Idul Fitri : Dari Kairo ke Yerusalem, Dari Kabul Hingga Baghdad
Perayaan Idul Fitri tahun ini sudah lebih longgar karena pengendalian Covid-19 membaik. Namun di sejumlah negara, persoalan ekonomi dan kekerasan masih membuat suasana perayaan dilingkupi rasa prihatin dan was-was.
MEKKAH, SENIN – Umat Islam di seluruh dunia memadati masjid-masjid, lapangan terbuka dan jalan raya untuk melaksanakan Shalat Ied, Senin (2/5/2022), setelah dua tahun terkunci akibat pandemi Covid-19. Di banyak negara, Idul Fitri kali ini dirayakan di tengah situasi sulit akibat konflik dan kemiskinan yang diperburuk oleh Perang Rusia-Ukraina yang mengganggu pasokan pangan global.
Gambar yang diambil dari udara memperlihatkan, sebuah ruas jalan besar di kawasan Heliopolis, Kairo, Mesir, dijejali ratusan ribu dan bahkan jutaan Muslimin. Jemaah juga membludak di masjid-masjid di Arab Saudi, Suriah, Etiopia, Afghanistan, India, Kirgistan, Malaysia, Turki, Uni Emira Arab, Sudan, dan kota-kota besar lain di Afrika dan Asia, termasuk di Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Puluhan ribu jemaah tampak memadati dua tempat suci, yakni Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah. Masjid-masjid di seluruh Arab Saudi, menurut Alarabiya, dipadati jemaah. Masjid di seluruh Kerajaan itu, termasuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, mulai beroperasi dalam kapasitas penuh jemaah sejak pertengahan Oktober 2021.
Baca juga : Merindukan Pengujung Ramadhan di Masjidil Haram
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menjalankan shalat Ied di Masjidil Haram. Usai shalat, Raja dan Putra Mahkota mengikuti resepsi yang diselenggarakan oleh penjaga dua masjid suci tadi. Para syekh dan pejabat datang menyalami mereka. Raja Salman dan sejumlah orang di sekitarnya tidak mengenakan masker.
Sementara keluarga lain dan para sahabat berkumpul merayakan dan memberikan hadiah berupa uang, mainan, dan baju baru, yang sering diberikan kepada anak-anak. Mereka menikmati pesta tradisional dengan sajian lezat seperti Mugalgal, yakni daging domba dengan tomat, bawang bombai, dan lada hijau yang digoreng bersama rempah-rempah.
Dalam pidatonya, seperti dilaporkan Alarabiya, Raja Salman menyampaikan rasa syukur karena shalat Ied berlangsung lancar dan masjid-masjid penuh sesak seperti sebelum pandemi. Pada Minggu (1/5/202), Raja Salman mengatakan, pemerintah Kerajaan mengizinkan kembali penggunaan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dalam kapasitas penuh.
Di kompleks Masjidil Aqsa, Kota Tua, Jerusalem timur, merujuk Media The Jerusalem Post, situasi sempat tegang. Sebuah spanduk besar Hamas, penguasa Gaza, yang berisi ucapan Idul Fitri dan foto seorang pejuang Hamas dikibarkan di kawasan itu, Senin pagi. Saat itu, dikabarkan lebih dari 200.000 orang Arab hendak berkunjung ke sana sebelum shalat Ied digelar di tempat tersuci ketiga Islam tersebut.
Sorak-sorai terdengar saat spanduk digantung di dekat Kubah Batu (Dome of the Rock). Orang-orang menyanyikan “Khaybar, Khaybar ya yahud”, yang sering diarahkan pada aparat keamanan Israel. Polisi Israel kemudian mencopot spanduk itu setelah sempat terpasang selama 20 menit. Polisi dilaporkan sedang mengidentifikasi para pemasang spanduk itu.
Baca juga : Membangun Asa dari Al-Aqsa
Polisi Israel menyatakan bahwa mereka telah menangkap seorang tersangka dari Kafr 'Aqab yang telah membakar bendera Israel di kompleks Masjidil Aqsa selama akhir pekan lalu. “Kami menganggap serius setiap pelanggaran simbol pemerintah dan bendera Negara Israel atau dukungan dan dorongan organisasi teroris," kata polisi Israel.
