Pergerakan Pasukan Rusia Beri Isyarat, Pertempuran Besar Bakal Meletus di Donbas
Setelah mundur dari Kiev, pasukan Rusia kini bergerak ke wilayah timur Ukraina yang dikuasai kelompok separatis. Rusia terlihat menghimpun personel dan artileri untuk menyerang Donbas dalam waktu dekat.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
AP/ALEXEI ALEXANDROV
Seorang perempuan berjalan dengan menarik tasnya, melewati rumah-rumah yang hancur akibat pertempuran di Mariupol, Ukraina, 8 April 2022.
LVIV, SELASA — Fokus invasi Rusia di Ukraina kini akan beralih merebut wilayah Donbas di bagian timur dengan sasaran utama Pelabuhan Mariupol. Ukraina khawatir Rusia akan memulai serangannya di wilayah itu dalam waktu dekat setelah mundur dari Kiev, Ukraina utara. Ribuan orang diduga sudah tewas di Mariupol karena dikepung pasukan Rusia selama hampir tujuh pekan sejak invasi dimulai pada 24 Februari lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan, Rusia sudah mempersiapkan ribuan tentara untuk menyerang wilayah itu. Kanselir Austria Karl Nehammer, yang bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, juga mengutarakan kekhawatiran yang sama.
”Serangan berskala besar jelas sedang disiapkan. Sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia tidak akan dicabut selama invasi masih dilakukan. (Memberi tahu Putin) Sekali saja tidak cukup, 10 kali pun tak cukup. Mungkin harus 100 kali,” kata Nehammer, Senin (11/4/2022).
Rencana Rusia menyerang wilayah Donbas dilakukan dengan tujuan agar Ukraina menyerahkan wilayah itu kepada kelompok separatis yang didukung Rusia. Dengan menguasai Mariupol, Rusia akan bisa menggabungkan pasukannya yang berada di wilayah timur dengan pasukan dari arah Crimea yang sudah dikuasai Rusia sejak 2014, lalu mengepung pasukan Ukraina.
Para pakar militer Barat menilai Rusia ingin mendesak pasukan Ukraina untuk keluar berperang dengan cara konvensional di wilayah utara, bukan dengan cara serangan ”serang dan lari”. Konvoi pasukan Rusia terlihat bergerak menuju ke kota Izyum, sekitar 120 kilometer tenggara ibu kota Provinsi Kharkiv, Ukraina timur, sambil membawa artileri serta dukungan infanteri dan udara.
Pasukan Rusia masih menitikberatkan strategi serangan dengan membombardir kota-kota hingga menyebabkan ribuan orang tewas dan banyak kota besar hancur. Sejak dikepung pasukan Rusia, kota pelabuhan Mariupol kerap disamakan dengan Aleppo di Suriah saat digempur pasukan Rusia yang mendukung tentara pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad tahun 2016.
Saat itu, setelah dikepung beberapa bulan, kantong-kantong pasukan oposisi Suriah di Aleppo digempur dengan serangan-serangan udara Rusia hingga rata dengan tanah. ”Lihatlah kota Mariupol. Kondisinya persis sama dengan yang kita lihat di kota Aleppo, Suriah,” ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam sebuah forum internasional bulan lalu.
AP PHOTO/ EVGENLY MALOLETKA
Kerusakan di sebuah rumah sakit bersalin akibat pertempuran di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022).
Presiden Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin mengklaim pihaknya kini sudah menguasai Mariupol. Akan tetapi, klaim itu belum bisa dikonfirmasi. Menurut Boychenko, sampai sekarang masih terjadi pertempuran sengit di Mariupol. ”Memang tidak mudah, tetapi tentara kami masih tetap melawan,” ujarnya.
Taktik Rusia
Pasukan Rusia kemungkinan akan mencoba mengepung Donbas dari arah utara, selatan, dan timur. Mariupol berjarak sekitar 200 kilometer selatan Donbas.
Richard Barrons, salah satu pemimpin perusahaan konsultan strategis yang berbasis di Inggris, Universal Defense & Security Solutions, mengatakan bahwa di wilayah itu permukaan tanahnya lebih datar dan terbuka serta tak banyak hutan sehingga taktik penyergapan pasukan Ukraina yang selama ini digunakan di Kiev dan sekitarnya bisa jadi tidak akan efektif.
Jika belajar dari kegagalan mereka sebelumnya, Rusia kemungkinan akan mengerahkan kekuatan dari udara dan darat secara bersamaan. ”Dengan cara itu, mereka akan bisa unggul dari Ukraina, tetapi saya kira kalau itu cara yang dipilih, akan terjadi pertempuran besar-besaran,” ujarnya.
Amerika Serikat sudah memperingatkan, Rusia akan memperkuat pasukannya di Donbas. Guna mencegah itu, AS berusaha menekan Putin untuk menarik pasukan, melarang pembelian minyak dan gas Rusia, dan mendorong negara-negara sekutunya mengikuti langkah AS, termasuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Namun, tak semua mau ikut-ikutan AS. China dan India tidak mau menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Bahkan, India malah membeli minyak mentah Rusia lebih banyak ketimbang tahun lalu gara-gara terpikat diskon besar. Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden, ketika berbicara melalui sambungan video dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, menegaskan, ”tidak ada kepentingan India” untuk meningkatkan ketergantungan pada energi Rusia.
