Intelijen AS: Kegagalan Rudal Rusia di Ukraina hingga 60 Persen
Serangan rudal telah menjadi ciri invasi Rusia ke Ukraina sebulan terakhir. Moskwa mengumumkan aneka serangan dengan rudal-rudalnya terhadap sasaran militer, termasuk depot senjata Ukraina.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Amerika Serikat menilai, tingkat kegagalan rudal-rudal berpemandu ketepatan milik Rusia yang digunakan untuk menyerang Ukraina mencapai 60 persen. Di mata Washington, kondisi itu dinilai ikut memengaruhi kegagalan Mokswa mencapai tujuan dasar invasinya ke Ukraina sepanjang sebulan terakhir.
Pejabat pertahanan AS mengatakan kepada wartawan pada pekan ini bahwa perhitungan Pentagon menunjukkan Rusia telah meluncurkan lebih dari 1.100 rudal dari semua jenis sejak serangannya ke Kiev dimulai. Para pejabat AS sejauh ini tidak mengatakan berapa banyak dari rudal-rudal itu yang mencapai target dan berapa banyak yang gagal mencapai target. Penilaian tingkat kegagalan dalam perhitungan Pentagon mencakup apa saja, mulai dari kegagalan peluncuran hingga rudal yang gagal meledak saat terjadi benturan.
Mengutip intelijen AS, tiga sumber dari kalangan pejabat AS mengatakan, tingkat kegagalan Rusia bervariasi dari hari ke hari, tergantung jenis rudal yang diluncurkan dan kadang-kadang bisa melebihi 50 persen. Dua di antara pejabat itu mengatakan, tingkat kegagalan rudal-rudal Rusia itu mencapai 60 persen. Kondisi itu dinilai memengaruhi hasil serangan Rusia secara umum ataupun khusus. Moskwa, misalnya, dinilai belum mampu menetralisasi Angkatan Udara Ukraina meskipun kekuatan militernya jauh lebih besar.
Salah satu pejabat AS mengatakan, intelijen menunjukkan bahwa rudal jelajah yang diluncurkan dari udara Rusia memiliki tingkat kegagalan dalam kisaran 20-60 persen, tergantung dari jenis rudal yang diluncurkan. Pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas informasi itu, tidak memberikan bukti untuk mendukung penilaian dan tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya menyebabkan tingginya tingkat kegagalan rudal Rusia. Kremlin dan Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas informasi itu.
Proyek Pertahanan Rudal pada lembaga Center for Strategic and International Studies menyebutkan, Rusia telah terlihat menurunkan dua jenis rudal jelajah yang diluncurkan dari udara di Ukraina, yakni rudal jenis Kh-555 dan Kh-101. Tingkat kegagalan standar untuk rudal jelajah yang diluncurkan dari udara tidak dapat ditentukan. Menurut dua ahli yang diwawancarai oleh Reuters, tingkat kegagalan 20 persen ke atas dianggap masuk kategori tinggi. Otoritas AS yakin, Rusia menembakkan rudal jelajah yang diluncurkan dari udara awal bulan ini ketika menyerang pangkalan militer Ukraina di dekat perbatasan Polandia. Seorang pejabat AS mengatakan, tingkat kegagalan selama serangan ini sangat tinggi.
Serangan rudal telah menjadi ciri invasi Rusia, terutama terhadap sasaran militer di Ukraina, termasuk depot senjata. Invasi ini telah menewaskan ribuan orang dan mengusir seperempat dari 44 juta penduduk Ukraina dari rumah mereka. Pengeboman telah menghantam daerah perumahan, sekolah, dan rumah sakit di kota-kota Ukraina, termasuk Kharkiv dan pelabuhan Mariupol yang terkepung di Laut Azov. Rusia, yang mengatakan militernya terlibat dalam ”operasi khusus” di Ukraina, membantah menargetkan warga sipil.
Sanksi baru
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan sekutu Barat pada Kamis (24/3/2022) menjanjikan sanksi baru kepada Rusia sekaligus bantuan kemanusiaan kepada Ukraina. Biden juga mengumumkan, AS akan menerima hingga 100.000 pengungsi Ukraina dan memberikan tambahan 1 miliar dollar AS dalam bentuk makanan, obat-obatan, air, dan persediaan lainnya. Hal itu menjadi bagian dari hasil pertemuan Biden dengan para anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Dewan Eropa.
Pertemuan itu digelar dan membahas, antara lain, respons sekiranya Putin menggunakan senjata kimia, biologi, atau bahkan nuklir dalam invasi ke Ukraina. Biden menyatakan, AS dan sekutunya akan melakukan hal yang sama jika Putin melakukan hal itu. ”Anda bertanya apakah NATO akan menyeberang (ke wilayah Ukraina). Kami akan membuat keputusan itu pada saatnya,” kata Biden.
Namun, seorang pejabat Gedung Putih kemudian mengatakan, pernyataan itu tidak menyiratkan perubahan posisi AS terhadap aksi militer secara langsung di Ukraina. Biden dan sekutu NATO telah menekankan bahwa AS dan NATO tidak akan menempatkan pasukan mereka di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meski berterima kasih atas bantuan baru yang dijanjikan, menjelaskan kepada Barat bahwa dirinya membutuhkan jauh lebih banyak daripada yang saat ini mereka berikan.
Biden mengatakan, bantuan sedang dalam perjalanan. Namun, para pemimpin Barat melangkah dengan hati-hati agar tidak semakin meningkatkan konflik di luar perbatasan Ukraina. ”NATO telah membuat pilihan untuk mendukung Ukraina dalam perang ini tanpa berperang dengan Rusia. Oleh karena itu, kami telah memutuskan untuk mengintensifkan pekerjaan kami untuk mencegah eskalasi dan mengatur jika ada eskalasi,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron. (AP/AFP/REUTERS)