Kelangkaan BBM Picu Unjuk Rasa dan Kekacauan di Sri Lanka
Militer Sri Lanka dikerahkan untuk menenangkan massa yang memenuhi sejumlah jalan utama di Kolombo. Massa marah karena tidak juga berhasil mendapatkan minyak tanah sebagai bahan utama untuk memasak di rumah tangga.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
KOLOMBO, SELASA — Negara kepulauan di Asia Selatan, Sri Lanka, saat ini tengah bergulat dengan krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade. Banyak warga dilaporkan mengalami kekurangan pasokan makanan hingga bahan bakar gas. Tenaga listrik untuk mereka pun harus dipadamkan secara bergiliran. Warga harus mengantre untuk mendapatkan bahan bakar minyak yang semakin langka. Aksi unjuk rasa secara sporadis pun meletus di sejumlah kota.
Pada Selasa (22/3/2022), militer Sri Lanka dikerahkan untuk menenangkan massa yang memenuhi sejumlah jalan utama di Kolombo. Menurut juru bicara pemerintah, Ramesh Pathirana, massa marah karena tidak mendapatkan minyak tanah sebagai bahan utama untuk memasak di rumah-rumah pada sehari sebelumnya. Mereka menunjukkan kemarahan dengan memblokade jalan-jalan utama di Kolombo sehingga mengakibatkan macetnya lalu lintas.
Rekaman insiden yang dibagikan di media sosial menunjukkan sekelompok perempuan yang marah memblokade perjalanan rombongan wisatawan. Warga tampak kehilangan akal di tengah kesulitan yang mereka hadapi untuk mendapatkan BBM.
”Kami melihat wisatawan ditahan, kami juga mendengar bahwa beberapa orang mungkin menimbun minyak, dan karna itulah pemerintah memutuskan untuk mengerahkan militer,” kata Pathirana kepada wartawan.
Pasukan militer setempat juga dikerahkan menyusul insiden penusukan terhadap seorang pengendara sepeda motor oleh pengemudi lain di satu wilayah di luar Kolombo. Peristiwa itu terjadi setelah mereka berselisih di tengah antrean panjang untuk mendapatkan bahan bakar. Warga yang ditusuk itu dilaporkan tidak tertolong jiwanya.
”Suasana semakin kacau karena antrean semakin panjang,” kata seorang pejabat tinggi pertahanan Sri Lanka kepada AFP. ”Keputusan dibuat semalam, yakni mengerahkan tentara untuk memperkuat polisi. Semua hal itu dilakukan untuk mencegah kerusuhan apa pun.”
Laporan polisi Sri Lanka menyebutkan, setidaknya tiga warga lanjut usia dilaporkan tewas, juga dalam antrean mendapatkan bahan bakar minyak, sejak akhir pekan lalu. Banyak warga memilih untuk bermalam di sekitar stasiun tempat pengisian BBM. Sebagian dari mereka mendirikan tenda-tenda ala kadarnya agar dapat memeroleh kesempatan pertama mendapatkan solar dan bensin pada keesokan harinya.
Para pejabat militer mengatakan, tentara dikerahkan di stasiun pompa milik Ceylon Petroleum Corp yang dikelola negara. Perusahaan itu mengendalikan dua pertiga dari bisnis ritel BBM di negara berpenduduk 22 juta orang tersebut.
Kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan pertemuan puncak semua partai politik akan digelar pada Rabu (23/3/2022) . Agenda utama pertemuan itu adalah membahas krisis ekonomi. Namun, kelompok oposisi Sri Langka mengatakan bahwa mereka berencana untuk memboikot pertemuan tersebut.
Krisis keuangan Sri Lanka berasal dari kondisi kurangnya pasokan devisa. Akibatnya, pembiayaan impor pun seret. Devisa utama negara itu berasal dari sektor pariwisata. Kondisi pandemi Covid-19 selama lebih dari dua tahun terakhir mencekik sektor itu. Pengiriman uang dari warga Sri Lanka yang bekerja di luar negeri sebagai penunjang devisa juga menurun tajam selama pandemi.
Rajapaksa mengumumkan, pekan lalu, bahwa negara itu akan mencari dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga donor itu mengatakan, beban utang luar negeri Pemerintah Sri Lanka sebesar 51 miliar dollar AS tidak dapat dipertahankan. Pemerintah mengumumkan bahwa mereka berusaha untuk merestrukturisasi utang itu dan sedang mencari sebuah firma hukum internasional untuk memberi nasihat tentang implikasi hukumnya.
Kurangnya devisa telah telah menimbulkan malapetaka di hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari di negara itu. Pihak berwenang Sri Lanka pada pekan lalu menyatakan harus menunda ujian semester untuk jutaan siswa karena otoritas kekurangan kertas dan tinta.
Duta Besar China untuk Sri Lanka, Qi Zhenhong, pada Senin (21/3/2022), mengatakan, Beijing sedang mempertimbangkan pengucuran bantuan pinjaman sebesar 2,5 miliar dollar AS untuk membantu Sri Lanka keluar dari krisis utang dan mata uang asing. Sri Lanka harus memenuhi kewajiban pembayaran utang luar negerinya senilai hampir 7 miliar dollar AS tahun ini, tetapi Qi tidak berkomitmen atas permintaan Sri Lanka untuk merestrukturisasi pinjaman China ke Sri Lanka.
”Tujuan utama kami adalah memecahkan masalah, tetapi mungkin ada cara berbeda untuk melakukannya,” kata Qi.
Cadangan devisa Sri Lanka ikut menyusut sebagian karena proyek infrastruktur yang dibangun dengan pinjaman China tidak menghasilkan uang. China meminjamkan uang negara untuk membangun pelabuhan dan bandara di Distrik Hambantota selatan dan jaringan jalan yang luas.
Data bank sentral Sri Lanka menunjukkan pinjaman China saat ini ke Sri Lanka sekitar 3,38 miliar dollar AS, tidak termasuk pinjaman kepada badan usaha milik negara, yang diperhitungkan secara terpisah dan dianggap substansial. (AFP/AP)