Kasus Tanpa Gejala Melonjak, ”Lockdown” di Shanghai Diperpanjang
Jumlah penduduk China yang belum divaksin Covid-19 ada 140 juta jiwa. Kebijakan nihil Covid-19 tetap diutamakan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SHANGHAI, SELASA — Otoritas memperpanjang penguncian wilayah di Shanghai, pusat niaga China, meskipun publik mulai marah atas kebijakan karantina di kota itu. Penguncian wilayah diperluas hingga ke wilayah timur Shanghai dan diperpanjang sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Seharusnya penguncian wilayah berakhir pada Selasa (5/4/2022). Penguncian wilayah diperluas menyusul lonjakan kasus Covid-19 tanpa gejala menjadi lebih dari 13.000 kasus sehari sebelumnya. Namun, kasus bergejala turun dari 425 kasus menjadi 268 kasus.
Proporsi kasus tanpa gejala di Shanghai jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lain di dunia. Ini berkat proses penapisan yang menemukan orang terinfeksi sebelum mereka jatuh sakit. ”Pengendalian epidemi di Shanghai memasuki tahap paling sulit dan paling kritis. Kita harus mematuhi kebijakan umum tanpa ragu-ragu,” kata Wu Qianyu, pejabat komisi kesehatan setempat.
Shanghai, kota berpenduduk 26 juta jiwa, memasuki penguncian wilayah hari keempat, Selasa. Selain kota pusat ekonomi ini, terdapat empat kota lain yang turut ditutup. Kota-kota itu adalah Jilin yang berpenduduk 3,6 juta jiwa, Changchun (9 juta), Xuzhou (9 juta), dan Tangshan (7,7 juta).
Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan tengah berada di Shanghai untuk memantau perkembangan penanganan pandemi. Ia menjanjikan, semua kegiatan operasional inti di Shanghai tetap berjalan. Akan tetapi, warga—kecuali para sukarelawan yang bekerja menangani pandemi—dilarang bepergian keluar rumah.
”Kita tetap menjalankan kebijakan nihil Covid-19. Harap semuanya bekerja sama,” tuturnya seperti dikutip oleh surat kabar nasional China, China Daily.
China telah memvaksinasi 90 persen warganya. Meski demikian, masih ada 10 persen atau sekitar 140 juta penduduk yang belum divaksin. Ini kira-kira sebanyak gabungan penduduk Jerman dan Perancis. Data Kementerian Kesehatan China menunjukkan, baru setengah dari jumlah penduduk berusia 80 tahun ke atas yang sudah divaksin lengkap. Risiko penularan tetap sangat tinggi dengan jumlah penduduk sebanyak itu.
Sejak munculnya galur Omicron, China mengalami 73.000 kasus positif hingga sekarang. Per Senin (4/4/2022), ada 15.355 kasus positif tanpa gejala. Sebanyak 13.086 kasus di antaranya terdapat di Shanghai.
Keluhan warga
Kebijakan karantina di Shanghai dikritik karena memisahkan orangtua dari anak-anak mereka dan mencampur kasus tanpa gejala dengan kasus bergejala. Warga Shanghai mengorganisasi sebuah petisi daring yang menyerukan agar anak-anak tanpa gejala diperbolehkan isolasi mandiri di rumah. Sedikitnya 1.000 orang telah menandatangani petisi itu, tetapi tak bisa diakses lagi per Selasa melalui aplikasi percakapan.
Total kami menyediakan 100.000 tempat tidur. Perkiraan untuk beberapa hari ke depan belum menampakkan perkembangan positif. (Gu Honghui)
Di berbagai unggahan media sosial, warga Shanghai banyak mengeluhkan kekurangan tempat tidur untuk pasien rawat inap. Pasien tanpa gejala juga banyak yang mengaku tidak memperoleh tempat isolasi mandiri. Sementara itu, warga yang tidak boleh keluar rumah akibat peraturan penguncian wilayah protes karena mereka harus keluar untuk berbelanja kebutuhan pokok.
Pemerintah daerah Shanghai memutuskan menyulap berbagai tempat umum menjadi rumah sakit darurat. Misalnya, Gedung Pameran Internasional Shanghai menjadi tempat rawat inap berkapasitas 15.000 tempat tidur. Ada pula Pusat Pameran Flora Shanghai yang kini berkapasitas 10.000 tempat tidur.
”Total kami menyediakan 100.000 tempat tidur. Perkiraan untuk beberapa hari ke depan belum menampakkan perkembangan positif," kata Kepala Satuan Tugas Penanganan Pandemi Covid-19 Shanghai Gu Honghui.
Chen Erzhen, dokter di salah satu fasilitas karantina di Shanghai, dalam wawancara dengan People’s Daily mengatakan, sangat mungkin otoritas merevisi panduan dan memperbolehkan orang tanpa gejala untuk karantina mandiri di rumah, terutama jika kasus melonjak. ”Yang terpenting kepatuhan pribadi,” katanya.
Bantuan tenaga kesehatan
Guna menangani lonjakan kasus ini, Pemerintah China mengirim 38.000 tenaga kesehatan dari berbagai provinsi ke Shanghai. Di dalamnya mencakup 2.000 tenaga kesehatan dari tujuh unit militer. Di lapangan, mereka dibantu sukarelawan lokal. Setiap sukarelawan wajib menjalani tes cepat berbasis antigen setiap kali hendak berangkat ke lokasi kerja.
Shanghai juga ambisius dalam melaksanakan pelacakan kontak dan pengecekan rutin warga. Pada Senin, dalam satu hari saja mereka melakukan tes cepat bagi 24 juta warga. Setiap tes berlangsung selama tiga menit.
”Kami (para tenaga kesehatan) diminta memakai popok dewasa sehingga bisa nonstop melakukan pengetesan dan tidak perlu izin ke kamar kecil,” kata Li Liang, seorang tenaga kesehatan dari Provinsi Zhejiang kepada kantor berita nasional Xinhua.
China memastikan kebijakan nihil Covid-19 tetap berjalan. Sebanyak 23 kota di China tengah menjalani penguncian wilayah sebagian atau total. Langkah ini memengaruhi kehidupan 193 juta warga di daerah-daerah yang menyumbang 13,6 persen produk domestik bruto. (REUTERS)