Pengeluaran militer secara global naik 0,7 persen pada tahun 2021. Rusia dan China termasuk dua negara yang menambah anggaran belanja militernya. Sementara AS malah menurunkan belanja militernya.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Pengeluaran militer secara global pada tahun 2021 naik 0,7 persen dan ini sudah termasuk tertinggi, salah satunya Rusia yang terus meningkatkan kekuatan militernya sebelum menyerang Ukraina. Tren kenaikan pengeluaran militer global ini diprediksi akan terus berlanjut, khususnya di wilayah Eropa. Terlepas dari anjloknya perekonomian akibat pandemi Covid-19, berbagai negara di seluruh dunia justru memperkuat sektor pertahanan dan keamanan.
Naiknya anggaran militer itu tertuang dalam laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (Sipri). “Pada 2021, pengeluaran militer naik untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut hingga mencapai 2,1 triliun dollar AS. Itu angka tertinggi yang pernah kami catat,” kata peneliti senior Sipri, Diego Lopes da Silva, kepada kantor berita AFP, Minggu (24/4/2022).
Khusus untuk Rusia, pengeluaran militernya tumbuh sebesar 2,9 persen dan pertumbuhan ini terjadi selama tiga tahun berturut-turut hingga menjadi sekitar 65,9 miliar dollar AS. Pengeluaran pertahanan menyumbang sekitar 4,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) Rusia. Ini dinilai jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata dunia dan menjadikan Rusia sebagai negara pembelanja militer yang terbesar kelima di dunia.
Pendapatan dari sumber energi minyak dan gas yang tinggi mendorong Rusia meningkatkan pengeluaran militernya. Lopes da Silva mencatat pengeluaran militer Rusia melonjak menjelang akhir tahun lalu. "Itu terjadi saat Rusia menggalang pasukannya di sepanjang perbatasan Ukraina sebelum menginvasi Ukraina, Februari lalu," ujarnya.
Namun, Lopes da Silva tidak bisa memprediksi apakah Rusia akan mampu mempertahankan pengeluaran militernya karena ada gelombang sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat sebagai respon atas agresi Rusia di Ukraina. Pada tahun 2014, ketika mencaplok Krimea, Rusia juga menjadi sasaran sanksi pada saat yang sama ketika harga energi sedang turun. Ini yang membuat sulit untuk mengukur seberapa efektif sanksi itu sendiri.
“Sekarang sanksi-sanksinya lebih keras tetapi harga energi yang lebih tinggi membuat Rusia tetap bisa mempertahankan pengeluaran militer sebesar itu," ujarnya.
Di sisi lain, belanja militer Ukraina meningkat sebesar 72 persen sejak aneksasi Krimea. Sementara pengeluaran menurun lebih dari 8 persen pada 2021 menjadi 5,9 miliar dollar AS. Jumlah itu masih menyumbang 3,2 persen dari PDB Ukraina. Ketika ketegangan meningkat di Eropa, lebih banyak negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang meningkatkan pengeluaran militernya. Delapan negara anggota NATO pada tahun lalu berhasil mencapai target pengeluaran dua persen dari PDB, naik dari tahun sebelumnya.
Lopes da Silva menilai pengeluaran militer di wilayah Eropa akan terus tumbuh. Pengeluaran militer Amerika Serikat jauh melebihi pengeluaran militer negara lain dengan jumlah mencapai 801 miliar dollar AS. Tidak seperti negara-negara lain yang menambah pengeluaran militernya, AS justru menurunkan pengeluaran militernya sebesar 1,4 persen pada 2021.
Selama 10 tahun terakhir, pengeluaran AS difokuskan untuk penelitian dan pengembangan militer hingga meningkat sampai 24 persen. Sementara pengadaan persenjataan turun sebesar 6,4 persen. Pada tahun 2021, baik penelitian dan pengembangan maupun pengadaan sama-sama turun karena AS disebutkan sedang fokus pada teknologi generasi selanjutnya. "Pemerintah AS berulang kali menekankan perlunya mempertahankan keunggulan teknologi militer AS dibandingkan negara-negara lain yang menjadi pesaingnya," kata peneliti lain di Sipri, Alexandra Marksteiner.
Berbeda dengan AS, China yang merupakan pembelanja militer terbesar kedua di dunia dengan jumlah sekitar 293 miliar dollar AS itu meningkatkan pengeluarannya hingga 4,7 persen. Kenaikan pengeluaran militer ini sudah dilakukan selama 27 tahun terakhir tanpa putus. Apa yang dilakukan China ini membuat tetangga-tetangganya pun ikut meningkatkan anggaran militer mereka, seperti Jepang yang menambah 7 miliar dollar AS. Jumlah ini naik 7,3 persen dan merupakan peningkatan tahunan yang tertinggi sejak 1972.
Australia juga menghabiskan sekitar 4 persen lebih banyak untuk kepentingan militernya dengan jumlah 31,8 miliar dollar AS pada 2021. India, pembelanja terbesar ketiga di dunia dengan jumlah 76,6 miliar dollar AS juga menambah anggarannya sebesar 0,9 persen. Inggris mengambil alih di peringkat keempat dengan kenaikan sebesar 3 persen menjadi 68,4 miliar dollar AS. Inggris menggantikan posisi Arab Saudi yang juga menurunkan pengeluaran militernya sebesar 17 persen menjadi sekitar 55,6 miliar dollar AS. (AFP)