Upaya Mencari Bukti Dugaan Kejahatan Perang Putin
Tidak mudah menuding Rusia telah melakukan pembunuhan warga sipil di Bucha dan kota lain di Ukraina. Tuduhan ini harus didukung bukti yang kuat dan terverifikasi.
Intervensi Rusia ke Ukraina yang berubah menjadi perang yang menghancurkan dan mematikan, Senin (11/4/2022), memasuki hari ke-47. Sejak Rusia memulai “operasi militer khusus”—menurut istilah Presiden Vladimir Putin—pada 24 Februari lalu, Moskwa disorot karena dugaan kejahatan perang di Ukraina.
Kita mulai dari Bucha, kota administratif di wilayah Kiev Oblast, yang menjadi bagian dari serangan ofensif pasukan Kiev. Harian The New York Times, 27 Februari 2022, melaporkan, pasukan Rusia menderita kekalahan besar akibat serangan ofensif tentara Ukraina di Bucha.
Namun, kota di pinggiran Kiev berpenduduk sekitar 36.000–40.000 jiwa itu kemudian direbut oleh pasukan Rusia pada 12 Maret. Wali Kota Bucha Anatoliy Fedoruk kemudian mengumumkan bahwa pasukan Ukraina telah berhasil menguasai kembali kota Bucha pada 31 Maret 2022.
Lihat video : Militer Rusia Serang Permukiman Warga Ukraina
Situs berita media Rusia, Menudza, pada 7 April menayangkan video yang diambil dengan pesawat nirawak, yang direkam dari 23 hingga 30 Maret 2022 di Bucha. Media itu juga menampilkan beberapa foto terkait tragedi Bucha. Tampak begitu banyak warga sipil, orang-orang yang mengenakan pakaian sipil, terbunuh selama pendudukan Rusia.
Ketika gambar dan video mengerikan tentang kehancuran nyata di Bucha mulai muncul, setelah kota itu direbut kembali oleh pasukan Kiev, Rusia dikecam komunitas global. Lima minggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, televisi dan media daring, dibanjiri video, foto, dan cerita tentang kekejaman Rusia terhadap warga sipil Ukraina itu.
Video dan gambar yang paling mengejutkan adalah tentang orang-orang berpakaian sipil yang tewas dengan kedua tangannya terikat di balik punggungnya. Salah satu mayat dengan kondisi seperti itu terlihat di sebuah jalan di Bucha, Sabtu (2/4/2022). Sekitar 20 mayat pria berpakaian sipil ditemukan tergeletak di jalan itu.
Secara keseluruhan, saat itu sekitar 300 mayat ditemukan di jalan-jalan Bucha. Beberapa mayat dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Tampaknya mereka ditembak dalam jarak dekat. Wali Kota Bucha, Anatoly Fedoruk, mengatakan, 280 mayat lainnya telah dimakamkan di kuburan massal. Inggris, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyuarakan kengerian tersebut.
Pada Minggu (3/4/2022), satu kuburan massal berisi 27 mayat ditemukan di belakang sebuah gereja di Bucha. Saat itu Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mencuit di Twitter: foto-foto warga sipil yang terbunuh Bucha mengingatkan pada pembunuhan massal oleh rezim Soviet dan Nazi. ”Ini bukan medan perang, tetapi hamparan kejahatan,” cuitnya.
Baca juga : Rusia-Ukraina Minta Penyelidikan Soal Bucha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia melakukan genosida dan berusaha melenyapkan ”seluruh bangsa” Ukraina, Senin (4/4/2022). Setelah penemuan kuburan massal dan warga sipil yang ”dieksekusi” itu, Barat menuding Rusia melakukan kejahatan perang.
Kremlin pada 4 April 2022 dan di hari-hari berikutnya menolak tuduhan bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di Bucha dan kota lain di Ukraina. ”Kami dengan tegas menolak semua tuduhan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan. Dia juga membantah serangan terhadap warga sipil di Irpin.
Rusia kembali dikecam dunia karena diduga dengan sengaja menyerang fasilitas sipil di Kramatorsk, ibu kota Donetsk, Ukraina timur, Jumat (8/4/2022). Serangan rudal yang menarget stasiun kereta Kramatorsk, yang digunakan untuk evakuasi warga sipil, itu telah menewaskan sedikitnya 52 orang. Zelenskyy mengatakan, Rusia telah melakukan kejahatan perang lain setelah di Bucha. Moskwa kembali membantah hal itu.
Butuh bukti
Tentu saja, untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas kekejaman di Ukraina butuh bukti yang kuat. Upaya mengumpulkan dan merawat bukti perlu kerja keras yang cermat dalam menghadapi disinformasi yang kian merajalela. Moskwa berulang kali menyangkal melakukan kejahatan dan menuduh balik Kiev sebagai penjahat perang sesungguhnya.
