Ukraina Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Identifikasi Jasad Tentara Rusia
Militer Ukraina menyebut sekitar 15.000 tentara Rusia tewas di Ukraina. Bagaimana mereka tahu? Aplikasi kecerdasan buatan digunakan untuk mengidentifikasi jasad. Pakar meragukan efektivitasnya. AS tak pakai aplikasi itu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Perang di Ukraina, yang diawali dengan serangan Rusia ke negara itu pada 24 Februari lalu, memasuki bulan kedua. Sejauh ini, jumlah korban perang simpang siur. Semua pihak, termasuk yang tidak berperang, menyiarkan versi masing-masing. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, misalnya, mengungkapkan, pihaknya kehilangan 1.300 tentara Ukraina yang tewas.
Adapun jumlah korban di pihak pasukan Rusia, militer Ukraina menyebut sekitar 15.000 tentara Rusia tewas. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) merilis angka korban di pihak Rusia berkisar 7.000 hingga 15.000 tentara. Moskwa jarang merilis jumlah korban di pihaknya. Terakhir Kremlin merilis informasi seputar itu pada 2 Maret lalu, dengan menyebut kurang dari 500 tentara tewas dan sekitar 1.600 tentara terluka.
Versi mana yang tepat, berbagai kantor berita biasanya menyelipkan kalimat ”Kami tidak bisa memverifikasi secara independen angka korban itu” saat melaporkan jumlah korban perang.
Pada Kamis (24/3/2022), Wakil Perdana Menteri Ukraina yang juga Menteri Informasi dan Teknologi Mykhailo Fedorov mengungkapkan, Ukraina menggunakan program kecerdasan buatan Clearview AI dari Amerika Serikat untuk mengidentifikasi jasad tentara Rusia yang tewas. ”Clearview AI bekerja dengan cara mencocokkan foto tentara yang tewas dengan foto-foto di berbagai media sosial. Ini cara agar kami bisa mengembalikan putra-putra Rusia yang tewas kepada keluarga mereka,” tutur Fedorov.
Keputusan penggunaan teknologi kecerdasan buatan itu memancing berbagai reaksi. Ada yang setuju, ada yang menolak. Ada pula yang menilai cara tersebut tidak efektif.
Salah satu media sosial yang dipindai adalah VKontakte yang sangat populer di Ukraina. Berdasarkan keterangan pers dari Clearview AI, mereka menyimpan 2 miliar foto dari media tersebut. Hal ini membuat sejumlah pihak, termasuk organisasi pembela hak asasi manusia dan perlindungan data di Ukraina ataupun secara global berpendapat bahwa Clearview AI melanggar privasi. Bahkan, di Chicago, Negara Bagian Illinois, AS, Clearview AI tengah menjalani sidang di pengadilan atas tuduhan melanggar privasi.
Menurut Fedorov, jasad yang telah dikenali akan diumumkan secara publik melalui media arus utama dan laman resmi Pemerintah Ukraina. Keluarga tentara yang gugur ini diminta untuk mengisi formulir agar bisa mengambil jasad anak-anak mereka. Belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur pengembalian jenazah ke Rusia.
Tak efektif
Fedorov menolak memerinci jumlah jenazah yang telah diidentifikasi melalui teknologi AI untuk pengenalan wajah. Sementara Kremlin tidak segera memberikan komentar saat diminta tanggapan mengenai penggunaan teknologi AI itu.
Kepala Jurusan Forensik Medis Universitas Monash, Australia, Richard Bassed menerangkan, pencarian identitas lewat wajah ini tak efektif. Ada beberapa faktor, di antaranya algoritma pengenalan wajah sering salah mendeteksi. Bisa-bisa pencarian di media sosial mengarah pada orang lain yang kebetulan wajahnya mirip dengan tentara Rusia yang tewas.
”Pencarian identitas melalui retina pun bermasalah karena pada orang mati retinanya sudah buram sehingga akan sulit dipindai. Cara yang lebih efektif adalah dengan membandingkan susunan gigi ataupun memindai sidik jari, ini kode biometrik yang tidak dapat diubah,” jelas Bassed.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengeluarkan informasi bahwa ada 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia yang tewas sejak perang melawan Ukraina pecah per 24 Februari lalu. Sebagai gambaran, dalam perang selama 10 tahun antara Uni Soviet dan Afghanistan pada periode 1979-1989, ada 15.000 tentara Soviet yang tewas. Kali ini, perlawanan hebat diberikan oleh tentara Ukraina dan milisi pertahanan sipil. Persenjataan yang canggih dibandingkan dengan perang di Afghanistan juga menjadi faktor.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, ada 1.300 tentara Ukraina yang tewas. Dalam video yang disebarluaskan melalui akun Facebook resminya, Zelenskyy meminta rakyat Rusia untuk terus menentang pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin. ”Serukan hal terpenting, yaitu perdamaian. Jangan berikan uang pajak Anda untuk membiayai perang yang dikecam rakyat global ini,” katanya.
Eksodus warga Rusia
Lembaga hak asasi manusia di Rusia, OVD-info, mengeluarkan data bahwa terjadi unjuk rasa di 151 kota di Rusia. Para demonstran yang menentang keputusan Kremlin dibubarkan oleh polisi dan tentara. Total ada 15.095 pengunjuk rasa yang ditangkap. Sebagian sudah dibebaskan.
Sejauh ini, belum ada angka pasti mengenai jumlah warga negara Rusia yang meninggalkan tanah air mereka. Sejatinya, sejak sebelum invasi Rusia ke Ukraina, ribuan warga Rusia sudah meninggalkan negara tersebut. Mereka adalah orang-orang disiden atau menentang pemerintahan Putin. Ada yang memang menjadi incaran aparat pemerintah. Ada juga yang pergi karena tidak tahan hidup di negara tanpa kebebasan berekspresi.
Di Tijuana, Meksiko, setidaknya ada 40 warga negara Rusia yang melarikan diri dari rezim Putin memohon agar bisa masuk ke AS. Media ABC News melaporkan, orang-orang Rusia ini tidak diizinkan memasuki wilayah AS. Sebaliknya, warga negara Ukraina boleh dengan izin pengungsi.
”Kami juga rentan karena menentang pemerintahan diktator. Anda tidak mengerti, hidup di Rusia dengan kondisi seperti itu sangat mengerikan,” kata seorang perempuan Rusia yang menolak menyebut namanya. Ia melarikan diri bersama empat anaknya. (REUTERS/AP)