Setelah Bucha, Dugaan Kejahatan Perang Terjadi di Kramatorsk
Komunitas internasional kembali mengecam Rusia menyusul serangan atas stasiun kereta di Kramatorsk, Ukraina. Sedikitnya 52 orang tewas akibat serangan itu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
KIEV, SABTU – Rusia kembali dikecam dunia karena diduga dengan sengaja menyerang fasilitas sipil di Kramatorsk, ibu kota Donetsk, Ukraina timur. Serangan rudal yang menarget stasiun kereta Kramatorsk, yang digunakan untuk evakuasi warga sipil, itu telah menewaskan sedikitnya 52 orang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Jumat malam di Kiev atau Sabtu (9/4/2022) dini hari WIB, mengatakan, Rusia telah melakukan kejahatan perang lain setelah di Bucha. Dia menyerukan tanggapan global yang lebih tegas atas serangan Rusia yang menarget bangunan sipil sekaligus fasilitas publik.
Otoritas Ukraina menyebutkan, korban tewas akibat serang rudal ke stasiun kereta api Kramatorsk bertambah menjadi 52 orang, termasuk sejumlah anak-anak. Serangan terjadi saat proses evakuasi dari wilayah Donbas yang meliputi Donetsk dan Luhansk dilakukan, Jumat (8/4). Zelenskyy menambahkan, lebih dari 300 orang terluka dan serang itu adalah bentuk "kejahatan tiada batas".
"Ini kejahatan perang Rusia lainnya di mana setiap orang yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban," kata Zelenskyy dalam sebuah pesan video, merujuk pada serangan rudal pada Jumat. "Kekuatan dunia telah mengecam keras serangan Rusia di Kramatorsk. Kami mengharapkan tanggapan global yang lebih tegas lagi," katanya.
Zelenskyy juga menyebut serangan di Kramatorsk harus dipertimbangkan pengadilan internasional. "Semua upaya dunia akan diarahkan untuk menetapkan setiap menit siapa yang melakukan apa, siapa yang memberi perintah apa, dari mana rudal itu berasal, siapa yang mengangkutnya, dan bagaimana serangan ini disepakati," kata Zelenskyy.
Pascaserangan di Kramatorsk, Presiden AS Joe Biden menuduh Rusia berada di balik "kekejaman yang mengerikan". Perancis mengecamnya sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan". Zelenskyy mengatakan, serangan ke Kramatorsk sudah dilaporkan di Rusia sebelum rudal-rudal itu mendarat di stasiun kereta. Dia meminta lebih banyak senjata untuk melawan agresi Moskwa.
Wartawan AFP melihat 30 mayat yang ditutupi plastik di sebelah stasiun Kramatorsk. Potongan tubuh, tas, dan boneka binatang berserakan di lantai. Pecahan-pecahan besar bekas rudal terlihat berserakan di halaman depan stasiun, bercat putih dengan kata-kata "untuk anak-anak kita" dalam bahasa Rusia. Ungkapan itu sering digunakan oleh separatis pro-Rusia sejak tahun 2014.
"Saya berada di stasiun. Saya mendengar, seperti, ledakan ganda. Saya bergegas ke tembok untuk perlindungan," kata Natalia, seorang warga yang mencari paspornya di antara barang-barang yang ditinggalkan.
"Saya melihat orang-orang berlumuran darah memasuki stasiun dan mayat berserakan," kata seorang wanita lain yang tampak sangat terguncang.
Serangan itu terjadi saat Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell berada di Kiev untuk memberikan dukungan kepada Zelenskyy. Gubernur Regional Donetsk Pavlo Kyrylenko mengklaim bahwa rudal dengan amunisi tandan digunakan dalam serangan itu, menurut kutipan yang diterbitkan oleh kantor berita Interfax.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah serangan dilakukan Rusia dan menyebut tudingan itu sama sekali tidak benar. Namun, Kemhan Rusia, Sabtu, mengaku, Rusia telah menghancurkan gudang amunisi di Dnipro, Ukraina, dan menyerang 85 sasaran militer Ukraina dalam 24 jam sebelumnya.
Rusia menuduh militer Ukraina menembakkan rudal dan Moskwa akan disalahkan atas pembunuhan warga sipil. Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia merinci lintasan rudal dan posisi pasukan Ukraina untuk memperkuat argumen tersebut.
Kejahatan di Bucha
Serangan rudal Rusia ke stasiun kereta Kramatorsk terjadi di tengah dimulainya penyelidikan oleh Uni Eropa dan pegiat hak asasi manusia atas dugaan kejahatan perang Rusia di Bucha, dekat Kiev. Pembantaian warga sipil dan penggalian kuburan massal yang berisi mayat warga sipil memperkuat dugaan kejahatan oleh pasukan Rusia saat menduduki kota itu.
Serangan-serangan rudal Rusia ke sasaran sipil, termasuk ke stasiun kereta di Kramatorsk, terjadi di saat dunia mengecam kejahatan perang yang diduga dilakukan Rusia di Bucha, dekat Kiev. Von der Leyen, Sabtu, mengatakan, pasukan Rusia tampaknya telah melakukan kejahatan perang dengan menarget warga sipil di Ukraina.
Von der Leyen menyerukan penyelidikan internasional di Bucha. Dia mengaku telah melihat sendiri kehancuran di Bucha. Sebuah tim forensik, Jumat, mulai menggali kuburan massal yang berisi mayat warga sipil. Menurut Kiev, warga sipil terbunuh saat Rusia menduduki kota itu.
"Naluri saya mengatakan, jika ini bukan kejahatan perang, lantas apa itu kejahatan perang?" kata Von der Leyen di dalam kereta saat meninggalkan Ukraina, Sabtu. Dia menyerukan penyelidikan internasional yang menyeluruh terkait kejahatan perang di Bucha. Kanselir Austria Karl Nehammer juga berencana mengunjungi Bucha, Sabtu.
Enam minggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, Moskwa telah mengalihkan fokusnya ke Ukraina timur dan selatan. Perlawanan keras Ukraina mengakhiri rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merebut Kiev dengan cepat. Pasukan Rusia berusaha membangun hubungan darat dari Crimea dan wilayah Donbas diduduki separatis pro-Rusia.
Warga sipil telah didesak untuk melarikan diri dari serangan besar-besaran Rusia yang telah menghancurkan kota-kota dan upaya evakuasi yang rumit. “Tidak ada rahasia. Pertempuran untuk Donbas akan menentukan. Apa yang telah kita alami, semua kengerian ini, dapat berlipat ganda,” Gubernur Regional Luhansk Sergiy Gaiday.
Di kota Lozova, barat Kramatorsk, lebih dari 15.000 orang telah melarikan diri, kata Oleg Sinegubov, Kepala Administrasi Mliter Regional Kharkiv, di Telegram. "Masih ada sekitar 50.000 orang. Sejumlah besar orang akan pergi. Keberangkatan diatur, baik dengan kereta maupun kendaraan sendiri," katanya.
Di selatan, kota pelabuhan Odessa di tepi Laut Hitam bersiap untuk menghadapi serangan roket atau rudal Rusia. Pemerintah kota memberlakukan jam malam pada akhir pekan ini. Moskwa telah membantah menargetkan warga sipil. Walau demikian, semakin banyak bukti menunjukkan kekejaman serangan Rusia terhadap sasaran sipil . (AFP/AP/REUTERS)