Mahasiswi S-2 di Balik Serangan Bom Bunuh Diri di Karachi
Serangan bom bunuh diri oleh perempuan sangat jarang terjadi di Pakistan. Dalam catatan otoritas keamanan, selama beberapa tahun terakhir hanya empat kali pelaku bom bunuh diri berasal dari kalangan perempuan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Kaca dan dinding gedung Institut Konfusius Universitas Karachi di Kota Karachi, Pakistan, bergetar. Terdengar suara ledakan yang menggelegar tidak jauh dari pintu masuk pusat bahasa dan budaya China itu, Selasa (26/4/2022). Ledakan tersebut tidak hanya merusak bangunan di sekeliling lokasi. Sebuah mobil minivan yang kebetulan melintas juga hancur.
Tiga pengajar asal China dan seorang pria warga Pakistan, sopir minivan, tewas seketika. Pelaku bom bunuh diri, seorang perempuan berusia 30 tahun, juga tewas seketika. Tentara Pembebasan Baloch (Baloch Liberation Army/BLA) menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri itu.
Aparat kepolisian dan pejabat di Pakistan mengungkapkan, pelaku bom bunuh diri dalam insiden itu adalah seorang perempuan. Serangan bom bunuh diri oleh perempuan sangat jarang terjadi di Pakistan. Dalam catatan otoritas keamanan, selama beberapa tahun terakhir hanya empat kali pelaku bom bunuh diri berasal dari kalangan perempuan. Insiden pada Selasa lalu adalah yang pertama kali tahun ini dengan pelaku perempuan.
Pelaku bom bunuh diri di Karachi itu diidentifikasi bernama Shaari Baloch. Usianya masih tergolong muda, 30 tahun. Pelaku diketahui telah menikah dengan seorang dokter gigi dan memiliki dua anak, masing-masing berusia 8 dan 4 tahun.
Otoritas keamanan juga mengonfirmasi bahwa pelaku adalah seorang guru sains, pemilik gelar sarjana bidang zoologi (ilmu yang mempelajari hewan). Dia juga diketahui tengah melanjutkan studi S-2 pada bidang yang lain.
Kementerian Luar Negeri China mengecam keras serangan bom bunuh diri tersebut. Beijing mendesak Islamabad menghukum mereka yang terlibat, melindungi warga China, dan mencegah agar insiden serupa tidak terulang. ”Mereka yang berada di balik insiden itu pasti akan memikul akibatnya,” demikian pernyataan Kemlu China.
Televisi Pemerintah China, CCTV, menampilkan tayangan seorang perempuan berpakaian hitam dan membawa ransel, berdiri di dekat sebuah bus, tidak lama sebelum ledakan terjadi. Kepolisian Pakistan belum memverifikasi tayangan itu.
Melalui pernyataan, BLA mengatakan bahwa serangan tersebut adalah peringatan bagi Pemerintah China untuk menghentikan kegiatan eksploitasi sumber daya alam di Provinsi Balochistan, basis kelompok BLA.
”Tentara Pembebasan Baloch sekali lagi memperingatkan China untuk segera menghentikan proyek eksploitasinya. Jika tidak, serangan kami di masa depan akan lebih keras lagi,” kata BLA melalui surat elektronik.
Juru bicara BLA, Jeeyand Baloch, mengatakan bahwa pelaku adalah bagian dari Brigade Majeed BLA. Kelompok ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang terlatih, tidak hanya soal persenjataan, tetapi juga soal bahan peledak. Jeeyand Baloch memperingatkan, bila pemerintah China dan Pakistan tidak segera menghentikan kegiatannya di Provinsi Balochistan, ancaman akan terus terjadi.
”Ratusan anggota Brigade Majeed Tentara Pembebasan Baloch, pria dan wanita, yang sangat terlatih siap melakukan serangan mematikan di bagian mana pun di Balochistan dan Pakistan,” kata Jeeyand Baloch.
Selama bertahun-tahun, aksi-aksi bom bunuh diri di Pakistan, yang sering menjadi taktik kelompok militan seperti BLA, dilakukan oleh pria dewasa atau anak laki-laki. Namun, kini, BLA mengisyaratkan bahwa perempuan bisa menjadi martir bagi mereka.
BLA menyatakan, serangan terhadap warga China di Pakistan itu dilakukan karena Beijing mengabaikan peringatan-peringatan sebelumnya. BLA juga menyatakan, calon ”pengantin” atau Fidayees (gerilyawan)—sebutan mereka untuk pelaku bom bunuh diri—masih berusia muda dan memiliki pendidikan yang cukup tinggi. Akan tetapi, ia kecewa dengan situasi serta kondisi perekonomian di Balochistan serta Pakistan pada umumnya.
Wilayah Balochistan dihadapkan pada sejumlah kelompok perlawanan di tengah isu ketidakadilan dan eksploitasi sumber daya alam. Provinsi yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran ini memiliki ladang gas alam terbesar di Pakistan, yang diyakini belum semuanya tergarap.
Provinsi itu juga kaya logam mulia, termasuk emas, yang kini dikelola perusahaan tambang asal China.
Beberapa proyek besar China di Balochistan, di antaranya, pengembangan Pelabuhan Gwadar di dekat Selat Hormuz, rute pengiriman minyak penting di Laut Arab. Ini adalah bagian dari proyek Prakarsa Sabuk dan Jalan China (BRI) yang akan menghubungkan Timur Tengah dan Asia.
Ancaman serangan bunuh diri oleh BLA akan menjadi kekhawatiran besar bagi Pakistan di tengah upayanya meyakinkan China bahwa Islamabad melakukan segala yang bisa dilakukan untuk melindungi proyek dan warga China di negaranya. (REUTERS)