Setelah 36 Tahun, Dinasti Marcos Kembali Kuasai Filipina
Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr, putra mendiang Ferdinand Marcos Sr, memenangi pemilu Filipina. Setelah 36 tahun, dinasti Marcos yang di masa lalu memerintah dengan tangan besi kembali memimpin Filipina.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·7 menit baca
Presiden ke-10 Filipina Ferdinand Marcos Sr yang bernama lengkap Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos telah meninggal di usia 72 tahun di Honolulu, Hawaii, 28 September 1989. Istrinya, Imelda Marcos, yang terkenal karena mengoleksi lebih dari 3.000 pasang sepatu mahal kini berusia 92 tahun. Marcos Sr yang dikenal otoriter itu berpulang pada tahun ke-3 dan bulan ke-7 setelah demonstrasi massal tanpa kekerasan menggulingkannya pada 25 Februari 1986.
Marcos Sr tumbang setelah berkuasa dengan tangan besi selama 20 tahun dan 2 bulan sejak 30 Desember 1965. Demonstrasi massal yang dikenal sebagai Revolusi Kekuatan Rakyat atau Revolusi EDSA, yang menumbangkan Marcos Sr, itu sudah terjadi 36 tahun silam. EDSA adalah akronim dari Epifano de los Santos Avenue, jalan utama di Metro Manila, yang menjadi pusat demonstrasi damai penggulingan Marcos Sr.
Revolusi EDSA merupakan respons atas diberlakukannya hukum darurat militer yang membungkam hak berekspresi dan hak berpendapat masyarakat sipil. Tidak boleh, misalnya, media massa mengkritik rezim. Jika nekat, konsekuensinya adalah pembredelan. Semua harus sesuai dengan apa yang diinginkan Marcos Jr. Oposisi diberanggus dengan pucaknya adalah pembunuhan Benigno ”Ninoy” Aquino.
Jenazah Marcos Sr sempat tertahan lama di Honolu karena kelompok oposisi dan rakyat Filipina sempat melarang pemulangan jenazahnya. Sampai akhirnya Mahkamah Agung Filipina pada November 2016 mengizinkan jenazah Marcos dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Manila, yang memicu penolakan keras oleh mayoritas masyarakat Filipina.
Hampir 33 tahun setelah Marcos Sr meninggal dan 6 tahun setelah jenazahnya dimakamkan di Manila, kini anaknya, Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr, memenangi Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2022, Senin (9/5/2022). Hasil sementara oleh Comelec, Komisi Pemilu Filipina, seperti dirilis Philstar, Selasa (10/5) pagi, menunjukkan, Bongbong mengantongi lebih dari 30,5 juta suara.
Saingan utamanya, Wakil Presiden Filipina Leni Robredo, meraih kurang dari separuh perolehan suara Bongbong, yakni lebih dari 14,5 juta suara. Posisi ketiga diraih Manny Pacquiao dengan lebih dari 3,5 juta suara. Hasil penghitungan resmi diumumkan akhir bulan ini. Pemilu juga sekaligus memilih anggota parlemen pusat dan daerah serta kepala daerah tingkat satu dan dua.
Keluarga Marcos berusaha membangun kembali dinastinya dalam politik Filipina setelah Bongbong maju dalam Pilpres 2022. Sejak awal, ia diprediksi dapat memenangi pilpres setelah jajak pendapat menunjukkan bahwa peluangnya memenangi kontestasi mencapai 75 persen, sekalipun beberapa analis sempat meragukannya.
Kemenangan Bongbong membuka jalan bagi kembalinya dinasti otoriter yang paling terkenal dan kontroversial ke tampuk kekuasaan Filipina.
Kemenangan Bongbong membuka jalan bagi kembalinya dinasti otoriter yang paling terkenal dan kontroversial ke tampuk kekuasaan Filipina. Momen emosional ini tak terbayangkan oleh sebagian rakyat Filipina. Mereka tidak menghendaki kembalinya dinasti yang pernah berkuasa dengan tangan besi, memberangus oposisi, dan meredam kebebasan berpendapat itu.
