Rusia Ingatkan soal Ancaman Konflik Nuklir di Ukraina
Rusia memperingatkan soal ancaman konflik nuklir dalam pertempuran di Ukraina dan berisiko memprovokasi Perang Dunia (PD) III.
MOSKWA, SELASA – Rusia memperingatkan Barat dan Ukraina agar tidak meremehkan ancaman konflik nuklir dan memprovokasi Perang Dunia III. Peringatan itu muncul menjelang pertemuan puncak keamanan yang melibatkan 40 negara, atas undangan Amerika Serikat, di Jerman, Selasa (26/4/2022). Pertemuan itu untuk membahas dukungan senjata lanjutan ke Ukraina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov, tangan kanan Presiden Vladimir Putin, mengatakan, Moskwa merasa bahwa Barat ingin Ukraina terus berperang. Dia memperingatkan, ancaman konflik nuklir sangat berbahaya dan Ukraina berisiko memprovokasi Perang Dunia (PD) III. Dia tidak ingin melihat risiko konfrontasi nuklir karena risikonya besar. "Itu tidak boleh diremehkan.”
Pada Maret 2022, Rusia menyerang reaktor nuklir Zaporizhzhia, situs pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Ukraina dan Eropa, yang memicu kekuatiran luas. Dengan kapasitas bersih terpasang sekitar 5.700 megawatt, PLTN Zaporizhzhia merupakan PLTN terbesar kelima di dunia setelah Kashiwazaki-Kariwa (Jepang), Bruce (Kanada), Hanul, dan Hanbit (Korsel).
Lihat video: Ledakan PLT Nuklir Zaporizhzhia Saat Diserang Rusia
Sementara itu Direktur Badan Energi Atom PBB, Rafael Grossi, Selasa, menggambarkan tingkat radiasi di lokasi bencana nuklir Chernobyl sebagai "tidak normal". Pendudukan singkat Rusia di wilayah itu "sangat, sangat berbahaya". "Tingkat radiasi, menurut saya, tidak normal," kata Grossi saat berkunjung pada peringatan bencana nuklir terburuk di dunia itu.
Ketika kini memasuki bulan ketiga, Perang Rusia-Ukraina menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat (AS), dua kekuatan nuklir terbesar di dunia. Perang berkepanjangan juga dikhawatirkan dapat menekan ekonomi global, ketakutan akan konflik nuklir dan serasa sedang bergerak ke ambang PD III.
Dalam wawancara di TV Rusia, Lavrov menyalahkan Ukraina atas macetnya negosiasi damai dengan Rusia. Dia menuduh AS dan Inggris menekan Kiev agar tidak mencapai kesepakatan dengan Mokswa. Juga menuduh para pemimpin Ukraina memprovokasi Rusia dengan memohon agar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) lebih terlibat dalam konflik Ukraina-Rusia.
Menurut Lavrov, NATO telah berperang melawan Rusia. Target Barat dan Ukraina ialah melemahkan tentara Rusia dan kompleks industri perang militer Rusia. Dengan menyediakan banyak senjata kepada Ukraina, NATO sebenarnya mengobarkan api dengan minyak, katanya menurut transkrip di situs Kementerian Luar Negeri Rusia. “Senjata yang dipasok Barat menjadi target yang sah,” katanya.
“Semua orang membaca mantra agar dalam hal apa pun kita bisa mencegah terjadinya PD III,” kata diplomat senior Rusia itu. Lavrov termasuk dalam daftar sanksi inividu oleh Uni Eropa, Inggris, AS, Kanada, dan Australia karena perannya dalam invasi Rusia ke Ukraina, yang dalam dua bulan terakhir telah berubah menjadi yang perang mematikan.
Peringatan dan pernyataan tajam Lavrov itu untuk merespons Washington yang mengundang 40 negara untuk pertemuan tingkat tinggi keamanan di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, Selasa (26/4/2022). Mereka membahas bantuan senjata lanjutan ke Ukraina dan untuk memastikan keamanan jangka panjang Ukraina setelah perang kelak berakhir.
Baca juga: Memasuki Bulan Ketiga, Perang Rusia-Ukraina Cenderung Bereskalasi
Di antara negara-negara yang hadir adalah sekutu AS di Eropa. Namun, Australia dan Jepang juga hadir. Dua negara ini kahwatir bahwa kemenangan Rusia di Ukraina akan menjadi preseden dan bisa mendorong China untuk memperluas teritori di Laut China Selatan dan Laut China Timur, atau di mana pun di kawasan Indo-Pasifik.
Selain itu, Finlandia dan Swedia, juga diundang hadir. Dua negara di Skandinavia, yang secara tradisional adalah non-blok atau netral, telah mempertimbangkan untuk menjadi anggota NATO sejak invasi Rusia ke Ukraina, karena merasa terancam bahwa invasi Rusia mungkin bisa terjadi.
Beberapa jam menjelang pertemuan itu, AS mengatakan ingin "melihat Rusia melemah ke titik di mana ia tidak dapat melakukan hal-hal seperti menginvasi Ukraina." AS telah mengirimkan lebih banyak persenjataan ke Ukraina dan mengatakan bantuan dari sekutu Barat membuat perbedaan dalam perang yang telah berlangsung dua bulan dan kini memasuki bulan ketiga.
Lavrov tampaknya membuat pernyataan panjang di TV Rusia juga untuk merespons pernyataan Menlu AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin yang sedang berada di Kiev, Senin (25/4/2022). Mereka bertemu antara lain dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Blinken mengatakan Washington menyetujui penjualan amunisi senilai 165 juta dollar AS dan lebih dari 300 juta dollar AS dalam pembiayaan untuk membeli lebih banyak pasokan.
