Covid-19 Membuat Ratu Elizabeth II Kelelahan Luar Biasa
Ratu Elizabeth II kerap mengeluhkan semakin susah untuk berdiri dan berjalan. Ia pun dikabarkan mulai sering menggunakan kursi roda dan ”golf buggy” untuk beraktivitas.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
”Covid-19 membuat orang merasa lelah dan kecapaian luar biasa, ya. Pandemi ini mengerikan dan akibatnya tidak mengenakkan,” kata Ratu Inggris Elizabeth II (95). Ia berbicara dengan warga Inggris, Asef Hussain, yang juga pernah menjadi pasien Covid-19, dan istrinya, Shamina, melalui konferensi video.
Adik dan ayah Hussain disebutkan meninggal akibat Covid-19 sebelum Hussain tertular. Rekaman video percakapan Ratu Elizabeth dengan Hussain dan Shamina saat meresmikan unit baru Covid-19 bernama Queen Elizabeth di Rumah Sakit Kerajaan London di Whitechapel pada Rabu pekan lalu itu baru dirilis Istana Buckingham, Minggu (10/4/2022).
Hussain dirawat di rumah sakit bersama dengan adik dan ayahnya setelah tertular Covid-19 pada Desember 2020. Setelah adiknya, tak lama kemudian ayahnya pun meninggal. Ketika keduanya tiada, Hussain masih dirawat di ruang gawat darurat dan bergantung pada alat pernapasan buatan atau ventilator. Hussain menggunakan ventilator selama tujuh pekan dan sampai sekarang kondisinya tubuhnya belum pulih seperti sedia kala.
Setelah dinyatakan negatif, Hussain tak lagi dirawat di rumah sakit, tetapi sampai sekarang masih harus menggunakan kursi roda dan membawa tabung oksigen ke mana-mana. ”Saya terbangun pagi-pagi sulit bernapas. Saya buru-buru buka jendela mencari udara, tetapi rasanya masih belum bisa bernapas. Akhirnya istri saya memanggil ambulans,” ujarnya.
Situs the Guardian menyebutkan, Elizabeth positif Covid-19, Februari lalu, tetapi tidak parah, hanya bergejala ringan seperti flu. Ia masih bisa menjalani tugas dan kewajibannya. Karena merasa kelelahan, Elizabeth terpaksa membatalkan banyak janji dengan diplomat-diplomat asing.
Tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman itu memang sangat sulit.
Kekhawatiran terhadap kesehatan sang Ratu mulai muncul sejak ia terpaksa menginap semalam di rumah sakit pada Oktober lalu. Sejak itu, Elizabeth jarang muncul di depan publik dan kerap mengeluhkan semakin susah untuk berdiri dan berjalan. Ia bahkan dikabarkan mulai sering menggunakan kursi roda dan golf buggy atau kendaraan kecil yang sering digunakan keliling lapangan golf.
Elizabeth juga tidak akan hadir pada misa Kamis Putih atau Royal Maundy, 14 April mendatang, serta akan diwakilkan oleh putra dan ahli warisnya, Pangeran Charles. Tim dokter kerajaan sudah menganjurkan Elizabeth untuk beristirahat. Royal Maundy merupakan tradisi Paskah saat Ratu memberikan koin perak yang dicetak khusus kepada orang tua. Koin Maundy yang baru dicetak dengan nilai 85 pence merupakan suvenir yang berharga karena mencerminkan tradisi kerajaan sejak abad ke-12 ketika raja-raja Inggris memberikan uang kepada rakyat yang miskin pada waktu Paskah.
Selain berbincang dengan Hussain dan Shamina, Elizabeth juga mendengarkan cerita-cerita dari para dokter, staf medis, pasien, dan pekerja lainnya yang sudah menggunakan fasilitas itu selama masa pandemi Covid-19. Elizabeth memahami betapa sulitnya kondisi bagi para pasien Covid-19, apalagi yang harus dirawat di rumah sakit karena tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman. ”Tidak bisa bertemu dengan keluarga dan teman itu memang sangat sulit,” kata Elizabeth.
Akan tetapi, Mireia Lopez Rey Ferrer, salah satu perawat senior yang sudah bekerja di rumah sakit itu sejak 2008, memastikan para pasien tidak akan merasa sendiri karena ada perawat-perawat yang akan selalu menemani. ”Sebagai perawat, kami memastikan pasien tidak merasa sendiri. Kami memegangi tangan mereka, menghapus air matanya, dan menenangkan mereka. Kami sering merasa ini seperti lari maraton yang tidak berujung dan tanpa garis finis,” ujarnya.
Di dalam unit baru itu telah tersedia 155 ranjang atau dipan baru. Proses persiapannya hanya memakan waktu lima pekan karena ada kebutuhan mendesak dengan banyaknya pasien Covid-19. Sampai sejauh ini, rumah sakit itu sudah melayani 800 pasien Covid-19 dan bahkan merekrut pensiunan dokter dan perawat untuk membantu.
Dalam kondisi normal, membangun fasilitas sebesar itu akan membutuhkan waktu paling cepat lima bulan. Tim pembangunan unit mengaku terinspirasi oleh ”semangat Dunkirk”. Ini mengacu pada perlawanan pasukan Inggris dan sekutunya di Perancis utara pada Perang Dunia II dalam menghadapi serangan Nazi. ”Syukurlah semangat itu masih ada. Menarik bagaimana semua orang bisa bekerja sama. Luar biasa, ya,” kata Elizabeth. (REUTERS/AFP/AP)