Sebelumnya, dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan di kompleks Masjidil Aqsa telah meningkat menyusul bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan Muslim Arab di lokasi tersebut. Pada Senin pagi, kompleks tetap ditutup untuk pengunjung Yahudi agar shalat Ied dapat dilaksanakan. Saat tiba waktunya, shalat Ied di kompleks Al-Aqsa yang diikut ribuaan jemaah Palestina dan Arab pun dapat berjalan lancar.
Sementara itu Presiden Israel Isaac Herzog dilaporkan menelepon Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri. Herzog menyatakan harapan untuk "perdamaian dan stabilitas di kawasan" pada malam Idul Fitri.
Media China, Xinhua, melaporkan bahwa Herzog juga berbicara dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan dan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa. Kantor Herzog mencatat bahwa Presiden diperkirakan akan berbicara dengan lebih banyak pemimpin dalam beberapa hari ke depan.
Situasi sulit
Perayaan Idul Fitri di seluruh dunia berlangsung di bawah bayang-bayang lonjakan harga pangan global yang diperburuk oleh perang di Ukraina dan sanksi Barat terhadap Rusia. Di beberapa negara, dampak perang di Ukraina menambah kesengsaraan mereka yang sudah menderita akibat konflik atau kekacauan, pengungsian, dan kemiskinan.
Di Jalur Gaza, meskipun jalanan dan pasar ramai, banyak warga yang mengatakan mereka tidak mampu membeli berbagai kebutuhan dalam jumlah banyak untuk hari raya. “Situasinya sulit. Buruh nyaris tidak bisa mendapatkan nafkah, bahkan banyak orang menderita,” kata Um Musab, ibu dari lima anak, saat mengunjungi pasar tradisional di Kota Gaza.
Situasinya sulit. Buruh nyaris tidak bisa mendapatkan nafkah, bahkan banyak orang menderita.
Mahmoud al-Madhoun, warga lainnya yang membeli beberapa pasta kurma, tepung, dan minyak, untuk membuat kue Idul Fitri, mengatakan, kondisi keuangan berubah dari buruk menjadi lebih buruk. “Namun, kami bertekad agar tetap bisa bersukacita merayakan Idul Fitri,” tambahnya.
Daerah kantong Palestina, yang sangat bergantung pada impor, sudah sangat rentan sebelum perang Ukraina. Sebab, daerah itu berada di bawah blokade ketat Israel-Mesir yang dimaksudkan untuk mengisolasi Hamas.
Di Provinsi Idlib, Suriah, wilayah yang dikuasi pemberontak, bulan Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri dikabarkan jauh lebih sulit dari tahun sebelumnya. Abed Yassin, warga setempat, mengaku bahwa hidup mereka semakin sulit. Dia, istri, dan tiga anaknya hanya menerima separuh barang bantuan kebutuhan di bandingkan tahun lalu.
Ekonomi Suriah telah dihantam oleh perang, sanksi Barat, korupsi, dan kehancuran ekonomi di negara tetangga Lebanon. Kehancuran ekonomi Lebanon berpengaruh sebab warga Suriah banyak menyimpan uangnya di bank-bank Lebanon.
Baca juga : Mesir dan Krisis Ukraina, dari Gandum hingga Air
Kesulitan juga dialami masyarakat di Mesir. Bagi Mona Abubakr, ibu dengan tiga anak di Kairo, Mesir, Idul Fitri tahun ini dirayakan dalam kondisi prihatin. Aroma biskuit yang baru dipanggang dan kue kering yang ditaburi gula biasanya memenuhi udara di rumah keluarganya. Akibat harga bahan baku yang meroket, dia pada tahun ini hanya membuat camilan manis dalam jumlah yang sangat terbatas.
Perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia telah mengganggu pasokan serealia dan pupuk. Dampaknya harga pangan melonjak sehingga inflasi meroket. Sejumlah negara dengan penduduk mayoritas Muslim, termasuk Mesir, sangat bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk sebagian besar impor gandum mereka. Di beberapa negara, dampak perang di Ukraina hanya menambah kesengsaraan rakyat.
