota dan di mana-mana terpasang tulisan ”hindari kerumunan, jangan berkumpul dan makan bersama”. (REUTERS/AFP)