logo Kompas.id
InternasionalAS, Arab Teluk, dan OPEC Plus
Iklan

AS, Arab Teluk, dan OPEC Plus

Arab Saudi dan UEA memilih menjaga keutuhan OPEC Plus daripada menuruti kehendak AS. Arab Saudi-UEA ingin memberi pesan politik kepada AS bahwa isu minyak adalah urusan Arab Saudi-UEA bersama OPEC Plus, bukan dengan AS.

Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
· 4 menit baca
Foto dokumentasi ini memperlihatkan Joe Biden (kanan) saat masih menjabat wakil presiden AS bertemu dengan Salman bin Abdulaziz al-Saud (kiri) saat masih bergelar pangeran di Istana Pangeran Sultan, Riyadh, Arab Saudi, 27 Oktober 2011. Waktu itu Biden menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya Putra Mahkota Pangeran Sultan bin Abdul-Aziz. Di tengah melonjaknya harga minyak dunia akibat perang Rusia-Ukraina, AS membujuk Arab Saudi untuk menaikkan produksi minyaknya.
JG

Foto dokumentasi ini memperlihatkan Joe Biden (kanan) saat masih menjabat wakil presiden AS bertemu dengan Salman bin Abdulaziz al-Saud (kiri) saat masih bergelar pangeran di Istana Pangeran Sultan, Riyadh, Arab Saudi, 27 Oktober 2011. Waktu itu Biden menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya Putra Mahkota Pangeran Sultan bin Abdul-Aziz. Di tengah melonjaknya harga minyak dunia akibat perang Rusia-Ukraina, AS membujuk Arab Saudi untuk menaikkan produksi minyaknya.

Isu minyak telah membuat gonjang-ganjing hubungan antara AS dan negara-negara Arab Teluk, khususnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menyusul meletupnya perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari lalu. Arab Saudi dan UEA menjadi bidikan AS sejak awal invasi Rusia ke Ukraina untuk dibujuk agar dua negara Arab Teluk itu menaikkan produksi minyaknya. Tujuannya agar harga minyak dunia terjaga dan tidak mengalami lonjakan signifikan.

AS sejak awal telah menyiapkan paket sanksi ekonomi atas Rusia, di antaranya melarang impor minyak dari Rusia, sebagai hukuman atas invasi militer Rusia ke Ukraina. Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Moskwa memproduksi minyak sekitar 8 juta barel per hari. Hilangnya minyak Rusia dari pasar dunia tentu akan berakibat melonjaknya harga minyak dunia. Lonjakan harga minyak dunia mungkin akan sulit dikendalikan.

Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000