Baca juga : Serangan Rusia, Derita Warga Sipil Ukraina
Kerja keras dan ketelitian dalam mengumpulkan bukti kejahatan perang oleh komunitas hak asasi manusia (HAM), dibantu oleh perangkat digital, bisa dilakukan bekerja sama dengan jurnalis, pejabat militer, komunitas pengelola data intelijen terbuka atau open-source intelligence (OSINT), detektif siber, dan warga sipil di media sosial.
Tudingan publik terhadap Rusia sebagai pelanggar hukum internasional tentu saja amat menarik perhatian. Namun, tuduhan ini harus didukung oleh proses pembuktian yang tepat, lengkap dengan bukti yang telah diverifikasi. Setelah video dan gambar kekejian di Bucha beredar, Rusia melancarkan serangan disinformasi yang terkoordinasi dan terarah.
Rusia menyebut gambar dan video yang beredar itu provokasi. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, pembantaian itu sebagai ”tudingan palsu”. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan dalam pesan unggahan di Telegram bahwa beberapa foto itu ”palsu”.
Akun media sosial pro-Kremlin menuduh ”Nazi Ukraina” melakukan pembantaian di Bucha. Disinformasi itu juga menyebar di media sosial di China. Rusia, bahkan, seperti halnya Ukraina, juga meminta Dewan Keamanan PBB bersikap soal isu Bucha.
Namun, momen tragis ini bisa menjadi titik balik. Human Rights Watch telah mendokumentasikan banyak ”pelanggaran hukum perang” dan mengumpulkan bukti dan keterangan saksi mata. Hal itu mencakup kesaksian mengerikan tentang eksekusi dan pemerkosaan sebagai senjata perang.
Video tentang mayat warga sipil yang tewas telah dibagikan dan diverifikasi. Citra satelit muncul untuk mengonfirmasi kuburan massal di Bucha, menurut cuitan Deutche Welle (DW) News, 4 April 2022. Ini baru permulaan tentang dugaan kekejaman perang Rusia di Ukraina. Namun, untuk memperkuat pembuktiannya, integritas proses dokumentasi kejahatan perang sangatlah penting.
Oleksandra Matviichuk, pengacara HAM dan Kepala Pusat Kebebasan Sipil di Ukraina, saat ini sedang bekerja keras mengumpulkan berbagai bukti, mewawancarai semua saksi mata, dan mencari keterangan dari petugas medis. Dia bahkan melakukan wawancara khusus dengan ”Jagal dari Mariupol”, Letnan Jenderal Mikhail Mizintsev dari Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.
Baca juga : Perang Ukraina Menjadi Pukulan Balik bagi Rusia
Matviichuk berharap bahwa suatu hari, data yang dia kumpulkan akan membantu mengarah pada pengadilan kejahatan perang dan keadilan bagi Ukraina. Sebulan setelah invasi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan hasil pelacakan banyak komunitas HAM internasional selama beberapa waktu: ada bukti yang dapat dipercaya bahwa rezim Putin melanggar hukum perang.
Namun, tidak ada satu pun perjanjian global yang mencakup semua kejahatan perang. Hanya ada undang-undang dan konvensi yang mencakup hukum perang, seperti Konvensi Den Haag, Konvensi Geneva, hingga Statuta Roma, bersama dengan norma-norma lain, yang dikenal sebagai hukum yang berlaku umum. Tidak ada undang-undang khusus tentang kejahatan perang.
ICC buka penyelidikan
Jaksa Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) telah membuka penyelidikan atas kejahatan perang Rusia di Ukraina. Amerika Serikat adalah pencari fakta, seperti juga tim penyelidik kejahatan perang Polisi Metropolitan London. Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang menangguhkan keanggotaan Rusia pekan lalu, telah membentuk komisi, dan berbagai negara lain membantu pemerintah Ukraina dalam mengumpulkan bukti.
Tidak ada jaminan bahwa Rusia akan pernah diadili. Baik Rusia maupun Ukraina adalah pihak yang meratifikasi Statuta Roma, tetapi hanya Ukraina yang mengakui yurisdiksi ICC. Rusia tidak diragukan lagi akan memveto tindakan apa pun oleh Dewan Keamanan PBB atau ICC atas kejahatan agresi Rusia.
Lihat foto : Dugaan Pembantaian Massal di Bucha
Kemungkinan lain untuk meminta pertanggungjawaban Rusia dapat mencakup pengadilan tribunal atau khusus. Kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan, adalah tentang penghancuran suatu bangsa; juga tentang penghancuran kebenaran. Rusia sekarang diduga melakukan kekejaman massal di Ukraina, termasuk kemungkinan genosida.
Pengacara internasional di seluruh dunia mengumpulkan sumber daya hukum yang diperlukan. Komunitas Open-Source Intelligence (OSINT) sedang menyisir data, dari citra satelit, media sosial, hingga penyadapan radio. Sejak awal invasi, OSINT telah bekerja keras mengumpulkan data penting. Dalam konflik bersenjata rumit dibutuhkan bukti yang kuat untuk berhasil di pengadilan. Bahkan, gambaran mengerikan dari Bucha dan serangan di kota lain di Ukraina akan membutuhkan kesaksian dan konfirmasi.
