Rusia tidak menyangka akan membutuhkan waktu yang lama untuk melumpuhkan Ukraina. Perlawanan Ukraina sengit dan diperkuat dengan bantuan persenjataan dari AS, NATO, dan Uni Eropa yang ternyata kebanyakan buatan Soviet.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
Yuri Golodov dan para anak buahnya harus senantiasa siap siaga setiap waktu. Begitu ada roket atau rudal Rusia yang mendarat di wilayah Kiev, Ukraina, mereka harus segera meluncur ke lokasi untuk mengamankannya. Begitu pula jika ada tank atau kendaraan militer lain yang kondisinya hancur, setengah hancur, atau masih utuh karena ditinggal lari tentara Rusia.
Semua persenjataan tersebut harus diangkut dan dibawa ke tempat pengelolaan rongsokan perang. Di tempat itu, semua persenjataan dan kendaraan perang yang ”diamankan” lalu diperbaiki dan dicat ulang dengan bendera Ukraina. Kalau sudah kinyis-kinyis lagi, semua dikirim ke garis depan lagi.
Rudal dan roket yang sudah dipermak dan diperbaiki hingga hampir seperti baru itu juga langsung dikirim balik ke Rusia. Mungkin pasukan Rusia juga tak sadar bahwa rudal dan roket yang mengarah ke mereka itu adalah buatan mereka sendiri.
Golodov, wakil komandan salah satu unit pada Pasukan Teritorial Ukraina, kepada CNN, 21 Maret 2022, mengaku pernah pada satu waktu mengumpulkan 24 rudal Uragan dalam kondisi utuh di dalam truk militer. Mungkin ditinggal lari oleh pengendaranya. ”Saya kirim ke pasukan kami dan mereka tembakkan lagi ke arah Rusia,” ujarnya.
Di lokasi pengumpulan rongsokan perang itu tampak para anak buah Golodov tengah membongkar kendaraan pengangkut artileri pencari sasaran. Simbol-simbol militer Rusia yang ada di badan kendaraan itu dicat dan ditutupi dengan warna bendera Ukraina. Sebelum digunakan lagi di medan perang, peralatan komunikasi di dalamnya dibongkar.
”Kendaraan ini diubah fungsinya menjadi pengangkut korban yang terluka. Ini kendaraan tanggung segala medan berat, seperti salju dan rawa-rawa,” kata Golodov.
Tentara Ukraina tak akan kesulitan mengoperasikan kendaraan militer Rusia karena sebenarnya teknologi dan cara pengoperasiannya sama saja dengan yang digunakan militer Ukraina. Pasalnya, kendaraan itu sama-sama dibuat semasa Uni Soviet.
Semua kendaraan itu masih dalam kondisi baik. Hanya penampakan luarnya yang terlihat tua. Namun, jika dirawat dan digunakan dengan benar, bisa awet tahan lama. Di salah satu sudut ruangan juga terlihat bekas truk bahan bakar pasukan Rusia yang sudah siap digunakan lagi dan ditutupi terpal bermotif kamuflase.
Ada juga kendaraan lapis baja pengangkut personel yang sedang menunggu untuk digunakan dalam tugas baru. Penampakannya sudah tua, berkarat, dan khas mesin buatan era Uni Soviet. Kendaraan itu ”diamankan” setelah diserang rudal Ukraina, lalu ditinggal lari oleh pengendara dan penumpangnya. Ini biasa terjadi di medan peperangan mana pun. ”Tentara Rusia takut dan lari karena ditembaki dari segala arah,” kata Golodov.
Banyak tentara Rusia yang dilaporkan masih berwajah muda dan tampak kurang berpengalaman. Namun, pasukan Ukraina pun sama saja. Banyak yang tidak pernah mendapatkan pelatihan militer sebelum Rusia datang menyerang. Meski tanpa bekal cukup, mereka mengaku siap berperang hingga titik darah penghabisan.
Golodov bangga dengan semangat para anak buahnya. Sebelum pensiun dari Angkatan Laut Ukraina, Golodov pernah bertugas di kapal induk Uni Soviet di Mursmansk, Rusia. Ia tahu betul tingkat kemampuan pasukan Rusia. ”Pasukan Rusia kuat? Itu mitos saja. Mereka tak hebat-hebat amat,” ujarnya.
Era Soviet
Bukan hanya roket dan rudal ”rongsok-jadi-baru” yang ditembakkan balik ke Rusia. Rusia juga ternyata diserang dengan roket dan rudal buatan era Soviet. Atau dengan kata lain, buatan mereka sendiri juga.
Harian The Wall Street Journal, 21 Maret 2022, menyebutkan bahwa sebagian besar persenjataan dan perlengkapan militer lain yang dikirimkan ke Ukraina sebenarnya buatan Soviet. Sampai sejauh ini, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sudah mengirimkan 17.000 senjata antitank ke Ukraina dan kebanyakan berasal dari negara-negara anggota NATO di Eropa Tengah yang dulu termasuk bagian dari Uni Soviet.
