Korsel Tangkap Kapten dan Pengusaha Agen Kaki Tangan Korut
Dua kaki tangan mata-mata Korea Utara ditangkap. Keduanya warga Korea Selatan, seorang pengusaha dan tentara yang masih aktif bertugas. Keduanya diduga mencuri rahasia militer Korea Selatan.
Oleh
LUKI AULIA
·2 menit baca
SEOUL, JUMAT – Dua warga Korea Selatan ditangkap kepolisian karena dituduh berupaya mencuri rahasia militer Korea Selatan atas perintah seorang agen mata-mata Korea Utara. Keduanya dibayar dengan mata uang kripto.
Salah satu warga yang ditangkap ternyata adalah tentara Korea Selatan berusia 29 tahun berpangkat kapten, dan masih aktif bertugas. Si kapten ini diduga telah memberikan informasi-informasi tertentu untuk mengakses Sistem Komando dan Kontrol Gabungan Korea Selatan, jaringan komunikasi internal militer Korsel.
Sementara satu tersangka yang lainnya adalah seorang pengusaha berusia 38 tahun yang menjalankan perusahaan manajemen aset virtual. Ia dituduh membekali si kapten dengan jam tangan dan kamera rahasia untuk kepentingan mengumpulkan informasi-informasi intelijen atas permintaan si mata-mata. Pengusaha itu juga diduga membeli dan merakit perangkat peretasan, seperti USB yang disebut "poison top", untuk mengakses sistem komando dan kontrol gabungan itu.
"Kedua tersangka itu ditangkap dengan tuduhan melanggar undang-undang keamanan nasional," kata seorang pejabat di Badan Kepolisian Nasional Korea kepada kantor berita AFP, Jumat (29/4/2022).
Kepolisian Korsel dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan bahwa ini merupakan kasus pertama di mana seorang warga sipil dan kapten militer yang masih bertugas aktif di Korsel tertangkap saat berusaha mendapatkan rahasia militer atas perintah agen mata-mata Korut. Dari hasil penyelidikan sementara diketahui bahwa pengusaha yang ditangkap itu pertama kali bertemu dengan mata-mata Korut di komunitas daring mata uang kripto, enam tahun yang lalu.
Ketiga orang itu kemudian berkomunikasi melalui layanan pesan aplikasi telegram yang tertutup. Kedua tersangka dibayar dengan mata uang kripto, si kapten dibayar 37.789 dollar AS, sementara si pengusaha dibayar 600.000 dollar AS.
Selama ini Korut diketahui mengoperasikan ribuan peretas terlatih yang bertugas menyerang perusahaan, institusi, serta lembaga penelitian di Korsel dan negara-negara lain. Korsel dan Korut secara teknis masih dalam status perang. Perang Korea 1950-1953 berakhir hanya dengan penandatanganan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai.
Selain mengerahkan peretas ke negara dan perusahaan lain, Korut juga dituduh mengeksploitasi kemampuan sibernya untuk keuntungan finansial demi menopang perekonomiannya yang goyah gara-gara terkena sanksi.
Pada awal bulan ini, pihak berwenang AS mengatakan bahwa peretas yang terkait dengan Korut bertanggung jawab atas pencurian mata uang kripto senilai 620 juta dollar AS pada Maret lalu yang menyerang pemain gim yang populer, Axie Infinity. Harga rumah yang menjulang dan pasar saham lokal yang lesu mendorong banyak orang dewasa muda Korsel yang melirik mata uang kripto untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dalam waktu cepat. (AFP/REUTERS)