Serbia Jadi Titik Pijak Perluasan Pengaruh Militer China di Eropa
Serbia yang selama ini menikmati hubungan dekat dan hangat dengan Rusia telah meningkatkan hubungan pertahanan atau militernya dengan China.
Serbia, yang selama ini menikmati hubungan dekat dan hangat dengan Rusia, dilaporkan telah meningkatkan hubungan pertahanan atau militernya dengan China. Saat mata dunia terfokus pada Rusia dan invasinya ke Ukraina, China yang juga bersekutu dengan Rusia baru-baru ini mengirimkan sistem rudal permukaan ke udara (surface-to-air missile/SAM) FK-3 ke Serbia.
Rudal SAM adalah rudal yang dirancang untuk ditembakkan dari darat atau juga dari kapal permukaan untuk menghancurkan targetnya di udara. Entah itu menarget pesawat atau jet tempur, helikopter, wahana udara militer, dan pesawat nirawak. Hal yang menarik, Serbia tidak memesan rudal S-400 buatan Rusia yang dibeli Turki, yang dari sisi teknologi lebih maju dari FK-3 China.
Menurut kantor berita Reuters, sistem rudal pertahanan udara FK-3 buatan China telah diperlihatkan kepada khayalak ramai selama sesi latihan militer di Pangkalan Udara Batajnica, dekat ibu kota Belgrade, Sabtu (30/4/2022). Disebutkan, sistem pertahanan SAM FK-3 China ini sebenarnya hampir mirip dengan sistem pertahanan S-300 Rusia atau sistem Patriot AS.
Baca juga: AS Dikejutkan oleh Uji Coba Rudal Hipersonik China
Media China, Global Times, melaporkan, sistem rudal FK-3 merupakan versi ekspor dari sistem rudal HQ-22 yang dipakai di dalam negeri. Belgrade memesan sistem rudal FK-3 berdasarkan kesepakatan dengan Beijing pada 2019. Komponennya dikirim ke Batajnica pada 9–11 April 2022 dengan enam pesawat angkut Y-20A milik Angkatan Udara (AU) Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Walau kesepakatan Beijing-Belgrade diteken pada tahun 2019, kesepakatan itu baru diumumkan kepada publik pada tahun 2020. Pada Maret 2022, Angkatan Bersenjata Serbia (SAF) membentuk unit baru yang bertugas menerima pengiriman sistem FK-3. Dari sisi waktu dan urgensinya, transaksi ini sangat mencolok mengingat perang Rusia-Ukraina.
Sistem Rudal FK-3 akan ditempatkan di Batalyon Rudal Pertahanan Udara ke-2 Angkatan Udara Serbia dan Brigade Rudal Pertahanan Udara ke-250 Pertahanan Udara (RV i PVO) Serbia. Tugasnya adalah melindungi ibu kota Belgrade, dan kota-kota penting yang strategis lainnya, yakni Novi Sad, Nis, dan Kragujevac. Belgrade dan Novi Sad berada di utara, dua kota lainnya berada di selatan.
Situs berita Al Jazeera menambahkan, enam pesawat angkut Y-20A China itu tidak hanya menurunkan rudal dan peluncurnya di Serbia, awal April itu. Enam pesawat angkut Angkatan Udara PLA itu juga membawa radar dan kendaraan komando, serta peralatan militer lainnya. Negara-negara Barat semakin khawatir atas kedekatan Serbia dengan China dan Rusia.
Baca juga: China Tambah Ratusan Peluncur Rudal Nuklir di Dekat Xinjiang
Dalam latihan militer pada akhir April di Batajnica itu, ternyata tidak hanya sistem rudal FK-3 dari China saja yang dipamerkan kepada publik. Angkatan Bersenjata Serbia (SAF) juga menghadirkan rudal dan helikopter Perancis, pesawat nirawak bersenjata China, dan jet tempur MiG-29 Rusia. Para analis khawatir, penumpukan senjata di Serbia itu dapat mengancam stabilitas kawasan Balkan.
Pintu ke Eropa
Vuk Vuksanovic, peneliti senior di Belgrade Centre for Security Policy dan lembaga kajian kebijakan luar negeri LSE IDEAS, London School of Economics and Political Science, mengatakan, Serbia penting bagi China. Bagi Beijing, transaksi senjata itu adalah bagian dari ambisi untuk memasuki pasar pertahanan Eropa melalui Serbia. Belgrade amat penting bagi Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative atau BRI) Beijing.
Sementara ”bagi Belgrade, kesepakatan itu didasarkan pada kebutuhan untuk memodernisasi sistem pertahanannya yang sudah ketinggalan zaman, keharusan kebijakan luar negeri untuk menyeimbangkan kekuatan besar eksternal, dan keinginan kepemimpinannya untuk mendapatkan dukungan domestik,” tulis Vuksanovic dalam analisisnya di Foreign Policy, 11 Mei 2022.
Menurut Vuksanovic, China telah berambisi menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Eropa selama beberapa dekade. Namun, upaya itu terhambat oleh embargo senjata Eropa yang dikenakan kepada China sebagai tanggapan atas penindasan China terhadap aksi protes Tiananmen. Serbia sebagai calon anggota Uni Eropa adalah subyek uji pasar pertahanan Beijing di Eropa.
