Harga Saham dan Bitcoin Anjlok di Tengah Sentimen The Fed dan China
Sentimen negatif datang berurutan menekan prospek ekonomi global. Mulai dari kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve, pengetatan penutupan wilayah di China, hingga belum jelasnya ujung perang Rusia-Ukraina.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
AFP/GETTY IMAGES/ALEX WONG
Gubernur The Fed Jerome Powell saat memberikan keterangan pers seusai rapat FOMC di Washington DC pada 30 Januari 2019. The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan pada awal Mei 2022.
SYDNEY, SENIN - Pasar saham di kawasan Asia berada dalam teritori negatif pada Senin (9/5/2022) pagi, seiring merosotnya indeks saham berjangka di pasar modal Amerika Serikat. Penurunan lebih lanjut juga dialami aset-aset kripto dipimpin anjloknya harga bitcoin. Sentimen negatif datang berurutan mulai dari kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS atau The Federal Reserve, pengetatan penutupan wilayah di China, hingga belum jelasnya ujung perang Rusia-Ukraina yang memicu kekhawatiran tentang arah pertumbuhan ekonomi global dan kemungkinan resesi.
Saham berjangka S&P500 memimpin dengan penurunan 1,0 persen, sementara Nasdaq berjangka turun 0,9 persen. Imbal hasil surat utang AS, US Treasury, bertenor 10 tahun naik tipis ke level tinggi baru di level 3,15 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen dan Indeks Nikkei Jepang melemah 1,2 persen. Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia yang baru buka setelah libur Lebaran selama sepekan terempas lebih dari 4 persen ke level 6.902.
”Serangkaian kenaikan suku bunga muncul dengan latar belakang anjloknya aktivitas China dan Eropa, rencana baru untuk larangan energi Rusia, dan tekanan sisi pasokan yang berkelanjutan,” kata tim analis Barclays dalam laporan pada awal pekan. ”Ini menciptakan prospek suram dari inflasi yang terus-menerus, memaksa bank sentral menaikkan suku bunga meskipun pertumbuhan melambat dengan tajam.”
AFP/JADE GAO
Orang-orang mengantre untuk mengikuti tes Covid-19 di Zhongguancun di Beijing pada 26 April 2022. Tes Covid dilakukan secara massal setelah ditemukan 40 kasus baru.
Sementara itu, harga bitcoin jatuh ke level terendah tiga bulan pada Minggu (8/5/2022), beberapa hari setelah analis kripto memperingatkan grafik harga bitcoin dan aset-aset kripto lainnya mengirimkan sinyal bearish atau negatif. Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, harga bitcoin turun menembus level 34.000 dollar AS. Harga bitcoin telah jatuh selama empat hari berturut-turut. Menurut Coindesk, jika harganya turun di bawah 32.951 dollar AS, itu akan menjadi titik terendah baru bitcoin sejak Juli 2021.
Bitcoin bertahan pada kisaran 35.000-46.000 dollar AS selama beberapa bulan terakhir sehingga penurunan harga kali ini mungkin menandai awal dari tren pasar baru. Indikator grafik menunjukkan kecenderungan tertekannya harga bitcoin pada akhir pekan lalu karena harga bitcoin telah menembus di bawah garis tren kenaikannya selama tiga bulan.
Covid-19 di China
Dari Shanghai dilaporkan, Pemerintah China bergeming dengan kebijakan nihil kasus Covid-19. Otoritas negara itu pun memperketat penguncian wilayah di seluruh kota di Shanghai yang berpenduduk 25 juta jiwa. Ekonomi China pun diperkirakan terimbas langsung dari langkah-langkah itu apabila berlanjut. Adapun dari Eropa, spekulasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin menyatakan perang terhadap Ukraina saat perayaan Hari Kemenangan juga menjadi faktor penekan bagi pasar modal. Putin sejauh ini menyatakan tindakan Rusia di Ukraina sebagai ”operasi militer khusus” dan bukan perang.
Investor juga mengamati data laporan harga konsumen AS yang akan dirilis pada Rabu (11/5/2022). Para pelaku pasar memperkirakan inflasi hanya akan turun tipis. Itu artinya kemungkinan tidak ada hal yang mencegah langkah The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dengan besaran setidaknya 50 basis poin pada Juni. Inflasi inti telah terlihat naik 0,4 persen pada April, naik dari 0,3 persen bulan sebelumnya, bahkan ketika laju inflasi tahunan sedikit turun.
AP PHOTO/ALTAF QADRI
Sejumlah pekerja mengangkut batubara menuju truk untuk diangkut di Jharkhand, India, pada 24 September 2021. Harga energi melonjak secara global terutama akibat perang Rusia-Ukraina.
Tim analis ANZ menyatakan, terjadi kenaikan inflasi inti sebesar 5,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. ”Itu terlalu tinggi untuk The Fed dan kami pikir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed tidak akan tenang menghadapi inflasi sampai angka inflasi inti turun secara moderat menjadi sekitar 0,2 persen per bulan secara berkelanjutan,” kata tim ANZ. ”The Fed bukan satu-satunya bank sentral yang menghadapi tekanan inflasi. Panduan dari Bank Sentral Uni Eropa (ECB) menjadi jauh lebih garang.”
Dari Washington dilaporkan, Presiden AS Joe Biden pada Selasa (10/5/2022) akan memaparkan rencana untuk memerangi inflasi. Pekan lalu Biden membidik rencana ekonomi Senator AS dari Partai Republik, Rick Scott, yang akan menaikkan pajak atas 75 juta orang Amerika, yang sebagian besar berpenghasilan kurang dari 100.000 dollar AS per tahun. Scott memimpin upaya Partai Republik untuk memotong pajak.
Tekanan inflasi terus menghantui negara-negara di dunia. Turki dan Argentina mencatat tingkat inflasi tertinggi di antara negara-negara anggota G20 karena naiknya harga-harga di seluruh dunia. Inflasi Turki melonjak hampir 70 persen pada April secara tahunan, sedangkan inflasi Argentina pada bulan lalu menembus 50 persen secara tahunan. Akselerasi inflasi memaksa bank-bank sentral di seluruh dunia untuk memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diantisipasi banyak orang. Langkah The Fed pada pekan lalu menaikkan suku bunga acuan paling banyak sejak tahun 2000 menjadi pemantik langkah serupa oleh bank-bank sentral lain.
Prospek terkait suku bunga agresif telah mengerek posisi nilai tukar dollar AS mencapai level tertinggi dalam 20 tahun atas mata uang lain. Indeks dollar AS pada pekan lalu berada di level 104,070. Sean Callow, ahli strategi senior di Westpac, memperkirakan indeks dollar AS cenderung akan terus naik. Ia memproyeksikan indeks dollar AS bisa menyentuh level 107 untuk beberapa pekan. Euro tertahan di 1,0530 per dollar AS dan hanya sedikit di atas posisi terendah baru-baru ini di 1,0481 per dollar AS. Sementara itu, dollar AS bertahan di level 130,88 terhadap yen Jepang. (AFP/REUTERS)