Dukungan masyarakat Eropa untuk Ukraina terus mengalir dalam ragam hal. Kali ini, dukungan ini ditunjukkan dengan memenangkan kelompok musik asal Ukraina, Kalush Orchestra, pada kontes Eurovision Song 2022 di Italia.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Simpati dunia pada Ukraina yang menjadi korban invasi Rusia terus mengalir. Kali ini melalui dukungan pada kelompok musik hip-hop Ukraina, Kalush Orchestra, yang memenangi kontes musik tahunan Eurovision di Italia, Sabtu (14/5/2022). Ini sudah ketiga kalinya Ukraina menang dalam ajang kontes yang sudah terselenggara 66 kali itu.
Kalush Orchestra mengalahkan 24 peserta lain dalam kontes yang biasanya menarik perhatian hingga 200 juta penonton televisi itu dengan lagu berjudul "Stefania". Lagu ini beraliran rap dengan irama folk Ukraina dan modern dari kelompok band breakdance.
"Tolong bantu Ukraina dan Mariupol. Bantu Azovstal sekarang juga," kata vokalis Kalush Orchestra, Oleh Psiuk, dari atas panggung setelah penampilan kelompok musik itu disambut riuh sorak-sorai penonton. Setelah dinyatakan menang, Psiuk berterima kasih kepada semua orang yang sudah memilih negaranya. "Kemenangan ini sangat penting bagi Ukraina, terutama pada tahun ini. Terima kasih dari lubuk hati kami yang paling dalam," ujarnya.
Di tempat kedua, terpilih Sam Ryder dari Inggris dengan lagu "Space Man" diikuti Spanyol dengan "SloMo" dari Chanel. Ukraina mengalahkan kelompok-kelompok musik terkenal di acara musik tahunan yang tergolong unik ini, termasuk Subwoolfer Norwegia, yang bernyanyi tentang pisang sambil mengenakan topeng serigala kuning, dan Konstrarta dari Serbia yang mempertanyakan perawatan kesehatan nasional sambil cuci tangan di atas panggung.
"Hanya di ajang Eurovision ini orang-orang bisa menyanyikan soal pisang, patah hati, dan mencuci tangan dalam satu pertunjukan yang sama. Eurovision menjadi cara untuk menunjukkan bahwa berbagai negara bisa merayakan bersama-sama secara damai," kata salah satu fans Swedia, Martina Fries, kepada kantor berita AFP.
Lagu "Stefania" milik Kalush Orchestra memadukan musik rakyat tradisional Ukraina yang dimainkan dengan instrumen mirip seruling dengan irama hip-hop yang menyegarkan dan lirik nostalgia yang mengingatkan akan Ukraina. Lagu ini sebenarnya didedikasikan Psiuk untuk ibunya. Namun sejak invasi Rusia ke Ukraina, lagu ini seperti menjadi lagu untuk Ukraina karena ada lirik yang berbunyi "aku akan selalu menemukan jalan untuk pulang meski semua jalanan sudah hancur".
Kalush Orchestra sendiri merupakan sebuah proyek budaya yang melibatkan para ahli cerita rakyat yang memadukan melodi rakyat tradisional dan hip-hop kontemporer demi mempertahankan budaya Ukraina. Ini menjadi poin yang lebih menonjol. "Kami di sini mau menunjukkan budaya dan musik Ukraina itu hidup dan punya ciri khas mereka sendiri dan sangat istimewa," kata Psuik.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berterima kasih kepada kelompok musik itu karena sudah berhasil memenangi kontes itu. "Keberanian kami membuat dunia terkesan dan musik kami menaklukkan Eropa! Tahun depan Ukraina yang akan jadi tuan rumah Eurovison," tulis Zelensky di Facebook. Tradisi di Eurovision, siapapun yang menang kontes akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Eurovision selanjutnya.
Kalush Orchestra yang beranggotakan enam penyanyi laki-laki itu memperoleh izin khusus dari pemerintah Ukraina untuk ikut Eurovision karena seharusnya setiap laki-laki dewasa dilarang keluar dari Ukraina. Tetapi izin khusus itu akan berakhir dua hari lagi. Artinya, mereka harus segera kembali ke Ukraina. "Kami siap bertarung habis-habisan seperti setiap orang di Ukraina," kata Psiuk.
Pihak penyelenggara, The European Broadcasting Union, tidak keberatan dengan Kalush Orchestra yang menyuarakan soal perang Ukraina di atas panggung. "Kami memahami perasaan mereka dan situasi yang sedang terjadi di Ukraina saat ini. Pernyataan Kalush Orchestra dan artis-artis yang lain hanya bentuk dukungan kemanusiaan bagi rakyat Ukraina dan tidak bermuatan politik," sebut pernyataan tertulis dari penyelenggara.
Ukraina juga mengalahkan Swedia dengan Cornelia Jakobs yang menyanyikan "Hold Me Closer". Selain itu juga lagu Yunani "Die Together" oleh Amanda Georgiadi Tenfjord, dan "Brividi" (Shivers), duet bertema gay dari Mahmood dan Blanco Italia. Italia memenangi kompetisi ini pada tahun lalu dengan "Zitti e Buoni" (Diam dan Berperilaku) dari penyanyi musik rock beroktaf tinggi Maneskin, yang membawakan lagu baru "Supermodel". Pemenang Eurovision dipilih oleh para profesional industri musik dan anggota masyarakat dari masing-masing negara dengan pemungutan suara.
Setelah selama seperempat abad tersingkir dari posisi teratas, Inggris berharap akan menang melalui "Space Man" dengan nada-nada tinggi Ryder yang ramah dan berambut panjang. Inggris unggul setelah perolehan suara dihitung juri nasional. Namun, Ukraina menyodok ke posisi teratas setelah mendapat 439 poin dari pemirsa. Sebenarnya Ukraina ada di posisi keempat berdasarkan voting juri tetapi kemudian menang karena dukungan pemirsa yang juga memberikan suaranya yang dikirimkan melalui SMS atau di aplikasi Eurovision.
Kontes Eurovision ini menjadi hit di kalangan penggemar tidak hanya karena musiknya, tetapi juga karena penampilan para musisinya. Contohnya seperti Monika Liu dari Lituania yang mendapat sambutan hangat publik media sosial karena tatanan rambut yang dipotong bentuk mangkuk. Ada juga Sheldon Riley dari Australia, salah satu peserta Eurovision dari negara non-Eropa, yang menyanyikan lagu balada mengenai penegasan dirinya "Not the Same" melalui kerudung wajah berkilau yang penuh dengan kristal.
"Dukungan dunia pada Ukraina mengharukan. Penting bagi rakyat Ukraina dimanapun berada dan pada kesempatan apapun untuk bicara soal perang ini. Kalau ada kesempatan, kita semua harus angkat suara. Supaya semua orang tahu apa yang terjadi di Ukraina," kata Julia Vashenko (29). (REUTERS/AFP/AP)