Dari Chechnya dan Suriah, ”Jagal” Rusia Ditugasi di Ukraina
Jenderal Rusia yang memimpin perang di Chechnya dan Suriah kini memimpin perang di Ukraina. Dia dijuluki Barat sebagai ”jagal” dari Rusia.

Foto yang diambil pada 8 April 2022 menunjukkan stasiun kereta api, dilihat dari gerbong kereta, setelah serangan rudal Rusia menyasar stasiun kereta Kramatorsk, Ukraina timur, saat stasiun digunakan untuk evakuasi warga sipil.
Negosiasi damai Rusia-Ukraina berjalan lambat untuk mencapai jeda perang jangka panjang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terus meminta bisa berkomunikasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Belum jelas apakah Putin benar-benar menginginkan jalan keluar dari konflik di Ukraina ketika negosiasi berlanjut dalam rasa saling curiga.
Setelah gagal menguasai Kiev dan membangun kembali kekuatan untuk serangan baru di Donbas, Ukraina timur, Putin pada Selasa (12/4/2022) bersikeras aksi militernya akan mencapai tujuannya. Apakah benar Rusia menginginkan konflik segera diakhiri ketika menggeser pasukannya ke Donbas dan meningkatkan serangan di sana?
Putin berambisi untuk menguasai seluruh Donbas dan bersikeras niatnya itu akan mencapai tujuannya. Dikutip AFP, Rabu (13/4/2022), dia mengatakan Rusia ”tidak punya pilihan lain” selain meluncurkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus untuk melindungi setiap warga sipil di Donbas yang sebagian besar berbahasa Rusia.
Baca juga : Sepak Terjang Militer Putin, dari Suriah ke Ukraina
Pada 28 Februari 2022, empat hari setelah Putin memulai operasi militer khusus ke Ukraina, Kompas.id mengulas sepak terjang militer Putin dari Suriah ke Ukraina. Benar saja, awal pekan ini Putin diketahui telah menunjuk Jenderal Aleksandr Dvornikov, yang pernah berdinas di Chechnya dan Suriah, sebagai komandan perang Ukraina.
Penunjukan Dvornikov sebagai komandan perang Rusia yang baru di Ukraina menandakan fase baru dalam perang: upaya habis-habisan mengambil dan mempertahankan bagian lain Donbas yang masih berada di bawah kendali Kiev. Sebab, dua bagian lain, yakni Donetsk dan Luhansk, sudah dikendalikan separatis loyalis Rusia sejak 2014.

Presiden Rusia Vladimir Putin terpantul ke dalam balon ketika seorang perempuan di Yalta, Crimea, sedang menyimak pidatonya selama pesan Tahun Baru yang disiarkan televisi dari Kremlin, Sabtu, 1 Januari 2022.
Dvornikov lahir di Ussuriysk, Rusia timur jauh, pada tahun 1961. Setelah lulus akademi militer di kota itu, sebagai remaja dia kemudian menghadiri Akademi Militer Frunze di Moskwa, salah satu akademi militer paling bergengsi di Uni Soviet saat itu. Sebagai komandan Resimen Senapan Motor Rusia, dia memimpin serangan di Grozny, ibu kota Chechnya, yang dimulai pada 1999 dan membuat kota itu menjadi puing-puing.
Jenderal Igor Romanenko, mantan Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, mengatakan, Dvornikov terkenal bengis atau kejam. Ketika memimpin penyerbuan ke Grozny, wilayah independen di Rusia selatan pada akhir 1999 hingga awal 2000, dia melakukan kekerasan senjata yang melampaui rasa kemanusiaan.
Baca juga : Perhitungan Putin Diduga Meleset, Terkesan Tanpa Strategi Keluar
Kota Grozny pun jatuh pada 6 Februari 2000. Hal itu meningkatkan kepercayaan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin yang terpilih sebagai presiden sekitar sebulan kemudian, yakni 17 Maret 2000. Di kalangan militer Rusia, Dvornikov dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan tak ada tawar-menawar dalam menghabisi lawannya.