Bongbong sempat melarikan diri ke pengasingan di Hawaii bersama keluarganya, setelah pemberontakan ”kekuatan rakyat” pada 1986 melucuti kekuasaan ayahnya, Ferdinand Sr. Sejak kembali ke Filipina pada 1991, Bongbong menjadi anggota Kongres dan Senat setelah keluarga Marcos diizinkan masuk lagi ke arena politik negara itu. Kini, tidak lama lagi, setidaknya pada Juni 2022, dia bakal menduduki kursi presiden yang pernah diduduki ayahnya selama lebih dari 20 tahun.
Marcos Jr menolak merayakan kemenangannya. Dia merendah. Sambil menunggu hasil penghitungan resmi dari komisi pemilu, dia hanya menyampaikan pernyataan terima kasih kepada para pendukungnya. ”Ada ribuan dari Anda di luar sana, sukarelawan, kelompok paralel, pemimpin politik, yang telah memberikan dukungan kepada kami karena keyakinan pada pesan persatuan kami,” katanya.
”Setiap usaha sebesar ini tidak melibatkan satu orang. Ini jelas melibatkan sangat, sangat banyak orang, yang bekerja dengan cara yang sangat, sangat berbeda,” kata Bongbong dalam narasinya di media sosial Facebook.
Selama tiga bulan masa kampanye, Bongbong mengusung platform persatuan. Analis politik mengatakan, kepresidenannya belum tentu akan mendorong persatuan, bahkan mungkin justru malah mempertajam polarisasi sosial dan politik. Jika ini yang terjadi, persatuan dan kesatuan bisa terancam.
Nama dinasti Marcos menjadi sangat identik dengan penjarahan kekayaan, kronisme, dan kehidupan glamor keluarga presiden.
Banyak di antara jutaan pemilih Robredo marah. Mereka marah karena menyaksikan adanya upaya nyata oleh keluarga mantan penguasa tangan besi di Filipina itu untuk membangun narasi sejarah kekuasaan tentang kehebatan dinasti Marcos lewat media sosial.
Ribuan penentang Marcos Sr menderita penganiayaan selama era darurat militer ”brutal” pada 1972-1981. Nama dinasti Marcos menjadi sangat identik dengan penjarahan kekayaan, kronisme, dan kehidupan glamor keluarga presiden. Miliaran dollar kekayaan negara menghilang dan masuk ke kantong-kantong pribadi anggota keluarga Marcos dan kroninya.
Keluarga Marcos berulang kali membantah telah melakukan kesalahan di masa lalu. Kelompok pendukung, blogger, dan influencer di media sosial mengatakan sejarah keluarga ini telah terdistorsi. Kelompok HAM Karapatan meminta rakyat Filipina untuk menolak kebangkitan dinasti Marcos, yang menurut mereka dibangun di atas kebohongan dan disinformasi yang menjijikkan.
”Marcos Jr belum secara terbuka mengakui kejahatan ayah dan peran keluarganya sebagai penikmat manfaat langsung (dari kekayaan negara). Marcos Jr terus meludahi kuburan dan penderitaan semua korban darurat militer Marcos Sr dengan berpura-pura tidak tahu tentang banyaknya kekejaman yang terdokumentasi,” sebut Karapatan.
Bongbong, yang menghindari debat dan wawancara selama kampanye, baru-baru ini memuji ayahnya sebagai seorang jenius dan negarawan. Dia kesal dengan pertanyaan tentang era darurat militer yang diterapkan selama lebih dari sembilan tahun oleh Marcos Sr.
Saat penghitungan suara menunjukkan kemenangan Marcos, Robredo mengatakan kepada para pendukungnya untuk melanjutkan perjuangan demi kebenaran hingga pemilu berikutnya. ”Butuh waktu untuk membangun struktur kebohongan. Kami punya waktu dan kesempatan untuk melawan dan membongkar ini,” katanya.
