Kapal intelijen China berlayar di lepas pantai barat Australia. Menteri Pertahanan Australia mengatakan, tujuan kapal itu adalah untuk mengumpulkan informasi intelijen.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
CANBERRA, JUMAT - Belum pudar isu kerja sama keamanan antara China dan Kepulauan Solomon, baru-baru ini situasi di kawasan kembali menghangat. Canberra mendeteksi kehadiran sebuah kapal intelijen China di lepas pantai barat Australia. Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, meskipun kapal canggih itu tidak berada di wilayah perairan teritorial Australia, kehadirannya tetap dinilai mengkhawatirkan.
Kapal itu, disebutkan berada sekitar 50 mil laut dari fasilitas pertahanan Australia yang sensiti, yaitu stasiun komunikasi Angkatan Laut Harold E Holt yang berada di Exmouth. “Ini jelas sebuah kapal intelijen, dan mereka mengamati kita, kita akan terus mengawasi mereka,” kata Morrison kepada sejumlah wartawan di Canberra, Jumat (13/5/2022).
Australia telah memantau kehadiran kapal mata-mata itu sejak seminggu terakhir. Haiwangxing, kapal Intelijen dari kelas Dongdiao itu diketahui mulai mendekati zona ekonomi eksklusif Australia pada 6 Mei lalu dan semakin mendekat perairan di barat Exmouth pada 11 Mei.
PM Morrison menilai tindakan yang dilakukan China bukan sebagai tindakan yang menggambarkan upaya bersahabat. "Saya tentu tidak percaya, ketika Anda mengkaitkannya dengan banyak tindakan pemaksaan serta beragam pernyataan lain yang sebelumnya telah dilontarkan, yang menyerang kepentingan nasional Australia, Anda akan menggambarkannya (kehadiran kapal intelijen) sebagai tindakan membangun jembatan atau persahabatan," kata Morrison.
Agresif
Meskipun kehadiran kapal Angkatan Laut China bukanlah hal yang benar-benar baru, namun bagi Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton, kehadiran kapal intelijen itu dinilai cukup aneh. Dalam sebuah konferensi pers, Dutton menyebut kehadiran kapal intelijen China itu sebagai sebuah bentuk agresi. “Menurut saya, ini adalah tindakan agresif, karena kapal itu hadir begitu jauh ke selatan,” kata Dutton. “Di dekat instalasi militer dan intelijen di pantai barat Australia”.
Sebelumnya, dalam beberapa tahun terakhir, Australia mendeteksi kehadiran kapal perang China di wilayah perairan di utara dan timur Australia.
Saat ini, menurut Dutton, kapal intelijen China itu tengah menuju utara. "Tujuannya, tentu saja, adalah untuk mengumpulkan intelijen tepat di sepanjang garis pantai. Itu dekat dengan instalasi militer dan intelijen di pantai barat Australia," kata Dutton.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, Menlu AS Antony Blinken dan Menhan AS Lloyd Austin di Washington, Kamis (16/9/2021), menjelaskan soal penambahan kehadiran anggota marinir AS dan peralatan militernya di Darwin pascapenandatanganan pakta militer AUKUS.
Lebih lanjut Dutton mengatakan, pergerakan kapal itu terus diawasi, termasuk memantaunya dari udara. Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Bersenjata Australia mengatakan, mereka menghormati hak semua negara untuk menjalankan kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan dan wilayah udara internasional.
“Sama seperti kami mengharapkan negara lain menghormati hak kami saat melakukan hal yang sama,” kata Angkatan Bersenjata Austalia dalam sebuah pernyataan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, relasi China dan Australia dalam beberapa tahun terakhir terus diwarnai ketegangan. Diantaranya terkait dengan dukungan Canberra pada Amerika Serikat yang mendesak adanya investigas independen untuk mencari asal mula virus pemicu Covid-19. China kerap kali memprotes saat kapal perang Australia dan AS melintas di wilayah perairan Laut China Selatan.
Sebaliknya, Canberra merasa tidak nyaman dengan langkah China menjalin kerja sama keamanan dengan Kepulauan Solomon, salah satu negeri di Pasifik Selatan. Secara tradisional, kawasan itu berada di bawah pengaruh AS dan Australia.
Secara terbuka Australia menyampaikan kekhawatirannya atas upaya China di kawasan tersebut. Oleh Canberra kerja sama itu dinilai sebagai bagian dari upaya China mendirikan pangkalan militer di Kepulauan Solomon. Maret lalu, kepada Channel Nine, Menhan Australia Peter Dutton mengatakan, Australia menginginkan perdamaian dan stabilitas di kawasan. “Kami tidak ingin pengaruh yang meresahkan, dan kami tidak ingin tekanan dan paksaan dari China terus bergulir di kawasan itu,” kata Dutton.