”Dia disebut ’tukang jagal’ sejak zaman Perang Chechnya ke-2, kemudian (perang) di Aleppo, Suriah,” kata Romanenko tentang Jenderal Dvornikov. Kalangan militer Barat juga menjuluki Dvornikov sebagai pembantai, sebuah julukan yang dibantah Moskwa. Namun, banyak fakta lapangan telah membuatnya masuk daftar hitam AS dan Barat.
Pada September 2015, Putin menempatkan Dvornikov di pucuk pimpinan pasukan Rusia di Suriah yang dilanda perang. Dvornikov kemudian menyelamatkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kehancuran dan merebut Aleppo dari kubu oposisi, yang merupakan milisi dukungan koalisi Amerika Serikat (AS).
Di Suriah, Dvornikov mengawasi serangan udara brutal yang menghancurkan Aleppo. Dia juga mengawasi pengeboman konvoi bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, penargetan warga sipil di Provinsi Idlib, serta pengeboman sekolah dan rumah sakit. Kasus penargetan warga sipil seperti ini juga terjadi di Mariupol dan kini di Donbas.

Dalam menghancurkan oposisi di Aleppo, Dvornikov menggunakan taktik serupa di Grozny, yakni membunuh habis musuh-musuhnya. Puluhan ribu warga sipil Suriah terbunuh dan kota bersejarah itu berubah menjadi reruntuhan yang membara. Putin telah menyematkan medali Pahlawan Rusia, penghargaan tertinggi, untuk Dvornikov.
Tak ada yang bisa menghentikannya. ”Dia tetap berpegang pada pendekatan lama Soviet dan kemudian Rusia. Jika ada kekuatan, mereka harus dikonsentrasikan dan digunakan untuk menghancurkan segalanya,” kata Romanenko. ”Kami telah melihat hasilnya di Aleppo,” katanya, seperti dilaporkan situs berita Al Jazeera, 12 April 2022.
Sebaliknya, Dvornikov melihat hasilnya secara berbeda. ”Tindakan Angkatan Bersenjata Rusia secara radikal mengubah situasi di Suriah dalam lima setengah bulan. Kemungkinan disintegrasi Suriah telah berhasil digagalkan,” kata Jenderal Dvornikov kepada harian Rossiiskaya Gazeta, Maret 2016.
Baca juga : Perhitungan Putin Diduga Meleset, Terkesan Tanpa Strategi Keluar
Hari-hari ini, para pengamat mengatakan, pasukan Rusia pimpinan Dvornikov tampaknya menggunakan taktik serupa di Mariupol, kota pelabuhan utama Ukraina di Donetsk selatan. Pejabat Ukraina menuduh Rusia membunuh puluhan ribu warga sipil, merusak dan menghancurkan hampir setiap bangunan di kota pelabuhan itu.
Reportase Associated Press menyebutkan, Ukraina sedang menyelidiki klaim bahwa zat beracun telah dijatuhkan Rusia di Mariupol yang terkepung. Para petinggi Barat, Selasa (12/4/2022), memperingatkan bahwa setiap penggunaan senjata kimia oleh Rusia akan menjadi eskalasi serius perang yang sudah menghancurkan itu.
Namun, taktik di Chechnya dan Suriah tampaknya tidak berhasil di Ukraina utara dan tengah karena medannya ditutupi hutan. Selain itu, penyergapan dan serangan pasukan Ukraina, serta suplai logistik Rusia yang buruk dan moral tentaranya yang rendah, menggagalkan kemajuan Rusia menuju Kiev.

Kerusakan di rumah sakit bersalin akibat penembakan di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022).
