China Tingkatkan Operasi Tempur, Taiwan Khawatirkan Invasi ala Rusia
China telah menolak untuk membandingkan Taiwan dengan Ukraina. Taiwan bukan negara, melainkan bagian dari satu China. Namun, Taiwan membantah sebagai bagian dari negara China.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
SHANGHAI, SENIN — Tentara Pembebasan Rakyat China, Senin (9/5/2022), mengklaim telah merampungkan rangkaian latihan militer di dekat Taiwan, pekan lalu. Latihan yang digelar selama tiga hari, sejak Jumat (6/5/2022) hingga Minggu (8/5/2022), dilaporkan bertujuan meningkatkan operasi tempur angkatan bersenjata Beijing di sekitar Taiwan.
Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengatakan dalam satu pernyataan, aset Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) China melakukan latihan di timur dan barat daya Taiwan. Latihan dari dua sisi Taiwan itu untuk menguji lebih lanjut dan meningkatkan kemampuan tempur gabungan dari berbagai layanan dan senjata. PLA tidak merinci lebih lanjut.
Taipei sudah sering melaporkan lonjakan aktivitas militer PLA di sekitar Taiwan yang hingga saat ini dicap ”provinsi pemberontak” oleh Beijing. Bagi China, Taiwan adalah wilayah yang dikuasai separatis dan suatu waktu dapat direbut dengan kekuatan senjata sekalipun. Namun, Taiwan telah berkembang menjadi salah satu model pemerintahan demokratis dan memiliki struktur militer yang kuat.
Pemerintahan demokratis Taiwan, yang telah diakui sebagai negara oleh lebih dari 10 negara, selama dua tahun terakhir mengeluhkan peningkatan aktivitas militer China di dekatnya. Bahkan, sebagian besar aktivitas itu terkonsentrasi di bagian selatan dan barat daya zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.
Jumat lalu, AU Taiwan mengerahkan pesawat untuk memperingatkan 18 pesawat China yang memasuki ADIZ. AU Taiwan juga melaporkan intrusi sejumlah pesawat tempur China lebih lanjut terjadi pada Sabtu dan Minggu, tetapi jumlahnya berkurang. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, China mengerahkan jet tempur, pengebom, dan jet antikapal selam.
Tidak ada tembakan yang dilepaskan oleh Taiwan ataupun China. Pesawat China dilaporkan tidak terbang di wilayah udara Taiwan, kecuali di ADIZ. ADIZ Taiwan adalah area yang terus dipantau Taiwan. ADIZ berfungsi memberikan lebih banyak waktu untuk menanggapi setiap ancaman.
Kewaspadaan tinggi
Taiwan dilaporkan telah meningkatkan kewaspadaan ke level yang tinggi sejak Rusia menginvasi Ukraina. Taipei waspada terhadap Beijing yang mungkin saja akan melakukan langkah serupa dengan invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina. Namun, Pemerintah Taiwan belum melaporkan tanda-tanda ini akan terjadi.
Menjawab pertanyaan di parlemen pada Senin, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, China terus menimbulkan ancaman dan Taiwan membutuhkan dukungan internasional. ”Tapi kami punya tekad untuk membela negara kami,” katanya. China terus melobi kebijakan redaksional setiap media di kawasan dan perintahan mana pun agar tidak menyebut Taiwan sebagai negara.
Pekan lalu, Jepang juga melaporkan delapan kapal AL China, termasuk sebuah kapal induk, melintas di antara pulau-pulau di rantai Kepulauan Okinawa lalu bergerak ke timur laut Taiwan. Pulau itu juga terus meningkatkan latihan perang, termasuk yang telah diumumkan sebelumnya dan latihan lainnya di lepas pantai selatan dan tenggara pekan lalu.
China tidak pernah mengabaikan penggunaan kekuatan militer untuk merebut Taiwan ke bawah rentang kendalinya. Selat Taiwan bahkan tetap menjadi titik konflik militer yang potensial antara China dan Taiwan. Pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan China dengan mengatakan hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Wu, Sabtu (7/5/2022), mengatakan, Taiwan berharap dunia akan memberikan sanksi kepada China seperti halnya sanksi terhadap Rusia atas perang terhadap Ukraina jika Beijing menginvasi Taiwan. Pemerintah Taiwan telah bergabung dengan sanksi yang dipimpin Barat untuk melawan Rusia dan menambahkan Belarus ke daftar itu, Jumat (6/5/2022).
China, yang tidak mengecam invasi Rusia, menolak untuk membandingkan Taiwan dengan Ukraina. Menurut Beijing, Taiwan bukanlah sebuah negara dan hanya bagian dari wilayah China, yakni salah satu provinsi China. Pandangan ini dibantah oleh pemerintah yang terpilih secara demokratis di Taipei.
Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) William Burns, Sabtu lalu, mengatakan, China sedang memantau dengan cermat konflik Rusia di Ukraina. Konflik itu akan memengaruhi perhitungan para pemimpin China atas Taiwan. Burns, yang berbicara di acara Financial Times di Washington, mengatakan, Beijing dikejutkan oleh perlawanan sengit Ukraina atas invasi Rusia dan sanksi berat atas Rusia.
”Saya pikir para pemimpin China melihat dengan sangat hati-hati atas semuanya ini, terutama terkait biaya dan konsekuensi dari setiap upaya untuk menggunakan kekuatan guna merebut kembali Taiwan,” kata Burns.
Dia memperingatkan, bagaimanapun itu tidak akan mengubah tujuan jangka panjang Presiden China Xi Jinping atas Taiwan. ”Saya tidak berpikir ini telah mengikis tekad Xi untuk mendapatkan kendali atas Taiwan,” kata Burns. ”Namun, saya pikir itu memengaruhi perhitungan mereka tentang bagaimana dan kapan melakukannya.”
China menolak untuk mengecam perang Rusia di Ukraina dan mengkritik sanksi Barat terhadap Moskwa. Beijing dan Moskwa telah mendeklarasikan kemitraan strategis ”tanpa batas” saat Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Xi bertemu di Beijing, 4 Februari, pada pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Itu terjadi tiga pekan sebelum invasi militer Rusia terhadap Ukraina.
China dan Rusia telah menjalin hubungan bilateral di bidang energi dan keamanan yang semakin intim dalam beberapa tahun terakhir untuk melawan hegemoni AS dan Barat. Namun, Burns mengatakan, AS yakin China juga sedang risau oleh kerusakan reputasi yang dikaitkan dengan ”kebrutalan” tindakan militer Rusia di Ukraina.
”Saya pikir pengalaman pahit Rusia di Ukraina dalam banyak hal selama 10 atau 11 minggu terakhir menunjukkan bahwa persahabatan sebenarnya memiliki beberapa batasan,” kata Burns.(AFP/AP/REUTERS)