Mengungsi
Khawatir dengan serangan baru Rusia, ribuan orang sudah mengungsi dari Donbas. Pihak Ukraina menuding Rusia sudah membunuh banyak warga sipil di wilayah itu. Tudingan ini dibantah Rusia.
Namun, jumlah yang mengungsi kini berkurang karena pasukan Rusia memperlambat proses pemeriksaan sebelum keluar dari Donbas. Zelenskyy memperingatkan adanya potensi Rusia menggunakan senjata kimia di Donbas. Sedikitnya 10.000 orang sedang menunggu pemeriksaan pasukan Rusia. Rusia tidak mengizinkan personel militer pergi mendampingi warga sipil.
Kekhawatiran Ukraina meningkat setelah 57 orang tewas dalam serangan rudal Rusia di stasiun kereta api di Donbas. Namun, Rusia membantah melakukan serangan rudal itu. Moskwa juga membantah tuduhan bahwa Rusia sudah melakukan kejahatan perang di Kiev.
AP PHOTO/EVGENIY MALOLETKA
Seorang anggota militer Ukraina berdiri di depan sisa bangunan gereja yang masih berdiri setelah lingkungan di sekitarnya rata dengan tanah karena serangan artileri berat di kota Mariupol, Ukraina, Kamis (10/3/2022).
Perserikatan Bangsa-Bangsa tengah mengkaji laporan adanya dugaan pemerkosaan dan kekerasan yang dilakukan pasukan Rusia dan Ukraina. Kateryna Cherepakha, Presiden La Strada-Ukraina, mengungkapkan bahwa dari jalur telepon darurat yang mereka buka, mereka menerima laporan perempuan yang menuding tentara Rusia terlibat dalam sembilan kasus pemerkosaan yang melibatkan 12 perempuan dan anak perempuan.
”Kasus-kasus yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es. Pasti kasusnya jauh lebih banyak. Kami ingin Anda mendengar suara kami, kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh Rusia di Ukraina,” ujar Cherepakha kepada Dewan Keamanan PBB melalui sambungan video.
Perwakilan Rusia di PBB membantah tuduhan itu dan berbalik menuding Ukraina dan negara-negara sekutunya sengaja menampilkan tentara Rusia sebagai orang-orang yang sadis dan pemerkosa. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, pihaknya tidak akan menghentikan pertempuran hanya karena perundingan perdamaian sudah dimulai, 1 April lalu. ”Sudah diputuskan, tidak akan ada jeda dalam aksi militer sampai kesepakatan akhir tercapai,” ujarnya.
Laporan mayat dibakar
Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko khawatir jumlah korban tewas bisa mencapai 20.000 orang. Apalagi, mengingat pasukan Rusia memblokade konvoi rombongan warga sipil yang hendak mengungsi. Pasukan Rusia sengaja mengepung dan menggempur Mariupol sehingga membuat wilayah itu menjadi daerah paling parah terdampak perang.
Bahkan, kata Boychenko, pasukan Rusia diduga membawa peralatan kremasi yang bisa dibawa ke mana-mana. Alat kremasi mandiri itu dibawa ke Mariupol untuk mengkremasi korban-korban tewas. Pasukan Rusia dilaporkan membawa banyak jasad korban ke dalam pertokoan besar yang memiliki fasilitas penyimpanan dan lemari pendingin besar.
”Peralatan kremasi itu dalam bentuk truk-truk, tinggal dibuka dan di dalamnya ada pipa-pipa dan disitulah para korban dikremasi,” kata Boychenko yang mengaku memperoleh laporan dari banyak sumber mengenai proses kremasi itu.
AP PHOTO/ EVGENLY MALOLETKA
Pekerja dan sukarelawan darurat Ukraina membawa seorang wanita hamil yang terluka dari rumah sakit bersalin yang rusak akibat pertempuran di Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022). Rumah sakit ibu dan anak itu hancur setelah dibom Rusia.
Gambaran rinci itu, kata Boychenko, diperoleh dari laporan banyak sumber yang melihat pasukan Rusia mengkremasi korban. Banyaknya jumlah warga sipil yang ditemukan tewas di jalanan Kiev memperkuat tudingan Ukraina dan Barat bahwa Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Kekhawatiran akan bertambahnya jumlah warga sipil yang menjadi korban meningkat. Sedikitnya 120.000 orang membutuhkan bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan di Mariupol. Mereka yang boleh keluar Mariupol hanyalah mereka yang dinyatakan lolos penyaringan kamp Rusia.
Pasukan Rusia menyita paspor warga Ukraina, lalu memindahkan mereka ke kamp penyaringan di wilayah yang dikuasai kelompok separatis. Setelah itu, warga Ukraina dikirim ke daerah yang jauh dan tertekan secara ekonomi di Rusia. Boychenko mengatakan, Rusia membuat semacam penjara bagi mereka yang tidak lulus ”penyaringan” dan sekitar 33.000 orang dibawa ke Rusia atau wilayah Ukraina yang dikuasai separatis. (REUTERS/AP)