Rusia menderita kerugian besar yang memalukan dan menarik diri dari wilayah Kiev, Chernihiv, dan Sumy pada awal April. Adapun Ukraina selatan, termasuk Mariupol, berbeda karena bentang alamnya didominasi stepa, dataran luas tanpa tegakan pohon. Moskwa tampaknya menggunakan taktik di Chechnya dan Suriah di wilayah ini.
Penanggung jawab
Pada 2016, dua tahun setelah separatis yang didukung Moskwa di Donetsk dan Luhansk memberontak melawan Kiev, Putin menempatkan Dvornikov sebagai penanggung jawab Distrik Militer Selatan Rusia. Pos itu mencakup Crimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia, serta Ossetia Selatan dan Abkhazia yang dikuasai separatis Georgia.
Baca juga : Ulang Strategi di Suriah-Chechnya, Militer Rusia Hanguskan Kota-kota Ukraina
Moskwa saat itu membantah keras telah mengirim pasukan ke Ukraina. Namun, para pejabat di Kiev, laporan intelijen, dan media Barat mengungkap kehadiran prajurit dan ”konsultan” Rusia di wilayah yang dikuasai separatis. Konflik terpanas di Eropa itu menewaskan lebih dari 13.000 orang dan memaksa jutaan warga mengungsi sejak 2014.
Dvornikov pindah ke markas barunya di kota Rostov-on-Don, Rusia selatan, yang menandai berakhirnya fase perang. Namun, hampir pasti Dvornikov masih mendapat informasi mendalam tentang Ukraina dan bertanggung jawab membentuk Eighth Guards Combined Army, reinkarnasi militer Perang Dunia II era Soviet.
Pavel Luzin, analis militer yang berbasis di Rusia dan bekerja untuk lembaga kajian Jamestown Foundation, Washington DC, mengatakan, sebagian pasukan Rusia ditempatkan di Donbas. ”Oleh karena itu, dia sudah lama mengenal panggung militer di Ukraina timur,” kata Luzin kepada Al Jazeera.

Jenazah warga sipil yang diduga menjadi korban kejahatan perang oleh militer Rusia tergeletak di jalanan kota Bucha, kota satelit barat laut ibu kota Ukraina, Kiev, Sabtu (2/4/2022). Rusia membantah keras melakukan kejahatan perang di Bucha.
Dvornikov dilaporkan mendalangi insiden 2019 di Laut Azov, perairan dangkal di timur laut Crimea, ketika kapal-kapal Rusia memblokade dan menyita tiga kapal Angkatan Laut Ukraina yang mencoba memasuki laut itu. Moskwa menangkap 24 pelaut Ukraina yang akhirnya ditahan di Rusia selama hampir 10 bulan.
Akibatnya, Uni Eropa memasukkan Dvornikov serta tujuh jenderal dan pejabat Rusia lainnya ke daftar hitam pada 2019. Saat dihukum oleh kekuatan Barat, dia mendapatkan pujian Putin dengan ganjaran memimpin serangkaian latihan militer yang luas dan mengesankan.
Dia memimpin latihan militer Kaukasus 2020 di perbatasan Ukraina. Latihan itu melibatkan puluhan ribu tentara dari Rusia dan bekas Uni Soviet di sekitar 30 lokasi di Rusia, Crimea, dan Armenia. Mereka memamerkan penggunaan eselon bergerak (mobile echelons), yakni cara baru untuk mengoordinasikan kekuatan di darat, di udara, dan di laut.
Baca juga : Dilema Keamanan Rusia dalam Invasi ke Ukraina
Saat itu Putin datang ke kota Kapustin Yar di wilayah Volga untuk mengamati bagian akhir latihan. Dvornikov mengatakan kepadanya, pasukan tersebut ”membuktikan kesiapan kita untuk berperang”. Rusia siap berperang!
