Di Chile, Rumput Kini Sudah Jadi Barang Mewah
Akibat musim kemarau panjang, Chile memberlakukan langkah-langkah darurat, seperti membatasi penggunaan air hingga mengganti tanaman hijau dengan flora gurun. Memelihara rumput dengan penggunaan air semau gue dilarang.
Santiago
Rumput terlihat seperti barang sepele, biasa diinjak-injak dan dicerabut jika dipandang mengganggu keindahan. Namun, di Santiago, ibu kota Chile, rumput kini menjadi barang mewah nan langka. Penyebabnya, kekeringan panjang yang melanda lebih dari satu dekade terakhir ini. Musim kekeringan di sana kini telah memasuki tahun ke-13.
Otoritas setempat sampai memberlakukan langkah-langkah darurat, seperti membatasi penggunaan air hingga mengganti tanaman hijau dengan flora gurun. Wajah Santiago, kota penghasil utama tembaga dan produsen pangan berpenduduk sekitar 6 juta jiwa itu, kini berubah beradaptasi dengan pergeseran iklim yang lebih kering.
Lihat foto-foto: Menyusutnya Gletser Chile Menjadi Alarm Perubahan Iklim
”Penataan lanskap Santiago sejak beberapa tahun lalu didesain sesuai iklim Mediterania. Saat ini, kami berada pada iklim semigurun,” ujar Valentina Vega, kepala pengelola area hijau di Distrik Providencia, Santiago. ”Kami tidak bisa lagi menghambur-hamburkan air.”
Pada awal April ini, Chile mengumumkan rencana penjatahan penggunaan air di ibu kota Santiago. Langkah ini baru pertama kali ini dilakukan di kota yang berusia hampir 500 tahun itu. Langkah penghematan penggunaan air di kota tersebut mencakup sistem peringatan level keempat, di antaranya pembatasan tekanan air dan penghentian aliran air secara bergantian.
Di area yang dikelola Vega, pemerintah setempat berencana mengubah ruang di sisi kiri dan kanan jalan raya dari semula berupa ruang terbuka hijau menjadi taman-taman berkelanjutan dengan tanaman yang irit mengonsumsi air dan menggunakan irigasi hemat. ”Cara ini menghemat hampir 90 persen air dibandingkan penataan lanskap secara tradisional,” tutur Vega.
Lihat juga foto-foto: Momen Langka Saat Bunga Mekar di Gurun Atacama Chile
Rodrigo Fuster, pakar manajemen air dari Universitas Chile, menyebutkan bahwa warga harus beradaptasi mengenai penggunaan air lantaran iklim kemarau telah mengurangi aliran air sungai ke Santiago. Di wilayah Andes dan sekitarnya, hujan dan salju mulai jarang. Di taman metropolitan utama di Santiago, kanal-kanal yang mengalirkan air dari Sungai Maipo dan Sungai Mapocho ke taman kini telah berkurang 80 persen daripada situasi normal.
”Banyak cara untuk mengurangi konsumsi air,” ujar Fuster. ”Di kota seperti Santiago, dengan iklim semikemarau yang terus memburuk, tidak diperbolehkan memiliki rumput dan menggunakan air seolah berada di London.”
Gara-gara harus menghemat air, lahan rumput di seluruh taman di Santiago seluas kira-kira 5 hektar kini diganti dengan hamparan batu-batuan. Langkah ini bisa menghemat 300.000 liter air setiap siklus penyiraman. ”Kekeringan ini menghantam kami semua,” kata Eduardo Villalobos, Wakil Direktor Taman Metropolitan Santiago.
Baca juga: Berswafoto Tanpa Pakai Masker, Presiden Chile Didenda Rp 50 Juta
Kekeringan juga telah membelah kota Santiago. Wilayah permukiman orang kaya tampak lebih hijau royo-royo dengan padang rumput dan deretan pohon rindang di tepi jalan. Namun, di wilayah permukiman kelas menengah-bawah tak ada taman atau area hijau.
”Kami berupaya untuk hemat air,” kata Aracely Rodriguez (26), mahasiswa ekonomi. Jika sudah demikian, rumput pun sudah jadi barang mewah dan semakin langka di Chile. Dan, tak ada lagi rumput bergoyang di sana .... (REUTERS)