Marcos Jr memberikan sedikit petunjuk tentang agenda kebijakannya selama kampanye. Namun, kebijakannya secara umum diperkirakan akan mengikuti jejak Presiden Rodrigo Duterte yang menargetkan pembangunan infrastruktur besar, dekat dengan China, dan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Gaya kepemimpinan Duterte yang keras membuatnya didukung banyak warga Filipina.
Selama berkuasa, Duterte dikenal memerintah dengan tangan besi. Di masa kekuasaannya, banyak pengaduan terkait pelanggaran hak asasi manusia, terutama karena banyaknya kasus pembunuhan di luar hukum dalam pemberantasan narkoba. Dia juga menerapkan darurat militer di Mindanao.
Kini, putri Duterte, yakni Sara Duterte-Carpio, pun memenangi pertarungan untuk posisi wakil presiden dengan meraih lebih dari 30,9 juta suara. Dia dipastikan akan menjadi wakil presiden, yakni mendampingi Bongbong. Keduanya mewakili dinasti masing-masing.
Putri Duterte, yakni Sara Duterte-Carpio, pun memenangi pertarungan untuk posisi wakil presiden dengan meraih lebih dari 30,9 juta suara. Dia dipastikan akan menjadi wakil presiden, yakni mendampingi Bongbong. Keduanya mewakili dinasti masing-masing.
Aries Arugay, seorang profesor ilmu politik, mengatakan bahwa banyak yang harus dilakukan Marcos untuk membuktikan bahwa dia memang benar tulus mewujudkan persatuan. ”Di bawah Marcos Jr, mungkin (polarisasi) itu akan menjadi lebih merusak karena saya tidak yakin slogan persatuan akan diterapkan, yang berarti dapat merangkul pihak lain,” kata Arugay.
Peter Mumford, Kepala Lembaga Kajian Kelompok Eurasia, yang meliputi kawasan Eurasia, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, mengatakan, kemenangan elektoral Marcos bukanlah jaminan bahwa dia akan menjadi pemimpin yang populer dan/atau efektif. Kemenangan itu akan membuat kepresidenannya menjadi awal yang berat.
”Salah satu titik perhatian utama di bawah pemerintahannya adalah apakah korupsi dan kronisme akan memburuk,” kata Mumford.
Menurut Mumford, akan menarik untuk melihat apakah Marcos Jr menyadari kekhawatiran tersebut dan memberi sinyal atau mengambil tindakan dalam beberapa minggu mendatang untuk meyakinkan investor asing. Sebaliknya, jika dia lebih banyak menunjuk keluarga dekat dan koneksi pribadi lainnya ke posisi kunci, itu akan membuat investor khawatir.
Alex Holmes, seorang ekonom, mengatakan, ”kemenangan itu menempatkan Marcos Jr pada posisi yang berat. Mengingat latar belakang keluarganya dan karier politiknya yang buruk hingga saat ini, ada kekhawatiran di antara investor bahwa kemenangannya akan memicu korupsi, nepotisme, dan pemerintahan yang buruk”.
Menurut Holmes, Marcos Jr diperkirakan akan melanjutkan program pembangunan infrastruktur yang telah dimulai Duterte. Ada sedikit keraguan bahwa Filipina akan mendapat manfaat dari peningkatan infrastruktur, variabel yang dinilai sebagai salah satu yang terburuk di Asia. Marcos Jr mungkin ingin lebih dekat dengan China, tetapi itu berisiko untuk hubungan dengan Amerika.
Temario Rivera, mantan Profesor Ilmu Politik, Universitas Filipina mengatakan, ”Kemenangan Marcos Jr menandakan kekuasaan politik dinasti terburuk dalam sejarah politik negara.” (AFP/AP/REUTERS)