Ceko paling banyak mengirim senjata buatan Soviet, seperti senapan Dragunov 12 dan peluncur rudal di pundak, Strela-2. Adapun Slowakia mengirimkan 12.000 amunisi anti- tank. Sementara Polandia mengirim amunisi BWP1 73 milimeter dan SPG-9 yang juga buatan Soviet. Polandia juga akan mengirimkan jet tempur MiG-29 buatan Soviet ke pangkalan udara AS di Jerman. Dari Jerman, AS bisa mengirimkannya ke Ukraina.
AS rupanya juga selama puluhan tahun diam-diam membeli sistem pertahanan rudal buatan Soviet. Kini, sebagian dari yang diam-diam dibeli AS itu dikirimkan ke Ukraina, terutama peralatan pertahanan udara. Salah satunya, SA-8, yang dulu dibeli AS cuma untuk dipelajari teknologi yang digunakan militer Rusia.
Persenjataan Rusia mirip dengan persenjataan Ukraina karena kedua negara itu sama-sama pecahan dari Uni Soviet. AS juga pernah membeli pesawat pengangkut buatan Soviet berisi sistem pertahanan udara S-300 tahun 1994. AS mendapatkannya secara diam-diam senilai 100 juta dollar AS dari Belarus yang melibatkan kontraktor Pentagon.
S-300, yang disebut NATO dengan SA-10, adalah sistem pertahanan udara canggih jarak jauh. Sementara SA-8 adalah sistem pertahanan udara taktis jarak pendek yang dirancang untuk bisa dibawa ke mana saja dengan mudah dan melindungi pasukan di darat dari pesawat dan helikopter musuh.
SA-8 lebih mudah untuk disembunyikan. Namun, kabarnya, S-300 itu tidak dikirimkan ke Ukraina karena Ukraina sudah memilikinya. Ukraina dikabarkan membutuhkan persenjataan jarak menengah dan jarak jauh untuk melumpuhkan serangan rudal dan udara Rusia.
Mudah dibawa
Selain persenjataan buatan Soviet, AS dan NATO juga telah mengirimkan senjata peluncur rudal, FIM-92 Stinger, buatan AS. Stinger menjadi terkenal karena digunakan saat melawan pasukan Soviet di Afghanistan. Stinger memiliki jangkauan efektif hingga 4.600 meter dan bisa mengenai sasaran yang terbang di bawah 4.000 meter.
Senjata tersebut menggunakan inframerah pencari hulu ledak yang biasanya ditempatkan di mesin. Stinger juga ringan dan mudah digunakan oleh siapa pun yang mengincar untuk menembak jatuh pesawat senilai miliaran dollar AS. Bagi pasukan Ukraina, Stinger terbukti efektif.
Selain Stinger, AS juga mengirimkan FGM-148 Javelin, produk AS yang lebih mahal seharga 200.000 dollar AS per satu unitnya. Ukurannya lebih besar dan efektif bisa mengenai tank atau kendaraan lapis baja lain dari sudut serangan yang tinggi. Ia bisa menyerang bagian atap kendaraan yang lapis bajanya paling tipis.
Pasukan Rusia menjadi sasaran empuk karena kendaraan lapis baja dan tank menjadi andalan taktik serangan. Masalahnya, tank rentan pada persenjataan seperti Javelin.
Ukraina juga menggunakan senjata anti-tank buatan Inggris, NLAW. Meski tak secanggih milik AS, NLAW juga sangat mudah dioperasikan dan mematikan juga karena mempunyai peledak hulu ledak antitank. Seperti Javelin, NLAW bisa menyerang target dari atas dengan jangkauan efektifnya hanya 800 meter.
Ukraina sudah meminta bantuan persenjataan dari Israel, tetapi belum ada kabarnya. AS sebenarnya mau mengirimkan sistem pertahanan udara, Patriot, buatannya. Akan tetapi, itu tidak bisa karena stok yang tersedia tidak memadai. Selain itu, operasional Patriot juga lebih repot. Sebelum bisa mengoperasikan Patriot, butuh pelatihan berbulan-bulan atau harus personel militer AS yang mengoperasikannya.
Direncanakan, AS akan mengirimkan lagi paket persenjataan ke Ukraina yang berisi 800 Stinger dan 2.000 Javelin. Hingga saat ini total yang sudah dikirim AS sebanyak 1.400 Stinger dan 4.600 Javelin. Banyaknya bantuan persenjataan dari AS, NATO, dan negara-negara anggota Uni Eropa ini membuat Ukraina mampu bertahan dari gempuran Rusia.
Tidak hanya itu. Ukraina juga berbekal dengan banyaknya warga sipil yang bersemangat, tak kenal takut ikut perang, membela negara dan nekat menyerang pasukan Rusia di setiap tikungan.