Menembus Kiev di Tengah Perang demi Solidaritas pada Ukraina
Tiga perdana menteri dari Polandia, Slovenia, dan Ceko nekad menyusup masuk Kiev, Ukraina, naik kereta demi menunjukkan solidaritas pada Ukraina. Lawatan mereka berlangsung saat pasukan Rusia gencar menggempur Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Tiga pemimpin negara Eropa Timur, yakni Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki, PM Slovenia Janez Jansa, dan PM Ceko Petr Fiala, diam-diam menyusup masuk ke Kiev, ibu kota Ukraina, dengan kereta, Selasa (15/3/2022). Jam malam saat itu sedang berlaku di Kiev. Ketiganya menempuh perjalanan panjang dan berisiko tinggi karena pasukan Rusia masih gencar menggempur Ukraina. Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pun Jens Stoltenberg tak mendukung perjalanan itu.
Perjalanan Warsawa-Kiev yang berjarak sekitar 800 kilometer itu dilakukan demi menunjukkan dukungan ”kalian tak sendiri” kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. BBC melaporkan, ketiga pemimpin itu memutuskan naik kereta karena jika mereka naik pesawat militer Polandia, Rusia bisa menganggap hal itu sebagai tindakan provokatif.
Juru bicara Petr Fiala, Vaclav Smolka, mengunggah foto di Twitter yang menunjukkan PM Fiala mengenakan rompi pelindung dan helm saat berada di dalam gerbong kereta. Ketiganya telah kembali dengan selamat ke Polandia pada Rabu pagi. Stasiun televisi Polandia menunjukkan rekaman video konvoi rombongan ketiga pemimpin itu meninggalkan stasiun kota Przemysl, dekat perbatasan Ukraina.
”Dalam masa-masa genting bagi dunia adalah tugas kita untuk berada di tempat di mana sejarah sedang dibuat. Karena ini bukan tentang kita. Ini tentang masa depan anak-anak kita yang layak hidup di dunia yang bebas dari tirani,” kata Morawiecki, PM Polandia, melalui Facebook.
Ketika bertemu ketiga pemimpin tamunya, Presiden Zelenskyy mengungkapkan rasa terima kasihnya. Kedatangan ketiga pemimpin itu menunjukkan dukungan yang kuat bagi Ukraina. Sepanjang pertemuan, Selasa sore, terdengar suara-suara ledakan yang keras. Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Marcin Przydacz mengakui perjalanan ketiga pemimpin itu sangat berisiko, tetapi setimpal.
Uni Eropa menyatakan, ketiga pemimpin itu tidak membawa mandat khusus. Para pemimpin UE di Brussels, Belgia, mengetahui rencana perjalanan mereka karena disinggung saat pertemuan tingkat tinggi informal UE di Versailles, Perancis, pekan lalu.
Setelah sampai kembali ke Polandia, ketiganya berkomunikasi melalui telepon dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel. Mereka menilai Eropa harus melakukan sesuatu untuk membalas invasi Rusia ke Ukraina.
”Kami mengagumi keberanianmu melawan. Kami tahu kalian juga berjuang untuk hidup kita. Kalian tidak sendiri. Negara kami akan terus mendampingimu,” tulis Petr Fiala di Twitter, Rabu, soal kesannya selepas kunjungan ke Ukraina.
Morawiecki juga menuliskan komentar di Twitter dengan mengatakan Ukraina telah mengingatkan bangsa Eropa arti dan bentuk keberanian. Sudah waktunya bagi Eropa yang ”lamban dan busuk” untuk bangkit kembali dan menerobos tembok ketidakpeduliannya dan memberikan Ukraina harapan, tulis Morawiecki.
Selama beberapa pekan terakhir, ketiga pemimpin yang datang ke Kiev itu menjadi pendukung vokal Ukraina. Menlu Ceko Jan Lipavsky mengatakan bahwa kunjungan itu menunjukkan isyarat solidaritas yang kuat dan penting untuk Ukraina.
”Keamanan Ukraina, keamanan Eropa juga. Untuk itu, kita harus melakukan apa pun untuk membantu Ukraina bertahan dari serangan barbar Rusia,” ujar Lipavsky.
Dalam perjalanan berisiko itu juga ikut bergabung Wakil PM Polandia Jaroslaw Kaczynski. Ia meminta pasukan misi perdamaian Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk membantu Ukraina. ”Harus ada cara untuk memberikan bantuan kemanusiaan untuk Ukraina,” ujarnya.
Namun, hal itu memantik kritik para komentator. Pelibatan NATO bisa menyeret negara-negara anggotanya berperang dengan Rusia. Eskalasi perang ini tak diharapkan meski mengecewakan Ukraina. (AP/AFP/REUTERS/BEN)