Di Ukraina, penyelidik profesional dan amatir (baik di dalam negeri maupun dari jarak jauh) sedang memilah-milah pos serangan untuk mengonfirmasi keasliannya. Penyelidik yang lain telah mengatur cara untuk memungkinkan warga sipil membantu tim penyelidik di dalam upaya mengumpulkan bukti.
Informasi ini harus dikumpulkan sekarang, dan video serta foto saja tidak akan cukup. Bukti harus mencakup bukti niat, catatan dan instruksi dari atasannya, peta invasi, dan sebagainya. Semua upaya harus diarahkan untuk menetapkan siapa yang melakukan kejahatan apa, siapa yang memberi perintah apa, dan bagaimana kekerasan atau serangan ini disepakati.
Tantangan berat
Merupakan tantangan berat untuk menghubungkan kejahatan-kejahatan ini ke dalam rantai komando dan menyediakan konteks yang cukup untuk menunjukkan maksud yang diperlukan. Ada interaksi rumit antara melawan disinformasi dan mengumpulkan bukti kejahatan perang, yang didukung oleh kebijakan moderasi konten serampangan Big Tech.
Beberapa organisasi, termasuk Human Rights Watch, menyerukan penyimpanan data secara independen untuk melindungi data atau bukti penting. Kompleksitas pekerjaan kejahatan perang mengharuskan kemampuan yang tinggi dalam menghadapi realitas digital saat ini.
Lihat video : Roket Rusia Menyasar Stasiun Kereta Kramatorsk Ukraina, 39 Orang Tewas
Flynn Coleman, pengacara HAM internasional dan peneliti di Kennedy School of Government, University of Harvard dan Pusat Kebijakan HAM Carr, mengatakan bahwa ada beberapa kelompok berdedikasi dan aktivis berpengalaman yang mendokumentasikan kejahatan perang di Ukraina. Misalnya, Bellingcat, Mnemonic, EyeWitness to Atrocities, Truth Hounds, Center for Information Resilience, Project Owl, dan Reporters Without Borders.
Menurut Coleman, banyak dari mereka telah melakukan pekerjaan ini selama bertahun-tahun di Myanmar, Yaman, Irak, hingga Suriah. Perang di Suriah menghasilkan Protokol Berkeley 2020, panduan penggunaan informasi sumber terbuka digital secara etis dan efektif dalam menyelidiki pelanggaran HAM internasional.
”Pengumpulan bukti di Ukraina seharusnya lebih baik lagi setelah mendapat pengalaman atau pelajaran penting dan hubungan yang muncul dari pengalaman merekam kekejaman di Suriah,” kata Coleman.
Di samping kelompok-kelompok profesional dan orang-orang, seperti Matviichuk di Ukraina, ada kader sukarelawan yang terus bekerja. Mereka terhubung secara daring, yang menjadi bagian integral dari komunitas investigasi kejahatan perang. Mereka juga membantu memeriksa konten, menggunakan geolokasi, dan metode lainnya.
EyeWitness memiliki cache sumber daya untuk membantu mereka yang mendokumentasikan kejahatan perang. Citizen Evidence Lab milik Amnesty International juga mencatat pelanggaran HAM, dan siapa pun dapat melacak serangan oleh Rusia yang telah diverifikasi kelompok tersebut hingga saat ini.
Baca juga : Setelah Bucha, Dugaan Kejahatan Perang Terjadi di Kramatorsk
Semua organisasi itu menerima data yang diperoleh dari penyelidik terlatih dan citizen evidence. Berbagai teknik autentikasi dikerahkan, mulai dari melihat metadata hingga pemeriksaan silang gambar dengan pola cuaca, pelacakan penerbangan, dan database kebakaran NASA. Dalam semua kasus, idealnya ada juga kesaksian dari saksi mata yang menguatkan.
Para pembuat program telah memulai serangan siber untuk merusak situs-situs Rusia dan memasang pertahanan aset digital Ukraina. Anonymous, seperti dilaporkan BBC News, 20 Maret, adalah salah satu kelompok yang terlibat. Ukraina serta sekutu di seluruh dunia terlibat dalam pertempuran dunia maya yang menargetkan segala sesuatu, mulai dari komunikasi hingga transportasi Rusia.
Di masa perang, tugas umat manusia adalah untuk menjadi saksi kekejaman dan memastikan bahwa penjahat perang harus dibawa ke pengadilan. Tetapi untuk menangkap pelaku, hal itu perlu didukung oleh bukti yang valid, kuat, dan terverifikasi. Setiap penuntutan kejahatan perang yang berhasil juga akan menuntut kemampuan atau kepiawaian dalam menguasai hukum dan teknologi di dalam mencapai kebenaran. (AFP/REUTERS/AP)