Tolak Kunjungan Presiden Jerman, Ukraina Kurang Taktis Berdiplomasi
Dengan menolak Steinmeier, Kiev telah merusak upaya membangun hubungan masa depan. Media Jerman menulis bahwa Kiev menunjukkan cara pandang picik, memicu bencana, serta mengabaikan masa depan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
BERLIN, KAMIS — Sejumlah pihak di Jerman marah pada Ukraina. Ini terkait sikap Kiev menolak rencana lawatan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Selasa (12/4/2022). Penolakan itu disampaikan setelah para pejabat Ukraina berulang kali secara terbuka mengkritik mantan Menteri Luar Negeri Jerman itu.
Steinmeier sudah berada di Warsawa, Polandia, dan siap melanjutkan lawatan ke Kiev, ibu kota Ukraina. Rencananya, ia bertolak ke sana bersama Presiden Polandia Andrzej Duda dan sejumlah pemimpin negara kawasan Baltik.
”Saya sudah siap (melawat ke Kiev). Walakin, sepertinya dan saya harus mencatat ini, Kiev tidak menginginkan itu,” ujar Steinmeier, sebagaimana dikutip Deutsche Welle (DW) dan kantor berita Jerman, Deutsche Presse-Agentur (DPA).
Kepada radio Jerman, RBB, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut bahwa Berlin terganggu dengan penolakan itu. ”Lebih baik (Kiev) menerima (lawatan) dia (Steinmeier),” ujarnya seraya menolak berkomentar lebih lanjut.
Dalam laporan tajuknya, DW menulis bahwa keputusan Kiev menunjukkan cara pandang picik, memicu bencana, serta mengabaikan masa depan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melakukan kesalahan, tulis DW. Dengan menolak Steinmeier, Kiev telah merusak upaya membangun hubungan masa depan.
Penolakan itu akan membuat lawatan Scholz ke Kiev semakin sulit dilakukan. Penghormatan pada posisi presiden, sebagai pejabat tertinggi di Jerman, jadi alasan utama lawatan Scholz ke Kiev sulit terjadi. Penolakan Kiev juga menyulitkan upaya menjaga simpati Jerman pada Ukraina.
Wakil Ketua FDP Jerman Wolfgang Kubicki menentang kemungkinan Scholz melawat ke Kiev selepas penolakan terhadap Steinmeier. ”Saya tidak bisa membayangkan kepala pemerintahan yang disokong FDP mengunjungi negara yang telah menyatakan kepala negara ini sebagai orang yang tidak diinginkan,” ujarnya kepada DPA.
Media Jerman, Bild, pertama kali melaporkan penolakan Kiev terhadap Steinmeier. Selanjutnya, sebagaimana dilaporkan DW, sejumlah media Jerman melaporkan bahwa para diplomat Jerman di Kiev telah menerima pemberitahuan tertulis bahwa Steinmeier tidak diinginkan di Kiev. Pesan senada disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi lain antara Berlin dan Kiev.
Volodymyr Zelenskyy, Penasihat Presiden Ukraina Serhiy Leshchenko, dan Duta Besar Ukraina di Berlin Andriy Melnyk menyampaikan pernyataan berbeda soal penolakan Steinmeier.
Dalam pernyataan pada Kamis (13/4/2022), Zelenskyy mengatakan bahwa tidak ada permintaan formal dari Berlin soal lawatan Steinmeier. Di sisi lain, ia membenarkan Kiev lebih mengharapkan lawatan Scholz. Sebagai kepala pemerintahan, Scholz bisa menawarkan lebih dari sekadar simpati. Di Jerman dan sejumlah negara lain, presiden memang hanya jabatan seremonial dan hampir tidak memiliki kewenangan.
Melnyk juga menyatakan, Scholz lebih diharapkan dibandingkan Steinmeier. Adapun Leshchenko sepenuhnya menyangkal Steinmeier ditolak bertandang ke Kiev.
Keputusan Kiev memicu kemarahan dan kekecewaan di Berlin. ”Keputusan itu disesalkan dan tidak membawa kebaikan pada hubungan kedua negara,” kata Ketua fraksi SPD yang merupakan partai pemerintah di Jerman, Rolf Mützenich, kepada media Der Spiegel.
Sementara Ketua Komite Pertahanan pada parlemen Jerman, Alexander Müller, menilai tidak pantas Scholz mewujudkan rencana lawatan ke Kiev setelah penolakan terhadap Steinmeier. ”Keputusan Pemerintah Ukraina tidak mengundang Steinmeier bukanlah tanda baik bagi hubungan Jerman-Ukraina. Penolakan itu menyebabkan kanselir kita tidak akan mungkin ke Kiev beberapa hari atau beberapa pekan mendatang. Jika Steinmeier dilarang ke Kiev, Scholz tidak bisa ke sana juga,” ujarnya kepada DW.
Protes resmi
Sementara politisi CDU, Jürgen Hardt, mendesak Scholz menghubungi Zelenskyy dan menyampaikan protes resmi. Semua keluhan Jerman harus disampaikan kepada Zelenskyy.
Pernyataan mereka menunjukkan Jerman semakin kehilangan kesabaran atas ulah Ukraina. Secara terbuka, berkali-kali Ukraina mengecam Jerman. Sebab, hingga sebelum perang Rusia-Ukraina meletus, Jerman menolak memberikan senjata kepada Ukraina. Belakangan, keputusan itu diubah. Jerman telah mengucurkan jutaan euro serta aneka peluru dan persenjataan.
Namun, Jerman masih menolak memberikan persenjataan berat kepada Ukraina. Melnyk berulang kali meminta Jerman memberikan tank Marder atau Leopard. Kiev juga meminta Gepard, panser antipesawat buatan Jerman.
Sejauh ini, Scholz belum mengizinkan tank Jerman diberikan ke Ukraina. Bahkan, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengisyaratkan Jerman sudah kesulitan memberikan persenjataan ke Ukraina dari cadangannya. Jika bantuan mau tetap diberikan, harus dipesan dulu dari industri.
Kepada media Jerman, Augsburger Allgemeine, ia mengatakan bahwa cadangan persenjataan tentara Jerman atau Bundeswehr sudah tidak bisa dibagikan lagi ke Ukraina. (REUTERS)