Baca juga: Menhan AS Kumpulkan 40 Negara, Rusia Peringatkan Ancaman Perang Dunia III
Austin bahkan lebih jauh mengatakan, AS ingin melihat Ukraina tetap menjadi negara berdaulat dan demokratis. AS juga ingin melihat Rusia melemah sampai tidak dapat melakukan aksi militer seperti menginvasi Ukraina. Pernyataan ini tampaknya mewakili pergeseran tujuan strategis AS, yang semula hanya ingin membantu Ukraina menang dan membelanya dari ancaman Rusia.
Menlu Ukraina Dmytro Kuleba mencuit di Twitter bahwa komentar Lavrov menggarisbawahi kebutuhan Ukraina akan bantuan Barat. “Rusia kehilangan harapan terakhir dengan menakut-nakuti dunia agar tidak mendukung Ukraina. Demikian pula pembicaraannya tentang bahaya 'nyata' dari PD III. Ini hanya berarti Moskwa telah merasakan kalah di Ukraina."
Terkait tudingan Rusia bahwa Ukraina sebagai penyebab macetnya negosiasi damai, Kuleba mengatakan, hanya diskusi antara Zelenskyy-Putin yang bisa menghasilkan resolusi. Sementara Putin mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa. Menurut Kremlin, keduanya membahas upaya Moskwa untuk memastikan keselamatan warga sipil selama operasi militernya di Ukraina.
Jauh dari hiruk pikuk diplomatik, di garis depan, semakin banyak warga sipil yang tewas dalam pertempuran yang terus berkecamuk di Ukraina. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Rusia telah merebut kota Kreminna di wilayah Luhansk setelah berhari-hari pertempuran jalanan. Pemerintah Ukraina tidak segera berkomentar terkait jatuhnya Kreminna.
“Kota Kreminna dilaporkan telah jatuh dan pertempuran sengit terjadi di selatan Izium ketika pasukan Rusia berusaha maju menuju kota Sloviansk dan Kramatorsk dari utara dan timur,” cuit Kementerian Pertahanan Inggris di akun Twitter mereka, Selasa.
Baca juga: Ukraina Harapkan Suntikan Senjata AS untuk Hadapi Rusia
Staf Umum Militer Ukraina mengatakan, pasukan Rusia terus menghujani Kharkiv, kota terbesar kedua setelah Kiev, saat pasukan Ukraina berjuang untuk merebut kembali Donbas, wilayah yang meliputi Donetsk dan Luhansk. Donbas merupakan pusat industri Ukraina. Rusia berusaha merebut wilayah itu untuk membangun koridor darat ke Crimea yang telah dicaplok pada 2014.
Di daerah Velyka Oleksandrivka, desa di wilayah Kherson yang sebagian besar dikuasai Rusia, pasukan Ukraina menghancurkan gudang amunisi dan “memusnahkan” lebih dari 70 tentara Rusia. Gubernur Luhansk, Serhiy Haidai, mengatakan di Telegram bahwa Rusia telah menembaki warga sipil 17 kali selama 24 jam sebelumnya di kota-kota Popasna, Lysychansk, dan Girske.
Gubernur Donetsk, Pavlo Kyrylenko, mengatakan di Telegram bahwa ada empat orang tewas dan sembilan lainnya terluka akibat penembakan Rusia, Senin. Dia mengatakan seorang gadis berusia 9 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun termasuk di antara korban tewas.
Ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, tujuan nyatanya adalah untuk merebut ibukota Kyiv. Tapi Ukraina, dibantu oleh senjata Barat, memaksa pasukan Putin untuk mundur dan memusatkan pertempuran di Ukraina timur, di wilayah Donbas yang dikuasi separatis pro-Rusia.
Pada Senin, Rusia bahkan telah melancarkan serangan di luar Donbas. Rudal dan pesawat tempur Rusia menyerang jauh di belakang garis depan untuk menggagalkan upaya pasokan Ukraina. Lima stasiun kereta api di Ukraina tengah dan barat terkena serangan. Sejumlah orang tewas. Rudal juga menghantam Lviv, kota di Ukraina barat dekat perbatasan Polandia.
Lihat video: Negaranya Terus Digempur, Warga Ukraina Mengungsi ke Rusia
Rusia juga menghancurkan kilang minyak dan depot bahan bakar di Kremenchuk, di Ukraina tengah. Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan, secara keseluruhan, pesawat tempur Rusia menghancurkan 56 target Ukraina. Serangan terhadap depot bahan bakar dimaksudkan untuk menghabiskan sumber daya vital perang Ukraina.
Diperkirakan 2.000 tentara Ukraina yang bersembunyi di sebuah pabrik baja di kota pelabuhan strategis selatan Mariupol yang dikepung Rusia. Selama akhir pekan lalu, pasukan Rusia meluncurkan serangan udara baru di pabrik Azovstal untuk mencoba melumpuhkan pertahanan Ukraina. Sekitar 1.000 warga sipil juga dilaporkan berlindung di pabrik baja Azovstal.
Inggris mengatakan pihaknya yakin 15.000 tentara Rusia telah tewas di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan 25 persen unit tempur Rusia yang dikirim ke Ukraina “telah dianggap tidak efektif dalam pertempuran.” Pejabat Ukraina mengatakan sekitar 2.500 hingga 3.000 tentara Ukraina tewas pada pertengahan April.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan, pada akhirnya akan ada 8,3 juta warga Ukraina yang akan mengungsi. Jumlah itu naik dari 5,2 juta orang yang mengungsi ke luar negeri hingga sejauh ini, sejak awal invasi Rusia, 24 Februari. Namun, secara umum ada 12,7 juta yang meninggalkan rumah mereka, termasuk yang mengungsi di dalam negeri.(AFP/AP/REUTERS/CAL)