Korea Utara Umumkan Kasus Covid-19 Pertama Setelah Dua Tahun Pandemi
Pemerintah Korea Utara secara resmi mengumumkan berjangkitnya varian Omicron virus SARS-CoV-2 di negara tersebut. Sejumlah pengamat menilai, berjangkitnya Covid-19 akan berdampak serius pada kondisi Korut.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
PYONGYANG, KAMIS — Pemerintah Korea Utara, Kamis (12/5/2022), secara resmi mengumumkan wabah Covid-19 tengah melanda negara itu. Pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un, telah memerintahkan kebijakan darurat maksimum, penguncian secara nasional, yang memicu kepanikan masyarakat membeli bahan-bahan makanan.
Kebijakan penguncian nasional diambil setelah tim kesehatan Pemerintah Korut memastikan sampel yang diambil dari seorang pasien di ibu kota Pyongyang konsisten dengan varian Omicron virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Rapat politbiro Pemerintah Korut memutuskan kebijakan penguncian secara nasional untuk menghilangkan akar atau sumber penyakit dan mencegah penyebarluasan Covid-19 dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Pemerintah akan mendistribusikan pasokan medis cadangan darurat ke seluruh provinsi untuk membantu penanganan penyakit ini. Semua kegiatan bisnis dan produksi akan diatur sehingga setiap unit kerja ”terisolasi” untuk mencegah penyebaran penyakit. Kim juga telah memerintahkan militer untuk melakukan pengawasan situasi perbatasan yang lebih ketat untuk mencegah masuknya warga dari Korea Selatan.
Kim menyerukan kontrol perbatasan yang lebih ketat dan tindakan penguncian. Ia memberi tahu warga untuk sepenuhnya menghadang penyebaran virus berbahaya itu dengan memblokir secara menyeluruh wilayah di semua kota dan kabupaten di seluruh negeri.
”Dia meyakinkan kami, karena kesadaran politik masyarakat yang tinggi, kami pasti akan mengatasi keadaan darurat dan menang dalam proyek karantina darurat,” sebut KCNA, mengutip pernyataan Kim.
Dalam laporannya, KCNA menyebut sejumlah warga Pyongyang telah tertular varian Omicron, varian virus SARS-CoV-2 yang cepat menular. Tim kesehatan Pemerintah Korut telah mengambil sampel warga yang terinfeksi pada 8 Mei dan memeriksanya di laboratorium sebelum mengumumkan hal ini ke publik.
Media daring yang berbasis di Seoul dan mengkhususkan diri seputar situasi di Korut, NK News, melaporkan, sebelum Pemerintah Korut mengumumkan secara resmi adanya penularan varian Omicron di negara tersebut, pemerintah kota Pyongyang telah melakukan kebijakan penguncian selama dua hari karena terdapat warga yang bergejala flu. Sebuah stasiun televisi di China juga memberitakan hal ini. Sejumlah sumber NK News juga mengatakan terjadi kepanikan pembelian berbagai macam barang karena ketidakpastian kapan kebijakan tersebut berakhir.
Sejak pandemi diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret 2020, Pyongyang langsung mengisolasi diri dari dunia luar dengan menutup perbatasannya untuk mencegah penularan. Dari 3 Januari 2020 hingga 11 Mei tahun ini tidak ada kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan nol kematian yang dilaporkan dari Korut, kata WHO.
Awal tahun 2020, sebelum virus korona menyebar ke seluruh dunia, Korut mengambil langkah keras untuk mencegah penularan virus. Kebijakan ini telah memaksa warga yang memperlihatkan gejala mirip Covid-19 untuk dikarantina dan menghentikan lalu lintas perdagangan lintas batas selama dua tahun. Bahkan, Pyongyang diyakini telah memerintahkan pasukan untuk menembak di tempat setiap pelanggar yang melintasi perbatasannya.
Korut pada Januari secara tentatif membuka kembali lalu lintas kereta api barang antara kota perbatasan Sinuiju dan Dandong, China. Akan tetapi, China mengumumkan penghentian perdagangan bulan lalu terkait penyebaran Covid-19 di Dandong.
Klaim Korut bebas dari Covid-19 dibantah oleh banyak pakar asing. Akan tetapi, sejumlah pejabat Korea Selatan menyatakan, Pyongyang mungkin berhasil menghindari wabah besar karena telah mengambil kebijakan yang keras sejak awal pandemi.
Muncul pula keraguan pelaksanaan vaksinasi di negara itu setelah Pyongyang menolak vaksin yang didistribusikan oleh Covax, fasilitas vaksin global yang didukung PBB. Hal yang sama terjadi ketika Pemerintah China dan Rusia berniat mengirimkan vaksin Sinovac dan Sputnik V ke Korut.
Para ahli memperkirakan wabah besar Covid-19 akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan karena sistem perawatan kesehatan Korut yang buruk. Wabah juga mungkin dapat memicu ketidakstabilan jika digabungkan dengan masalah lain, seperti kekurangan pangan yang serius.
Pada parade militer tahun 2020, Kim Jong Un berulang kali dan secara berlebihan mengucapkan terima kasih kepada warga dan militer atas kesetiaan mereka dan untuk tetap sehat dalam menghadapi ”epidemi” virus corona global. Media pemerintah sebelumnya telah melaporkan langkah-langkah pencegahan epidemi, dan warga sipil terkadang terlihat mengenakan masker di foto-foto resmi.
Namun, pada parade militer besar-besaran di Pyongyang akhir bulan lalu yang disiarkan oleh media pemerintah tak satu pun dari ribuan peserta atau peserta terlihat mengenakan masker.
Tidak biasa bagi Korea Utara untuk mengakui berjangkitnya penyakit menular apa pun meskipun Kim kadang-kadang jujur tentang masalah nasional dan sosial serta kegagalan kebijakannya. Selama pandemi flu tahun 2009, ketika negara itu diperintah oleh ayahnya, Kim Jong Il, Korut menyatakan sembilan orang di Pyongyang dan kota perbatasan barat laut Sinuiju telah terjangkit flu. Beberapa ahli mengatakan, pengakuan itu ditujukan untuk mendapatkan bantuan dari luar negeri.
Para ahli mengatakan, Kim Jong Un belum secara terbuka meminta bantuan apa pun, termasuk vaksin Covid-19, dari Amerika Serikat dan Korea Selatan di tengah kebuntuan yang berkepanjangan dalam diplomasi nuklir. (AP/AFP/Reuters)