Kementerian Pertahanan Ukraina secara profetis memperingatkan bahwa latihan Rusia tersebut bertujuan untuk membentuk sekelompok pasukan Rusia yang akan menyerang Ukraina. Pada Maret dan April 2021, distrik militer yang dipimpin Dvornikov menjadi titik fokus unjuk pengerahan kekuatan militernya yang lain.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memeriksa lokasi pertempuran baru-baru ini di Bucha, dekat Kiev, Ukraina, Senin, 4 April 2022.
Pada akhir 2021, Moskwa mengumpulkan puluhan ribu tentara di sepanjang perbatasan Ukraina; di Belarus, sekutu Moskwa; dan wilayah aneksasi di Crimea. Akhirnya tiba keputusan penting Putin memulai invasi untuk menggulingkan Zelenskyy yang disebutnya rezim ”neo-Nazi”.
Namun, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, yang kini menjadi perang panjang yang mematikan bagi Ukraina, Putin belum memiliki komandan lapangan berpengalaman tempur untuk memimpin. Ketika pasukan Rusia fokus ke Ukraina timur, Dvornikov pun dipercaya Putin menjadi panglima perang di Ukraina.
Menurut Luzin, penunjukan Dvornikov menandai upaya Moskwa untuk mengatasi kelemahannya dalam perang. ”Sebagai jenderal paling maju di bidang ini, Dvornikov ditunjuk untuk menyingkirkan masalah paling serius sehubungan dengan upaya baru untuk maju di Ukraina timur,” katanya kepada Al Jazeera.
Baca juga : Horor di Mariupol
Saat pasukan Ukraina bersiap untuk serangan baru di Donbas, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar mengatakan, ada kemungkinan amunisi fosfor digunakan Rusia di Mariupol. Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko, Selasa (12/4/2022), mengatakan, pengepungan menyebabkan lebih dari 10.000 warga sipil tewas; mayat mereka ”seperti karpet di jalan-jalan”.
Institute for the Study of War, lembaga kajian di Washington DC, menyebutkan, Dvornikov telah memimpin serangan di sekitar Donbas dan wilayah selatan lainnya. Sebelum Dvornikov, Rusia telah merebut Kherson, kota besar di Ukraina selatan. Muncul ketakutan baru setelah kekejaman di Bucha, ketakutan akan terjadi pembantaian yang luas di wilayah Donbas.

Warga berlarian menuju peron saat akan naik kereta di stasiun pusat Slovyansk di wilayah Donbas, 12 April 2022, di tengah invasi Rusia atas Ukraina. Warga sipil diminta mengungsi untuk mengantisipasi perebutan wilayah oleh pasukan Rusia.
Di tengah tanda-tanda militer Rusia bersiap untuk serangan besar-besaran di Donbas, seorang pejabat senior pertahanan AS menggambarkan konvoi panjang Rusia menuju kota Izyum di timur sebagai ancaman sangat berbahaya. Sebab, konvoi tersebut didukung dengan kekuatan artileri, udara, dan infanteri.
”Pertempuran Rusia untuk merebut Donbas akan mengingatkan Anda pada Perang Dunia II. Ada operasi besar, manuver, keterlibatan ribuan tank, kendaraan lapis baja, pesawat, artileri,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba setelah pertemuan para menlu NATO, pekan lalu.
Ukraina sekarang menyelidiki klaim penggunaan zat beracun oleh Rusia di Mariupol. Para petinggi Barat memperingatkan, setiap penggunaan senjata kimia akan menjadi eskalasi serius dari perang yang sudah menghancurkan Ukraina. Sementara tim penyelidik internasional mencari bukti dugaan kejahatan perang Rusia di Bucha, Irpin, dan Kramatorsk.
Zelenskyy mengatakan, pasukan Rusia telah menggunakan senjata kimia di Mariupol. Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dan Menlu Australia Marise Payne mengecam penggunaan senjata kimia, tindakan yang oleh Payne disebut ”pelanggaran besar-besaran terhadap hukum internasional”. Perang di Ukraina telah menyebabkan lebih dari 10 juta warga mengungsi. (AFP/AP/REUTERS)