Israel, Senin (14/3/2022), mengalami serangan siber terparah sepanjang sejarah. Situs-situs Pemerintah Israel termasuk yang menjadi sasaran. Kini, kondisi sudah normal, tetapi belum jelas siapa pelakunya.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Serangan siber sempat mematikan sejumlah situs penting Israel, termasuk situs pemerintah, Senin (14/3/2022). Kementerian Komunikasi Israel tidak menyebutkan pelakunya. Namun, tahun lalu, Direktorat Siber Nasional Israel yang menangani pertahanan siber pernah melaporkan adanya peningkatan serangan siber dalam skala dan kualitas di seluruh dunia, termasuk Israel. Pada beberapa kasus, Israel menuding Iran atau kelompok-kelompok yang didukung Iran berada di balik serangan siber.
Kelompok pemantau situs, NetBlocks, Senin malam waktu setempat, mengatakan, jaringan Pemerintah Israel tidak bisa dijangkau secara internasional. Harian Israel, Haaretz, memuat penjelasan dari pemerintah yang menyatakan bahwa serangan siber itu termasuk serangan siber terparah yang pernah dialami Israel.
Tuduhan kemudian mengarah ke Iran. Hal ini berangkat dari pengalaman-pengalaman serangan sebelumnya. Iran dan Israel selama ini kerap saling serang di dunia maya dan sejumlah lokasi penting.
Pengawal Revolusi Iran, Minggu, mengumumkan mereka menembakkan rudal ke ”sasaran strategis” milik Israel di kota Arbil, Irak utara. Namun, otoritas Kurdi yang menguasai wilayah itu membantah ada bangunan milik Israel di sana.
Serangan rudal itu terjadi hampir seminggu setelah dua perwira Iran tewas dalam serangan roket di Suriah. Iran menuduh Israel pelakunya. Israel jarang mengomentari serangan ke Suriah, tetapi mengakui telah menyerang ratusan sasaran yang diduga terkait dengan Iran.
Menteri Komunikasi Israel Yoaz Hendel kepada harian Jerussalem Post menegaskan, pihaknya masih mencari tahu pelaku serangan siber tersebut. Mantan pejabat otoritas siber, Rafael Franko, mengatakan, Black Shadow yang berafiliasi dengan Iran berada di balik serangan siber saat berlangsung acara pertukaran berlian, akhir pekan lalu.
Serangan itu diduga aksi balasan dari peristiwa lain yang terkait dengan konflik Israel-Iran. Ada juga serangan besar terhadap Cellcom yang diduga dilakukan oleh Iran. Dalam serangan siber itu, korban dibanjiri dengan data dan pertanyaan.
Ada pihak yang berspekulasi bahwa serangan Iran itu bagian dari pembalasan dugaan sabotase terhadap lokasi pengayaan nuklir Fordow. Iran mengklaim menangkap sejumlah agen Mossad. Adapun serangan ke Arbil itu ditujukan ke lokasi-lokasi rahasia Mossad. Menurut sumber-sumber asing, Mossad berhasil menyerang tiga lokasi nuklir Iran pada Juli 2020-Juni 2021 dan situs lain yang terkait nuklir Iran, seperti pada September 2021.
Menurut pernyataan dari Korps Garda Revolusioner Islam Iran, ada tim Mossad yang hendak menyabotase Fordow dan mereka sudah ditangkap semua. Ada laporan yang menyebutkan ada seseorang yang diberi uang dan laptop untuk menyabotase Fordow dan kini sudah ditangkap. Fordow merupakan lokasi terpenting kedua di Iran dari sisi volume sentrifugal untuk memperkaya uranium. Ada juga fasilitas pengayaan uranium Natanz. Fasilitas itu diduga menjadi tempat pengayaan uranium tahap akhir hingga menjadi 90 persen dan bisa digunakan sebagai persenjataan. (REUTERS/AFP/LUK)