Aib Abu Bakr al-Baghdadi Diungkap dalam Sidang Pengadilan Tokoh NIIS
Sidang pengadilan terhadap seorang tokoh senior militan NIIS di Amerika mengungkap antara lain perilaku buruk atau aib pemimpin tertingginya, Abu Bakr al-Baghdadi.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·6 menit baca
Pengadilan terhadap El Shafee Elsheikh, anggota senior kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Alexandria, Virginia, Amerika Serikat, Senin (11/4/2022) waktu setempat, mengungkap perilaku buruk pemimpin tertinggi NIIS Abu Bakr al-Baghdadi. Setidaknya tiga saksi yang memberatkan Elsheikh dihadirkan dalam sidang pengadilan Alexandria tersebut.
Lia Mulla, perempuan Yazidi, menjadi salah satu saksi. Dia mengungkapkan, Baghdadi telah memerkosa Kayla Mueller, pegiat kemanusiaan asal Arizona, Amerika Serikat. Mueller diculik NIIS pada 2013 ketika sedang bekerja di Suriah. Dua saksi lainnya adalah mantan petempur NIIS, Omer Kuzu (26), warga Dallas, Texas, dan mantan sandera NIIS asal Perancis, Didier Francois.
Elsheikh (33), warga London, Inggris, kelahiran Sudan, dituduh menculik dan melakukan konspirasi. Dia adalah salah satu sipir penjara NIIS, yang dijuluki ”The Beatles” oleh para sandera karena aksen Inggris-nya. Pejabat teras NIIS itu menghadapi persidangan di AS dalam kasus penyiksaan dan pemenggalan kepala para sandera AS, termasuk wartawan dan pegiat kemanusiaan.
Dilaporkan, Elsheikh didakwa telah membunuh empat warga AS. Mereka yang dibunuh adalah pekerja kemanusiaan AS, Kayla Mueller dan Peter Kassig, serta jurnalis lepas AS, James Foley dan Steven Sotloff. Dalam surat dakwaan, Elsheikh juga dianggap bertanggung jawab besar atas kematian pekerja kemanusiaan Inggris, David Haines dan Alan Henning.
Pengadilan atas kasus Elsheikh di Alexandria ini merupakan hasil negosiasi rumit antara Washington dan London. Persidangan Elsheikh mengungkap kembali pola atau cara kerja kotor NIIS yang terkenal kejam dan mengerikan, termasuk perilaku buruk dan aib pemimpin tertinggi kelompok ini, Abu Bakr al-Baghdadi. Tindakannya penuh kekerasan.
Dalam kesaksiannya, Mulla menuturkan, dia ditangkap anggota NIIS yang dijuluki ”The Beatles” ketika mencoba melarikan diri dari Gunung Sinjar, Irak, bersama keluarganya pada Agustus 2014. Dia lalu disatukan dengan para perempuan muda lainnya dan diserahkan kepada Baghdadi. Belakangan, setelah kekuatan NIIS lumpuh, Baghdadi tewas dalam operasi khusus militer AS di Barisha, Provinsi Idlib, Suriah, 27 Oktober 2019.
Dijadikan budak seks
Sejak hari penangkapannya, Mulla berpindah-pindah tempat di bawah kendali milisi NIIS yang memperlakukan para perempuan sebagai budak seks bagi para anggota NIIS. Sampai pada suatu hari, dalam perjalanan berpindah-pindah tempat penyanderaan itu, NIIS membawa Mulla dan perempuan lain ke penjara tempat Mueller ditahan. Mereka berkomunikasi dengan gerakan isyarat tangan.
”Suatu hari mereka (NIIS) membawanya pergi dan ketika kembali, dia benar-benar ketakutan,” kata Mulla tentang Mueller. ”Mereka telah mengatakan kepadanya (Mueller) bahwa NIIS ingin menikahkan kami. Jika kami mencoba melarikan diri, mereka akan membunuh kami,” ungkap Mulla meniru pengakuan Mueller.
Beberapa hari kemudian, Mulla mengatakan bahwa dia dibawa bersama Mueller dan para gadis Yazidi lainnya ke rumah Abu Sayyaf, salah satu petinggi militer NIIS dan orang kepercayaan Baghdad. Di rumah Abu Sayyaf, milisi NIIS ”memperlakukan kami seperti budak”. Setelah seminggu di sana, semua perempuan itu, termasuk Mueller, dibawa ke sebuah rumah tempat para gadis muda itu diperkosa.
Menurut Mulla, pada suatu malam Baghdadi datang ke sana dan membawa Mueller pergi. Ketika pulang keesokan paginya, kata Mulla, Mueller tampak ”sangat sedih, dia terlihat sangat gugup, dan menangis sedih”. ”Dia (Mueller) telah diperkosa dan diancam bahwa jika mencoba melarikan diri, dia (Baghdadi) akan membunuhnya,” ungkap Mulla.