Pembelian sistem FK-3 oleh Serbia merupakan yang pertama di Eropa. Demikian pula, ketika China pada tahun 2020 mengirim pesawat nirawak CH-92A ke Serbia, itu merupakan peralatan penerbangan militer China yang pertama diekspor ke Eropa. China menancapkan kukunya di Serbia.
Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, Maret 2021, telah melakukan perjalanan ke Eropa tenggara. Saat itu dia mengunjungi Serbia, Hongaria, Makedonia Utara, dan Yunani. Semua negara itu amat penting dan strategis bagi China dalam upayanya terhubung dengan Eropa.
Baca juga: Rusia-China Melawan Tekanan Barat
Yunani adalah platform maritim yang menghubungkan Eropa dengan Timur Tengah dan Afrika Utara. Lebih jauh ke utara, Makedonia Utara, adalah saluran untuk lalu lintas darat karena berbatasan dengan beberapa negara Balkan, diikuti Serbia yang menghubungkan Balkan dengan Eropa Tengah melalui Hongaria.
Semua negara ini, kecuali Serbia, merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Yunani dan Hongaria juga anggota Uni Eropa (UE). Kunjungan Wei menunjukkan ambisi China untuk memenangi pasar pertahanan lainnya di sekitar Serbia. Pengiriman sistem rudal FK-3 adalah bagian penting dari ambisi China tersebut.
Bagi Serbia, memperoleh sistem pertahanan udara dari China adalah bagian dari upayanya memodernisasi perangkat keras militernya yang sudah ketinggalan zaman. Sebagian besar perangkat kerasnya berasal dari zaman bekas Yugoslavia. Di masa industri militer besar milik negara komunis Yugoslavia, sebagian perangkat didasarkan pada standar Soviet.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, rudal China dan perangkat keras militer China lainnya yang dikirim ke Serbia itu tidak untuk mengancam siapa pun. Menurut dia, seperti dikutip kantor berita Associated Press, rudal dan perangkat keras militer China itu hanya untuk berjaga-jaga, sebagai ”pencegah yang kuat” terhadap penyerang potensial—entah siapa yang dimaksudnya.
”Kami takkan mau lagi menjadi karung tinju bagi siapa pun,” kata Vucic, mengacu pada pengeboman selama 78 hari oleh NATO atas tindakan keras berdarah Belgrade terhadap separatis Serbia di Kosovo pada tahun 1999. Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak pada 17 Februari 2008.
Baca juga : China Rengkuh Dunia via ”Diplomasi Korona”
Negara di Eropa tenggara itu, yang terletak di persimpangan Dataran Pannonia dan Balkan serta bekas Soviet ini, sebenarnya sangat menikmati hubungan yang hangat dan mesra dengan Rusia. Lantas mengapa Serbia tidak membeli sistem rudal dari Rusia, tetapi justru dari China?
”Kesepakatan rahasia”
Beberapa analis mengatakan, bisa jadi ada ”kesepakatan rahasia” antara China dan Rusia agar Serbia memang ”diizinkan” Rusia menjadi pijakan China di Eropa. Hanya dengan itu, Moskwa dan Beijing dapat lebih memecah kekuatan Barat. Telah jamak diketahui bahwa dua raksasa China dan Rusia berusaha menjegal hegemoni Amerika Serikat, termasuk di Eropa.
Namun, analis lain mengatakan, pengadaan senjata Serbia dari beberapa negara adalah bagian dari strategi mendiversifikasi kemitraan pertahanannya. Perangkat keras militer yang tersedia untuk Serbia membuktikan fakta itu. Pada tahun 2019, Serbia membeli jet tempur MiG-29 Rusia. Namun, karena sebagian besar jet itu mulai usang, Serbia lalu menggantikannya dengan Rafale, Perancis.
Di luar itu, Serbia membeli rudal Mistral dari Perancis, sistem pertahanan udara portabel-manusia inframerah dan sistem rudal antipesawat Pantsir-S1 dari Rusia. Selain mendapatkan pesawat nirawak China, Serbia sedang menjalin pembicaraan untuk membeli pesawat nirawak Bayraktar TB2 Turki karena terpikat oleh kinerja pesawat itu di Nagorno-Karabakh, Etiopia, dan Ukraina.
Baca juga: China-Rusia: AS Rusak Tatanan Internasional
Vuksanovic mengatakan, dengan mendapatkan sistem persenjataan dari kekuatan seperti China, Pemerintah Serbia berharap dapat meningkatkan daya tawarnya dengan Barat. Selama dua tahun terakhir, Serbia telah menggantikan Rusia dengan China sebagai mitra utamanya di Asia. Media Rusia marah ketika Belgrade pada tahun 2020 mengumumkan pembelian rudal China.
”Sistem rudal FK-3 mewakili gelombang baru teknologi rudal China. Fakta bahwa Serbia memutuskan menggunakan sistem China daripada (sistem) Rusia sebenarnya hendak mengatakan sesuatu,” kata Vuksanovic.
Dengan semua mata tertuju kepada Rusia, Serbia dan China percaya bahwa mereka memiliki lebih banyak ruang untuk mengembangkan hubungan bilateral. Perang yang sedang berlangsung di Ukraina telah memaksa Serbia mengurangi beberapa hubungan dengan Rusia. Beijing dapat mengisi banyak ruang kosong saat Belgrade menjauhkan diri dari Moskwa.