Polarisasi G20 Masih Tajam, Risalah Rapat Jadi Skenario Realistis
Akibat polarisasi, pertemuan tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 tampaknya sulit mencapai konsensus. Dengan demikian, skenario realistisnya bukanlah mencapai komunike bersama, melainkan risalah rapat.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
Pertemuan tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Washington DC, 20 April, akan menghasilkan risalah rapat. Ini skenario yang mungkin terjadi mengingat polarisasi yang masih tajam di antara anggota G20.
Biasanya dalam kondisi normal, pertemuan tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 menghasilkan komunike bersama. Ini bisa terjadi atas dasar konsensus seluruh anggota G20.
Namun dengan polarisasi yang masih tajam di antara anggota G20 saat ini, tidak akan mudah menghasilkan konsensus. Jika konsensus tak tercapai, skenario paling realistis adalah FMCBG akan menghasilkan chair summary atau semacam risalah rapat.
Namun hal itu tidak berarti FMCBG di Washington DC nihil signifikansi. Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, risalah rapat tetap akan menjadi dasar bagi pembahasan berikutnya.
G20 Presidensi Indonesia 2022 menghadapi tantangan pelik berupa tajamnya polarisasi di antara anggota G20. Ini merupakan rembetan dari konflik kepentingan pada krisis Ukraina antara Amerika Serikat dan sekutunya melawan Rusia dan negara-negara yang memiliki kedekatan dengan Kremlin.
AS dan negara sekutunya memiliki kebijakan mengisolasi Rusia. Dalam konteks G20, mereka tak menginginkan Rusia dilibatkan dalam acara-acara G20. Jika Rusia tetap terlibat, salah satu ancamannya adalah boikot sebagaimana telah disampaikan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen beberapa hari lalu.
Sementara negara-negara seperti China dan Brasil tegas menyatakan agar Rusia sebagai anggota resmi G20 tetap dilibatkan. Indonesia sebagai presiden G20 tahun ini menegaskan mengundang semua anggota, termasuk Rusia.
Sampai sekarang, polarisasi masih tajam. Pemerintah Indonesia melalui berbagai jalur komunikasi terus mengupayakan diplomasi. Targetnya, persoalan bisa dikelola dengan baik agar agenda G20 bisa berjalan efektif sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat global.
Acara G20 tingkat tinggi paling dekat adalah FMCBG di Washington DC, AS, 20 April. Ini merupakan acara tingkat menteri pertama sejak serangan Rusia ke Ukraina per 24 Februari 2022. Kegiatan tersebut merupakan FMCBG kedua dari tiga FCMBG di bawah Presidensi G20 Indonesia 2022.
Pertemuan perdana digelar di Jakarta, 17-18 Februari. Pertemuan ketiga digelar di Bali pada pertengahan Juli. Acara puncaknya adalah Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan dihadiri para kepala negara dan kepala pemerintahan G20 di Bali, November 2022.
Merujuk informasi yang dihimpun Kompas, FMCBG di Washington DC, tetap akan berlangsung sesuai jadwal. Saat ini, proses registrasi masih terus berjalan. Sebagian besar anggota akan hadir secara fisik. Beberapa anggota kemungkinan akan berpartisipasi secara virtual.
Pertemuan lima kelompok kerja yang hasilnya akan diagregasi pada pertemuan FMCBG di Washington DC sudah tuntas. Pertemuan terakhir pada 1 April. Setiap kelompok kerja membahas kerangka kerja makro, infrastruktur, arsitektur keuangan internasional, keuangan yang berkelanjutan, dan gugus tugas keuangan kesehatan. Semua agenda rapat berjalan dan dihadiri seluruh anggota G20.