Dalam keterangannya di pengadilan, melalui seorang penerjemah, Mulla mengatakan bahwa dia akhirnya memutuskan untuk mencoba melarikan diri. Dia meminta Mueller untuk bergabung dengannya, tetapi pegiat kemanusiaan asal Arizona itu menolak karena takut bakal dipenggal jika tertangkap. ”Dia takut ditangkap, dia takut akan dipenggal,” kata Mulla lagi.
Mueller menceritakan perkosaan oleh Baghadadi dan ancaman dirinya akan dibunuh jika berupaya melarikan diri. Mueller meminta Mulla untuk ”memberitahu dunia” tentang kondisinya jika Mulla berhasil melarikan diri dan meraih kebebasan. Mulla kemudian berhasil menyelinap keluar melalui sebuah jendela, naik generator untuk bisa melewati dinding dan kabur sejauh mungkin.
Setelah berhasil melarikan diri, Mulla mengatakan kepada saudara laki-lakinya agar menghubungkannya dengan seorang teman penerjemah dari Amerika Serikat. Upaya itu berhasil. Mulla pun menceritakan tentang nasib Mueller di tangan para anggota milisi NIIS dan bagaimana Baghdadi memperlakukannya dengan sangat buruk.
Mueller ditangkap oleh NIIS pada Agustus 2013. Saat itu dia sedang menemani pacarnya, pria Suriah, dalam perjalanan ke sebuah rumah sakit di kota Aleppo, Suriah. Pacar Mueller saat itu pergi hendak memperbaiki parabola di rumah sakit di kota tersebut. Ternyata perjalanan itu berakhir di tangan NIIS.
NIIS mengumumkan kematian Mueller pada Februari 2015. Dikatakan, Mueller tewas dalam serangan udara Jordania. Namun, klaim itu dibantah otoritas AS. Foley, Sotloff, dan Kassig dibunuh oleh NIIS. Video kematian mereka dirilis oleh kelompok teror itu untuk tujuan propaganda.
Elsheikh dan geng ”The Beatles” lainnya, Alexanda Amon Kotey, ditangkap pada Januari 2018 oleh milisi Kurdi di Suriah. Mereka diserahkan kepada pasukan AS di Irak. Mereka diterbangkan ke Virginia pada tahun 2020 untuk menghadapi tuduhan penyanderaan, konspirasi untuk membunuh warga AS, dan mendukung organisasi teroris.
Kotey mengaku bersalah pada September 2021 dan mendapat hukuman penjara seumur hidup. Algojo ”The Beatles”, Mohamed Emwazi, dibunuh dengan pesawat nirawak AS di Suriah pada 2015.
Tokoh penting NIIS
Menurut Omer Kuzu, saksi lainnya, Elsheikh adalah tokoh NIIS paling penting dibandingkan petempur NIIS lainnya. Dia mengaku pernah lima kali bertemu Elsheikh di Suriah. Namun, pertemuan mereka tidak banyak bicara. Elsheikh sangat menjaga sikapnya. Kuzu, yang menghabiskan empat setengah tahun sebagai anggota NIIS, bersaksi untuk memberatkan Elsheikh.
Kuzu meninggalkan rumahnya di Dallas, Texas, di usia 18 tahun pada Oktober 2014. Ia menyelinap sendirian ke Suriah melalui perbatasan Turki. Di ruang sidang dia mengaku bekerja di kantor telekomunikasi di kota Raqqa, yang saat itu menjadi ”ibu kota NIIS” di Suriah. Ia melakukan ”pekerjaan TI yang khas” untuk mendukung operasi medan perang kelompok NIIS.
Kuzu ditangkap oleh pasukan Suriah pada 2019 dan diserahkan ke Biro Investigasi Federal AS (FBI). Dia mengaku bersalah di Texas pada September 2020 atas tuduhan berkonspirasi untuk memberikan dukungan material kepada NIIS.
Mantan sandera NIIS asal Perancis, Didier Francois, yang juga menjadi saksi, menyampaikan keterangan serupa dengan Kuzu. Dia mengatakan bahwa ”suasana berubah secara radikal” setiap kali ”The Beatles” muncul. ”Mereka selalu bersama dan selalu bertindak sadis,” katanya tentang kekerasan fisik dan emosional oleh NIIS.
”Manikur atau pedikur?” kata Francois, meniru pertanyaan anggota NIIS sebelum memukuli tangan dan kakinya.
Francois bersama tiga jurnalis Perancis lainnya diculik pada 6 Juni 2013 di Suriah saat menginvestigasi penggunaan senjata kimia oleh rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Mereka ditahan selama 10 bulan sebelum semuanya dibebaskan bersama pada 19 April 2014. Dia menggambarkan interaksi dengan beberapa sandera lain selama penahanannya, termasuk Foley dan Kassig.
Pada Selasa (12/4/2022) waktu di Virginia atau Rabu (13/4/2022) WIB, sidang Elsheikh dilanjutkan untuk mendengarkan pembelaannya. Elsheikh sebelumnya telah berulang kali membantah semua tuduhan. Pengacaranya mengklaim, kliennya adalah korban salah tangkap karena kesalahan identitas. Sidang ini merupakan salah satu sidang teror paling penting dalam satu dekade terakhir. (AFP/REUTERS/BBC/AP)