Orang-orang terlihat sibuk membersihkan debu di jalan dan permukiman kota Madrid pada Selasa (15/3/2022). Mereka terperanjat ketika bangun pagi mendapati lapisan debu berwarna merah menutupi teras rumah-rumah mereka.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
MADRID, SELASA — Debu yang berkelindan dengan massa udara panas dari Gurun Sahara di utara Benua Afrika bertebaran hingga sebagian besar wilayah Spanyol di Benua Eropa. Langit di kota-kota di ”Negeri Matador”, termasuk ibu kota Madrid, pun berwarna kuning kemerahan dalam dua hari terakhir. Debu itu diperkirakan dapat mencapai sebagian wilayah Jerman dan Belanda pada tengah pekan ini.
Orang-orang sibuk membersihkan debu di jalan dan permukiman di Madrid pada Selasa (15/3/2022). Mereka terperanjat ketika bangun pagi mendapati lapisan debu berwarna merah menutupi teras rumah. Mobil-mobil di jalanan pun tampak tertutup debu tipis. Debu juga membuat buram jendela-jendela apartemen di kawasan permukiman. Selain di ibu kota, debu Sahara juga dilaporkan bertebaran di Granada di selatan Spanyol dan Leon yang terletak di timur laut negara itu. Kualitas udara di Segovia dan Avila juga dikategorikan tidak baik.
Otoritas cuaca Spanyol menyatakan, indeks kualitas udara nasional memenuhi syarat untuk dikategorikan dalam kondisi ”sangat tidak menguntungkan”. Ini merupakan peringkat terburuk kualitas udara. Langit di sejumlah kota berwarna kuning kemerahan akibat semburat pasir dan debu. Jarak pandang di Madrid, Granada, dan Leon berkurang menjadi 4 kilometer (km) saja.
Kabut dari debu Gurun Sahara itu terdorong udara panas dan angin kencang melintasi Laut Mediterania. Fenomena itu biasa disebut la calima dan umum terjadi di Spanyol dan Kepulauan Canary di lepas pantai Maroko. Peristiwa ini lebih sering terjadi di Kepulauan Balearic di Mediterania. Namun, menurut Ruben del Campo, juru bicara AEMET, badan cuaca negara bagian di Spanyol, sebaran debu Gurun Sahara kali ini masuk dalam kategori luar biasa dan sangat mengurangi jarak pandang di sebagian besar wilayah.
Badan cuaca itu menerangkan lewat sebuah video yang disebar melalui media sosial bahwa badai di Gurun Sahara menciptakan embusan angin tanah yang mengangkat pasir dan debu ke udara. Partikel yang lebih kecil tersuspensi di udara karena perbedaan suhu antara tanah dan udara panas di atasnya. Partikel-partikel itu pun menyebar terbawa angin. Campo memperkirakan debu akan terus berdatangan dalam jumlah besar pada Selasa dan Rabu, kemudian mencapai Belanda dan Jerman.
Gurun Sahara adalah gurun terluas di dunia. Gurun yang terhampar hampir di seluruh bagian utara Afrika itu membentang sepanjang 4.800 km dari timur ke barat Afrika utara. Adapun dari utara ke selatan, bentangan gurun itu mencapai 1.900 km. Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di barat, Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania di utara, Laut Merah di sisi timur, serta Sahel di sisi selatan. Sahel adalah kawasan semikering yang membentuk zona transisi antara Sahara di utara dan sabuk sabana lembab di sisi selatan.
Otoritas kebencanaan Spanyol telah merekomendasikan kepada warga untuk memakai masker apabila pergi ke luar rumah. Warga juga diingatkan untuk sementara waktu tidak banyak beraktivitas atau berolahraga di luar ruangan. Selain mengingatkan soal debu, otoritas cuaca setempat juga melaporkan massa udara panas dari Afrika itu telah mendorong kenaikan suhu di beberapa daerah hingga 20 derajat celsius.
Campo mengatakan, tidak jelas apakah perubahan iklim memiliki hubungan langsung dengan fenomena tersebarnya debu Sahara kali ini. Disebutkan bahwa perluasan Gurun Sahara selama satu abad terakhir telah meningkatkan potensi peristiwa badai debu yang lebih besar di Eropa. Dia juga mengatakan, pola cuaca yang bergejolak secara bertahap terkait dengan perubahan iklim dapat berperan dengan fenomena saat ini.
”Banyak kekhawatiran mengenai dampak perubahan iklim terhadap pola frekuensi dan intensitas badai yang menyebabkan datangnya debu ke negara kita,” kata Campo. (AP/AFP)