Rencana Besar Perumahan Biden untuk Tanggulangi Inflasi di AS
Rencana Biden itu mencakup tindakan legislatif dan administratif yang akan membantu menutup kekurangan pasokan rumah dalam 5 tahun. Program itu akan dimulai dengan penciptaan dan pelestarian ratusan ribu rumah murah.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SENIN – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mulai merealisasikan “janji” bahwa pengendalian inflasi adalah prioritas ekonomi utamanya. Biden pada Senin (16/5/2022) merilis Rencana Aksi Pasokan Perumahan, yaitu rencana besar pemerintahannya untuk meringankan beban biaya perumahan dari waktu ke waktu, dengan meningkatkan pasokan perumahan berkualitas di setiap komunitas.
Rencana Biden itu mencakup tindakan legislatif dan administratif yang akan membantu menutup kekurangan pasokan perumahan di Amerika dalam 5 tahun. Program itu akan dimulai dengan membangun dan memelihara ratusan ribu unit rumah yang terjangkau harganya dalam tiga tahun ke depan. Harga sewa maupun jual-beli rumah diharapkan lebih terjangkau ketika program itu diselaraskan dengan kebijakan lain untuk mengurangi biaya perumahan dan memastikan tingkat keterjangkauannya, seperti bantuan sewa dan bantuan uang muka.
"Ini adalah upaya pemerintah yang paling komprehensif untuk menutup kekurangan pasokan perumahan," kata Gedung Putih dalam pernyataan resminya awal pekan ini. Diungkapkan bahwa lebih sedikit rumah baru yang dibangun di AS dalam satu dekade setelah resesi 2008 daripada dalam dekade mana pun sejak 1960-an. Masalah itu kian buruk sejak pandemi Covid-19, ketika rekor suku bunga kepemilikan rumah rendah dan stimulus pemerintah yang besar menciptakan lonjakan pembelian rumah. Pada saat bersamaan pasokan kayu dan bahan lainnya juga terganggu oleh pandemi.
Indeks Harga Rumah merujuk pada Case-Schiller menunjukkan harga rumah melonjak hampir 20 persen dalam 12 bulan yang berakhir pada Februari tahun ini. Pemulihan perekonomian yang cepat pascapandemi Covid-19 juga menciptakan kekurangan pekerja di semua tingkatan, termasuk yang terkait dengan sektor perumahan. Moody's Analytics memperkirakan bahwa kekurangan pasokan perumahan di AS mencapai lebih dari 1,5 juta rumah saat ini. Kekurangan ini telah membebani anggaran keluarga, mendorong inflasi, membatasi pertumbuhan ekonomi, mempertahankan pemisahan perumahan, dan memperburuk perubahan iklim. "Meningkatnya biaya perumahan telah membebani keluarga dari semua tingkat pendapatan, dengan dampak khusus pada keluarga berpenghasilan rendah dan sedang, dan orang-orang dan komunitas kulit berwarna," kata Gedung Putih.
Dalam rencananya Pemerintah AS antara lain akan membantu para warga penyewa rumah di AS yang dihadapkan dengan biaya sewa yang tinggi. Pemerintah juga akan fokus membangun dan mengembangkan perumahan sewa bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah. Kebijakan untuk meningkatkan pasokan adalah elemen penting untuk memastikan tingkat keterjangkauan rumah bagi warga AS. Sebab, kini harga rumah relatif tinggi antara lain akibat tingkat ketersediaan yang minim di tengah warga. Kebijakan pemerintah itu diharapkan sekaligus dapat membantu mengurangi tekanan bagi perekonomian AS, karena biaya perumahan merupakan penyumbang sepertiga dari inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen.
Biden antara lain juga akan mereformasi kredit pajak perumahan bagi warga berpendapatan rendah, memberikan kredit kepada investor swasta yang mengembangkan perumahan sewa yang terjangkau, dan menggelar program kemitraan investasi perumahan. Ini mencakup pemberian hibah kepada negara bagian dan daerah yang digunakan masyarakat untuk mendanai berbagai dari kegiatan perumahan. Pemerintah juga akan bekerja sama dengan sektor swasta untuk mengatasi tantangan rantai pasokan dan meningkatkan teknik pembangunan untuk menyelesaikan konstruksi pada tahun 2022 di rumah-rumah baru yang dibangun selambatnya tahun 2006.
Dikritik Jeff Bezos
Langkah-langkah Biden untuk mengendalikan inflasi di AS bukan tanpa kritik. Miliuner pendiri Amazon Jeff Bezos adalah salah satu orang yang mengecam kebijakan inflasi di AS. Bezos merujuk pernyataan Biden pekan lalu yang menyinggung soal pajak dari korporasi-korporasi di AS. Kecaman Bezos itu mendapatkan tanggapan tidak kalah keras dari Gedung Putih awal pekan ini.
Polemik itu bermula dari unggahan Biden melalui media sosial Twitter pada Jumat (13/5) pekan lalu. Tanpa merujuk pada Amazon sebagai salah satu raksasa korporasi AS, Biden menyebut, “Anda ingin menurunkan inflasi? Mari kita pastikan perusahaan-perusahaan terkaya membayar bagian mereka secara adil.” Cuitan itu, menurut Bezos, adalah sebuah pernyataan yang menyesatkan. Bezos menyatakan tidak ada hubungan antara inflasi dan pajak perusahaan. “Menaikkan pajak perusahaan tidak masalah untuk didiskusikan. Menjinakkan inflasi sangat penting untuk didiskusikan. Menghancurkan mereka bersama hanyalah penyesatan,” cuit Bezos.
Inflasi konsumen naik pada level 8,3 persen di bulan April, mendekati level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun. Bezos lebih lanjut mengkritik pendekatan pemerintahan Biden terhadap inflasi dalam sebuah cuitan lanjutan. Dia mengatakan Rencana Penyelamatan Amerika senilai 1,9 triliun dollar AS yang ditandatangani Biden menjadi undang-undang Maret lalu, justru berkontribusi pada lonjakan inflasi. Bezos juga menegaskan bahwa inflasi paling merugikan warga berpendapatan rendah.
Juru bicara Gedung Putih, Andrew Bates, menanggapi pernyataan Bezos itu. Seperti dikutip CNBC, Bates menyatakan tidak perlu pusing untuk mendapatkan alasan Bezos menentang rencana Biden untuk menaikkan pajak pada korporasi-korporasi besar di AS. "Juga tidak mengejutkan bahwa cuitan itu muncul setelah Presiden bertemu dengan asosiasi tenaga kerja, termasuk karyawan Amazon," kata Bates dalam sebuah pernyataan. (AP/AFP)