Di Tengah Normal Baru dan Perang Rusia-Ukraina, Netflix Kehilangan 200.000 Pelanggan
Larinya pelanggan memperdalam masalah layanan ”streaming” Netflix sejak lonjakan pelanggan terjadi pada masa pandemi Covid-19. Pertumbuhan pelanggan lambat laun menipis seiring kembalinya aktivitas warga di luar rumah.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
Laporan pendapatan perseroan menyajikan hal mengejutkan bagi Netflix. Basis pelanggan perusahaan penyedia layanan streaming media digital itu dilaporkan turun 200.000 selama periode Januari-Maret 2022. Sontak harga saham Netflix pun ambles 25 persen pada akhir penutupan perdagangan saham di Amerika Serikat, Selasa (19/4/2022).
Netflix mengakhiri Maret tahun ini dengan basis pelanggan total 221,6 juta pelanggan di seluruh dunia. Penurunan pelanggan memangkas keuangan Netflix pada triwulan I-2022. Laba perusahaan turun 6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Laba Netflix pada periode Januari-Maret 2022 sebesar 1,6 miliar dollar AS atau 3,53 dollar AS per saham. Pendapatan perseroan dilaporkan naik 10 persen pada triwulan I-2022 secara tahunan menjadi hampir 7,9 miliar dollar AS.
Manajemen Netflix menyatakan, turunnya basis pelanggan itu pengalaman pertama Netflix kehilangan pelanggan dalam kurun lebih dari satu dekade. Ini juga pertama kali jumlah pelanggan Netflix turun sejak layanan streaming tersedia di dunia, selain China, sejak enam tahun lalu. Penurunan tahun ini sebagian berasal dari keputusan Netflix menarik diri dari Rusia untuk memprotes perang di Ukraina. Karena langkah itu, Netflix kehilangan 700.000 pelanggan di Rusia.
Kekhawatiran menyeruak bahwa perintis layanan streaming itu mungkin telah melewati masa keemasan. Netflix mengakui masalahnya berakar dalam dan memproyeksikan hilangnya 2 juta pelanggan lagi selama periode April-Juni. Pandemi Covid-19 kemungkinan segera berlalu dan orang kembali lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Pada saat bersamaan, saingan-saingan Netflix menawarkan layanan serupa dan lebih variatif.
Investor di pasar modal pun bertanya-tanya tentang prospek pertumbuhan Netflix. Jika harga sahamnya kembali turun, melanjutkan anjloknya pada sesi perdagangan regular, Selasa, saham Netflix bisa kehilangan lebih dari setengah nilainya sepanjang tahun ini. Itu bakal menghapus sekitar 150 miliar dollar AS potensi kekayaan para pemegang saham perseroan hanya dalam waktu kurang dari empat bulan.
Netflix berharap untuk membalikkan keadaan penuh tekanan kali ini. Manajemen perseroan bahkan menjilat ludahnya sendiri, mengambil langkah-langkah yang sebelumnya ditentang. Di antaranya memblokir berbagi akun oleh pelanggan, memperkenalkan versi layanan yang lebih murah, dan dukungan iklan dalam layanan. Analis Aptus Capital Advisors, David Wagner, mengatakan, saat ini Netflix tengah bergulat dengan tantangan yang tidak ringan. ”Mereka seperti tengah berada di tanah tak bertuan,” tulis Wagner dalam catatan analisis.
Saat ini, Netflix mendapat pukulan terbesar dalam jumlah pelanggan sejak anjlok sebanyak 800.000 pelanggan pada 2011. Larinya pelanggan kala itu akibat rencana untuk membebankan biaya terpisah atas layanan streaming yang baru lahir tersebut. Layanan digabungkan dengan pemberian perangkat secara gratis saat itu. Reaksi pelanggan cukup mengagetkan sehingga CEO Netflix Reed Hastings meminta maaf. Aksi korporasi berupa spin-off pun urung digelar.
Kehilangan pelanggan kali ini dinilai jauh lebih buruk dibandingkan dengan proyeksi dan target manajemen Netflix untuk mendapatkan hingga 2,5 juta pelanggan. Larinya pelanggan memperdalam masalah yang dialami Netflix sejak lonjakan pelanggan terjadi pada masa pandemi Covid-19. Pertumbuhan pelanggan lambat laun menipis seiring dibukanya aneka pembatasan kegiatan warga di sejumlah negara. Dalam empat dari lima triwulan terakhir, jumlah pertumbuhan pelanggan Netflix terus berada di bawah basis keuntungan pada tahun sebelumnya. Ruang pertumbuhan basis pelanggan itu pada saat yang sama makin terimpit kehadiran pesaing Netflix, seperti Apple TV dan Disney+.
Sepanjang tahun 2021, basis pelanggan Netflix bertambah 18,2 juta pelanggan baru. Namun, tingkat pertumbuhan pada tahun lalu yang terlemah sejak 2016. Kondisi itu kontras dengan lonjakan 36 juta pelanggan selama tahun 2020, yakni kala warga global terpaku akibat kebijakan pembatasan Covid-19. Kala itu, layanan Netflix dinilai dapat memanjakan pelanggannya dengan beragam hiburan tontonan.
Manajemen Netflix sebelumnya yakin dan memproyeksikan bakal mendapatkan momentum baru untuk menggenjot pertumbuhan pendapatan perusahaan. Namun, apa daya hasil di atas kertas tidak sesuai dengan harapan perusahaan. ”Covid-19 menciptakan banyak kebisingan tentang cara membaca situasi,” kata Hastings dalam paparan kinerja perseroan.
Hastings mengonfirmasi, Netflix akan mulai menindak praktik pembagian kata sandi pelanggan. Praktik itu memungkinkan banyak rumah tangga mengakses layanan dari satu akun. Sebagai langkah baru, perubahan kebijakan terkait tata laksana pelanggan dan kata sandi itu kemungkinan diluncurkan tahun depan. Perusahaan Los Gatos, California, memperkirakan 100 juta rumah tangga di seluruh dunia menonton layanan Netflix secara gratis dengan menggunakan akun teman atau anggota keluarga lainnya. Dari 100 juta rumah tangga itu, sebanyak 30 juta tersebar di AS dan Kanada.
Untuk menghentikan praktik tersebut dan mendorong lebih banyak orang untuk membayar akun mereka sendiri, Netflix berencana memperluas pengujian yang diperkenalkan bulan lalu di Chile, Peru, dan Kosta Rika. Langkah itu memungkinkan pelanggan menambahkan hingga dua orang yang tinggal di luar rumah mereka ke akun mereka untuk satu biaya tambahan. (AP/REUTERS)