Kesulitan rakyat saat perayaan Idul Fitri tahun ini juga terjadi di Afghanistan. Warga merayakan Idul Fitri pertama sejak Taliban berkuasa di tengah kondisi keamanan dan ekonomi yang buruk. Banyak warga membanjiri masjid-masjid terbesar Kabul untuk shalat pada Senin di tengah keamanan yang ketat di masa liburan. Mereka melaksanakan shalat Ied dengan rasa was-was jika sewaktu-waktu muncul kekerasan.
Namun, kekerasan bukan satu-satunya penyebab kekhawatiran. Sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus, ekonomi Afghanistan ambruk. Harga pangan dan inflasi melonjak. Di pusat distribusi makanan amal di Kabul, Din Mohammad, ayah dari 10 anak, Sabtu pekan lalu, memperkirakan, Idul Fitri tahun ini akan menjadi yang terburuk.
“Dengan kemiskinan, tidak ada yang bisa merayakan Idul Fitri seperti dulu. Saya berharap kami memiliki pekerjaan dan pekerjaan sehingga kami dapat membeli sesuatu untuk diri kami sendiri, tidak harus menunggu orang memberi kami makanan," katanya.
Baca juga : Bom Dua Hari Beruntun Jelang Idul Fitri, Kedamaian Masih Jauh dari Afghanistan
Kekerasan juga membayangi perayaan perayaan Idul Fitri di Irak. Tahun ini misalnya, hanya sedikit orang yang mengunjungi pasar pakaian di Baghdad, Irak. Padahal biasanya, warga memadati pasar menjelang dan pasa hari Idul Fitri.
Sementara saat perayaan, pasukan keamanan bersiaga tinggi sejak Minggu hingga Kamis (5/5/2022) untuk mencegah kemungkinan serangan. Tahun lalu, terjadi bom bunuh diri di Baghdad yang menewaskan 35 orang saat malam menjelang Idul Fitri. Pada Sabtu (30/4/2022), terjadi insiden serupa yang menewaskan beberapa orang.
Adapun dari India dilaporkan, minoritas Muslim di negara itu juga melaksanakan shalat Ied di tengah situasi yang kurang menguntungkan. Kaum Muslim, sama seperti minoritas lainnya di India, terus mengalami persekusi oleh kelompok nasionalis Hindu garis keras yang telah lama mendukung sikap antiminoritas.
Ketegangan memuncak menjadi kekerasan pada bulan Ramadhan kemarin, termasuk bentrokan antara kelompok Hindu dan Muslim. Khatib memperingatkan agar jemaah tetap waspada selama perayaan dan liburan Idul Fitri tahun ini.
"Muslim India secara proaktif mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi yang terburuk. Tidak ada yang seperti dulu bagi umat Islam di India, termasuk saat merayakan Idul Fitri,” kata Ovais Sultan Khan, seorang aktivis hak asasi manusia di negara itu.
Muslim India secara proaktif mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi yang terburuk. Tidak ada yang seperti dulu bagi umat Islam di India, termasuk saat merayakan Idul Fitri
Masjid-masjid dan area terbuka di Malaysia juga dipadati jemaah. Umat Islam setempat juga dapat menikmati liburan Idul Fitri dengan mudik ke kampung halaman setelah perbatasan negara dibuka kembali sepenuhnya dan langkah-langkah pengendalian Covid-19 semakin dilonggarkan.
Bazar Ramadhan dan pusat perbelanjaan telah dipenuhi pembeli menjelang Idul Fitri dan banyak yang melakukan perjalanan ke kota asal mereka. “Merupakan berkah bahwa kami sekarang dapat kembali merayakannya,” kata Manajer Penjualan Fairuz Mohamad Talib, yang bekerja di Kuala Lumpur.
Keluarganya akan merayakan Idul Fitri di desa asal istrinya setelah dua tahun berpisah karena pembatasan perjalanan sebelumnya. Situasi yang sama terjadi beberapa wilayah di India, Pakistan, Banglades, hingga Indonesia. (AP/AFP/REUTERS)