Arab Saudi dan UEA memilih menjaga keutuhan OPEC Plus daripada menuruti kehendak AS. Arab Saudi-UEA ingin memberi pesan politik kepada AS bahwa isu minyak adalah urusan Arab Saudi-UEA bersama OPEC Plus, bukan dengan AS.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Isu minyak telah membuat gonjang-ganjing hubungan antara AS dan negara-negara Arab Teluk, khususnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menyusul meletupnya perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari lalu. Arab Saudi dan UEA menjadi bidikan AS sejak awal invasi Rusia ke Ukraina untuk dibujuk agar dua negara Arab Teluk itu menaikkan produksi minyaknya. Tujuannya agar harga minyak dunia terjaga dan tidak mengalami lonjakan signifikan.
AS sejak awal telah menyiapkan paket sanksi ekonomi atas Rusia, di antaranya melarang impor minyak dari Rusia, sebagai hukuman atas invasi militer Rusia ke Ukraina. Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Moskwa memproduksi minyak sekitar 8 juta barel per hari. Hilangnya minyak Rusia dari pasar dunia tentu akan berakibat melonjaknya harga minyak dunia. Lonjakan harga minyak dunia mungkin akan sulit dikendalikan.
AS melihat hanya Arab Saudi dan UEA yang bisa menutupi absennya minyak Rusia dengan menambah produksi minyak di dua negara Arab Teluk yang kaya itu. Di sini sesungguhnya posisi Arab Saudi dan UEA sangat sulit. Di satu pihak, bagi Arab Saudi dan UEA, AS adalah sahabat strategis yang menjamin keamanan dua negara itu. Di pihak lain, hubungan Arab Saudi dan UEA dengan Rusia juga sangat berkembang akhir-akhir ini. Arab Saudi, UEA, dan Rusia berada dalam satu payung organisasi, yaitu OPEC Plus.
Dalam konteks dinamika minyak, Arab Saudi dan UEA berdalih bahwa kebijakan isu komoditas minyak harus mengacu pada kebijakan OPEC Plus. Artinya, Arab Saudi dan UEA memilih menjaga keutuhan OPEC Plus daripada menuruti kehendak AS. Arab Saudi dan UEA ingin memberi pesan politik kepada AS bahwa isu minyak adalah urusan Arab Saudi dan UEA bersama OPEC Plus, bukan dengan AS.
Dalam pertemuan virtual OPEC Plus pada 31 Maret, 23 negara anggota OPEC Plus, termasuk Rusia, sepakat berkomitmen memegang teguh kebijakan menjaga stabilitas pasar minyak dunia dengan hanya menambah 432.000 barel per hari mulai Mei mendatang. Dengan keputusan ini, harga minyak dunia sampai saat ini masih dikendalikan jauh di bawah 120 dollar AS per barel. Harga minyak mentah dunia, Jumat (8/4/2022), berkisar 97,92 dollar AS per barel. Padahal, sebelum pertemuan OPEC Plus pada 31 Maret, harga minyak pada 25 Maret antara 119 dan 120 dollar AS per barel.
Sebenarnya harga minyak mentah dunia sampai saat ini, yang bisa ditekan di bawah 100 dollar AS per barel, sudah memenuhi aspirasi AS. Tidak ada lonjakan harga minyak mentah dunia yang tak terkendali. Dalam waktu yang sama, harga minyak mentah dunia tersebut juga memenuhi aspirasi Rusia. Di sini sesungguhnya posisi Arab Saudi dan UEA sudah sangat bagus. Dua negara itu berada dalam posisi berimbang antara AS dan Rusia terkait komoditas minyak.
Tentu Arab Saudi dan UEA tidak bisa berbuat lebih jauh lagi melampaui kebijakan yang disepakati dalam pertemuan OPEC Plus pada 31 Maret itu. Para pengamat politik di Arab Saudi dan UEA kini sering menyerukan kepada AS agar menghentikan tekanan terhadap Arab Saudi dan UEA terkait isu komoditas minyak. Mereka meminta AS tidak terperangkap kepentingan jangka pendek dengan menghancurkan stabilitas industri minyak dunia.
Banyak alasan Arab Saudi dan UEA harus tetap berkomitmen dengan OPEC Plus. Pertama, Arab Saudi dan UEA memang tidak mampu jika harus menutupi produksi minyak Rusia yang mencapai 8 juta barel per hari. Terlalu besar produksi minyak mentah Rusia untuk bisa digantikan oleh Arab Saudi dan UEA.
Kedua, harga minyak dunia cenderung tinggi sebelum meletus perang Rusia-Ukraina. Perang Rusia-Ukraina bukan satu-satunya faktor penyebab naiknya harga minyak. Ketiga, jika Arab Saudi dan UEA mengabaikan OPEC Plus, hal itu bisa menjadi awal dari bubarnya OPEC Plus yang dibentuk pada 2016. Jika OPEC Plus bubar, hal ini merupakan akhir dari stabilitas harga minyak dunia yang berjalan saat ini.
Hancurnya OPEC Plus bukan kemaslahatan Arab Saudi dan UEA. Sebaliknya, kemaslahatan strategis dua negara itu adalah menjaga OPEC Plus seperti yang ditunjukkan dalam pertemuan OPEC Plus pada 31 Maret.