Dicurigai Bantu Aktivis Prodemokrasi, Petinggi Gereja Hong Kong Ditahan
Aparat keamanan Hong Kong menangkap lima orang yang diduga mengelola rekening bantuan kemanusiaan bagi gerakan prodemokrasi. Salah satu yang ditangkap adalah mantan Uskup Hong Kong yang dikenal vokal terhadap China.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
HONG KONG, KAMIS — Aparat keamanan Hong Kong, Rabu (11/5/2022), menahan lima orang yang diduga berkolusi dengan aktivis prodemokrasi dan agen asing untuk mendanai gerakan perlawanan terhadap Pemerintah Hong Kong dan China. Salah satu yang sempat ditahan dan diperiksa adalah Kardinal Joseph Zen, salah satu pastor paling senior di Asia.
Empat orang lain yang bersama Zen juga menjalani pemeriksaan, yakni pengacara senior Margaret Ng, penyanyi dan aktivis hak asasi manusia Denise Ho, mantan anggota parlemen Hong Kong Cyd Ho, serta mantan akademisi Hui Po-keung.
Dalam pernyataan, Kepolisian Hong Kong menyebutkan telah menahan dua laki-laki dan dua perempuan berusia 45-90 tahun yang diduga menjadi wali Dana Bantuan Kemanusiaan 612. Dana itu digunakan untuk membiayai bantuan hukum bagi warga Hong Kong yang ikut serta dalam demonstrasi tahun 2019.
Satu orang lainnya yang ditangkap terpisah diidentifikasi sebagai laki-laki berusia 37 tahun disebut-sebut karena gagal mendaftarkan rekening dengan benar ke pemerintah. Rekening itu telah ditutup tahun 2021.
Lima orang yang ditangkap dan diinterogasi itu diperintahkan untuk menyerahkan dokumen perjalanan dan akan dibebaskan dengan jaminan. ”Investigasi polisi menunjukkan bahwa orang-orang yang disebutkan di atas adalah wali dari rekening 612, Dana Dukungan Kemanusiaan. Mereka dicurigai membuat permintaan dari lembaga asing atau luar negeri, menjatuhkan sanksi pada Daerah Administratif Khusus Hong Kong, (dan) membahayakan keamanan nasional,” demikian pernyataan. Polisi menambahkan, penangkapan lebih lanjut dalam kasus ini ditunda.
Kelima orang yang ditangkap diperiksa secara terpisah. Zen sempat ditahan dan diperiksa di kantor polisi Chai wan, dekat dengan rumahnya, sebelum dibebaskan. Seusai dibebaskan dengan jaminan, Zen, yang saat diperiksa mengenakan kerah pendeta putih, pergi meninggalkan kantor polisi tanpa memberi keterangan kepada media.
Pembungkaman
Sejak Pemerintah Hong Kong memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional, puluhan ribu warga dan aktivis demokrasi turun ke jalan untuk menentangnya. Pemerintah Administrasi Hong Kong di bawah Carrie Lam bergeming dan menggunakan UU Keamanan Nasional untuk memberangus hak sipil warga yang sebelumnya terjamin ketika wilayah ini masih menjadi bagian dari Inggris. Puluhan aktivis prodemokrasi dan petinggi media serta anggota parlemen ditahan.
Zen adalah mantan Uskup Agung Hong Kong. Meski begitu, dia pengkritik tajam berbagai kebijakan China, terutama saat semakin berkembangnya otoritarianisme di bawah Presiden Xi Jinping dan penganiayaan terhadap beberapa penganut Katolik Roma di China. Zen juga tidak segan-segan mengecam kesepakatan Beijing dengan Vatikan tahun 2018 soal pencalonan uskup.
Juru Bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan, Takhta Suci telah mengetahui kabar penangkapan Zen dan akan mempelajarinya. Dia juga menyatakan, Vatikan prihatin atas penangkapan tersebut.
Penangkapan itu terjadi setelah polisi mengatakan pada September 2021 bahwa mereka telah mulai menyelidiki dana tersebut untuk dugaan aktivitas yang melanggar Undang-Undang Keamanan Nasional. Dengan pergantian pemimpin Hong Kong, dari Carrie Lam kepada John Lee, penangkapan-penangkapan semacam ini dikhawatirkan akan terus terjadi.
”Penangkapan hari ini menandakan tanpa keraguan bahwa Beijing bermaksud mengintensifkan tindakan keras terhadap hak-hak dasar dan kebebasan di Hong Kong,” kata Kepala Eksekutif Hong Kong Watch Benedict Rogers. Lembaga itu mendesak masyarakat internasional untuk terus mengamati situasi di Hong Kong dan menyerukan pembebasan para aktivis.
Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, AS juga meminta pihak berwenang China dan Hong Kong untuk berhenti menargetkan para advokat Hong Kong serta segera membebaskan Zen dan lainnya yang ditahan dan didakwa secara tidak adil.
Beberapa aktivis Kong Kong terkemuka telah melarikan diri ke Taiwan, Inggris, atau tempat lain, sementara ribuan warga Hong Kong lainnya memilih meninggalkan kota. Ini meningkatkan kekhawatiran tentang masa depan ekonomi pusat keuangan Asia yang berpenduduk 7,4 juta orang tersebut.
Maya Wang, peneliti senior China Human Rights Watch, mengatakan, menangkap Zen karena aktivitas damainya menjadi titik terendah baru yang mengejutkan bagi Hong Kong. Tindakan itu menggambarkan hak asasi manusia terjun bebas di kota itu dalam dua tahun terakhir.
Dalam pandangan Lionel Jensen, profesor bahasa dan budaya Asia Timur Universitas Notre Dame, penangkapan Zen menandai hari tergelap demokrasi Hong Kong. Dia juga menilai tindakan itu akan memicu Vatikan untuk mempertimbangkan ulang keterlibatan diplomatik dengan China. (AP/Reuters)