Pemimpin rezim Korea Utara Kim Jong Un sudah siap menghadapi konfrontasi panjang dengan Amerika Serikat dengan bekal rudal balistik anterbenua baru, Hwasong-17. Rudal itu lebih kuat, lebih cepat, dan lebih jauh.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
SEOUL, JUMAT — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyaksikan langsung di lokasi peluncuran rudal balistik antarbenua atau ICBM baru. Rudal ini lebih kuat, mampu melesat lebih cepat, lebih tinggi, dan menjangkau sasaran lebih jauh ketimbang rudal-rudal ICBM Korea Utara sebelumnya. Rudal raksasa jenis baru yang diberi nama Hwasong-17 ini sengaja dibuat Korea Utara untuk persiapan menghadapi Amerika Serikat. Hwasong-17 pertama kali diperlihatkan ke publik pada Oktober 2020 dan baru kali ini sukses diluncurkan.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, Jumat (25/3/2022), menyebutkan, Hwasong-17 yang diluncurkan di Bandara Internasional Pyongyang meluncur setinggi 6.258,5 kilometer dan bisa mencapai jarak sejauh 1.090 kilometer hanya dalam waktu 4.052 detik, lalu mendarat di ”perairan terbuka” di Laut Jepang. Rincian hasil uji rudal Korut ini sudah diumumkan militer Korea Selatan, Kamis. Kemampuan Hwasong-17 melebihi Hwasong-15 yang diuji coba pada Oktober 2017.
Para pengamat menilai, Hwasong-17 merupakan rudal berbahan bakar cair terbesar yang pernah diluncurkan negara mana pun dari kendaraan peluncur yang bisa berpindah-pindah.
Kim, seperti yang dikutip KCNA, mengatakan, senjata baru Korut ini sudah layak dan kuat menjalankan misi dan tugasnya sebagai pencegah perang nuklir. Kim dengan bangga mengatakan, senjata strategis baru Korut ini akan membuat seluruh dunia menyadari kekuatan militer Korut. Dengan senjata baru ini, Kim siap berkonfrontasi jangka panjang dengan AS. ”Korea Utara sekarang mempunyai kemampuan militer dan teknis yang tangguh dan tidak terganggu oleh ancaman dan pemerasan militer apa pun. Korea Utara sepenuhnya siap konfrontasi jangka panjang dengan penjajah AS,” kata Kim.
Oleh karena mendarat di wilayah perairan Jepang, Pemerintah Jepang berang lantaran rudal itu mengancam keamanan negaranya. Akan tetapi, KCNA menyatakan, uji Hwasong-17 dilakukan secara vertikal dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga. Apa pun itu, uji rudal ICBM Korut tetap melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan akan ada pertemuan khusus membahas masalah ini pada hari ini.
Persiapan ulang tahun
Uji rudal jarak jauh dan nuklir sebenarnya sempat dihentikan sementara sejak Kim bertemu dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Namun, upaya diplomasi di antara keduanya pada 2019 gagal. Sejak awal tahun ini, Kim sudah mengancam akan memulai lagi menguji rudal-rudalnya.
Pada awal bulan ini, AS dan Korsel juga sudah memperingatkan Korut sedang bersiap meluncurkan ICBM. Sejak lama Korut ingin membangun ICBM yang mampu membawa banyak hulu ledak. AS dan Korsel curiga Korut sudah lama menguji Hwasong-17, tetapi disamarkan dalam program pengembangan satelit pengintaian. Pada pekan lalu, Korut kemungkinan menguji Hwasong-17, tetapi gagal dan meledak di angkasa setelah diluncurkan.
Peluncuran Hwasong-17 ini diduga merupakan bagian dari persiapan peringatan ulang tahun pendiri Korut, Kim Il Sung, yang ke-110 pada 15 April mendatang. Korut biasanya memperingati hari-hari penting yang terkait dengan keluarga Kim dengan memamerkan uji rudal dan parade militer. ”Kim Jong Un ingin menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang berhasil mengembangkan senjata nuklir dan ICBM. Kim hampir putus asa karena belum ada capaian militer. Belum banyak yang berhasil dia lakukan sebenarnya,” kata Ahn Chan-il, pengamat Korut.
Korut sudah melakukan tiga uji ICBM dan terakhir kali dilakukan, November 2017, dengan Hwasong-15. Uji coba ICBM ini dilakukan pada saat yang sensitif karena Korsel sedang menjalani transisi presidensial hingga Mei mendatang. Sementara AS sedang sibuk dengan invasi Rusia ke Ukraina. Peneliti senior di Institut Asan untuk Studi Kebijakan, Go Myong-hyun, mengatakan, Korut sengaja memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. ”Penentuan waktu ini sangat penting. Korut juga semakin sering memprovokasi dengan rudal-rudalnya,” ujarnya.
Sanksi baru
Menanggapi uji ICBM Korut melalui DK PBB saat ini tidak mudah karena para pemimpin dunia juga sedang dalam posisi tidak kompak menanggapi perang Ukraina. Kini, prosesnya lebih rumit dan tak semudah ketika sanksi tahun 2017. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta Korut untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan lain yang kontraproduktif. Namun, Departemen Luar Negeri AS sudah mengumumkan sanksi baru terhadap dua perusahaan Rusia, yakni Ardis Group of Companies LLC (Ardis Group) dan PFK Profpodshipnik LLC.
Selain itu, juga sanksi terhadap warga Rusia, Igor Aleksandrovich Michurin, dan warga Korut, Ri Sung Chol, serta pada Akademi Kedua Ilmu Alam dan Biro Urusan Luar Negeri Korut karena mengirimkan barang-barang sensitif bagi program pengembangan rudal Korut. ”Ini merupakan bagian dari upaya menghalangi Korut mengembangkan program rudalnya. Sanksi ini juga menyoroti hal-hal negatif yang dilakukan Rusia di dunia terkait pengembangan rudal dan nuklir,” kata Juru Bicara Deplu AS Ned Price, dalam pernyataan tertulis. (REUTERS/AFP/AP)