Perdana Menteri China mengumumkan ambisi pertumbuhan ekonomi China tahun 2022. Ia yakin negara tersebut bisa memperbaiki ekonomi di tengah krisis global.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BEIJING , JUMAT — Di tengah krisis ekonomi akibat pendemi Covid-19, ditambah dengan invasi Rusia ke Ukraina, Pemerintah China optimistis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Selain itu, China juga hendak membuka 13 juta lapangan pekerjaan baru agar masyarakat segera bisa berkontribusi kepada perputaran ekonomi setelah banyak orang menganggur akibat pandemi.
Ambisi itu disampaikan Perdana Menteri China Li Keqiang ketika berpidato di depan parlemen di Beijing, Jumat (11/3/2022). ”Pemerintah akan menyokong pencapaian target pertumbuhan ekonomi ini dengan membuat berbagai kebijakan makro serta insentif bagi pengusaha, terutama pengusaha mikro, kecil, dan menengah,” katanya.
Li, yang akan menyelesaikan masa jabatan sebagai perdana menteri pada akhir tahun 2022, mengungkapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen. Pada tahun 2021, ekonomi China tumbuh sebesar 8,1 persen. Akan tetapi, jika diperhatikan sepanjang periode pandemi Covid-19 tahun 2020-2021, secara umum ekonomi China mengalami penurunan 4 persen.
Pemulihan ekonomi China pada tahun 2021 terhalang krisis di sektor properti yang tunggakan utangnya sangat besar. Salah satu contohnya perusahaan properti Evergrande. Perusahaan ini tidak bisa mengembalikan modal investor, pembangunan apartemen dan perumahan terhenti, dan akibatnya ada 1 juta pembeli dalam ketidakpastian.
Pada saat yang sama, pandemi Covid-19 membuat China memberlakukan protokol kesehatan dan pembatasan sosial sangat ketat. Berbeda dengan negara-negara lain yang menerapkan konsep ”hidup berdampingan dengan Covid-19”, China menerapkan kebijakan nihil Covid-19. Artinya, jika ada satu kasus saja, satu wilayah bisa dikarantina total.
Kementerian Kesehatan China menyatakan bahwa meskipun 84 persen penduduk negara itu sudah divaksin lengkap, jumlah penduduk yang belum divaksin setara dengan jumlah warga negara Amerika Serikat. Ini membuat risiko penularan tetap tinggi di kalangan warga yang belum divaksin ataupun yang tidak bisa divaksin karena alasan kesehatan.
Warga banyak yang tidak bisa bekerja, bahkan kehilangan mata pencarian karena tidak bisa keluar rumah. Akibatnya, perputaran ekonomi rakyat menurun drastis. Di tengah keadaan ini, perang antara Rusia dan Ukraina pecah.
Kelompok tujuh negara terkaya di dunia (G-7) dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi atas Rusia yang mengakibatkan meningkatnya tarif impor komoditas dari Rusia. Di China, sektor yang langsung terdampak ialah bahan bakar minyak dan gas karena harganya melambung. Ini bisa mengancam China memasuki krisis energi.
Meskipun mengalami pemberatan ekonomi akibat krisis di Eropa Timur, China hingga sekarang belum mengeluarkan kecaman terhadap serangan Rusia ke Ukraina. Mereka hanya meminta agar Rusia dan Ukraina menyegerakan gencatan senjata.
Oleh sebab itu, Li mengutarakan keinginannya untuk mengontak Amerika Serikat guna mendiskusikan tarif komoditas ini. Targetnya, AS mau menurunkan biaya ekspor komoditas China ke ”Negara Paman Sam” itu. Rencana ini sudah dibahas sejak Joe Biden dilantik menjadi Presiden AS pada Januari 2021. Akan tetapi, realisasi pertemuannya, baik daring maupun langsung, hingga kini belum ada.
Lapangan pekerjaan
Li juga mengumumkan bahwa Pemerintah China akan membuka 13 juta lapangan pekerjaan. Menurut perhitungan pemerintah, sebenarnya 11 juta lapangan pekerjaan dinilai mencukupi. ”Namun, kita harus memikirkan para mahasiswa yang akan lulus kuliah dan kemungkinan kedatangan para pekerja migran dari luar negeri. Agar aman, target lapangan pekerjaan baru dinaikkan menjadi 13 juta,” katanya.
Menurut dia, masalah kelangkaan lapangan pekerjaan harus diselesaikan melalui sektor-sektor terkait pasar. Ini yang membuat pemerintah berambisi menurunkan tarif ekspor dan melobi negara-negara lain agar berbuat serupa terhadap komoditas China.
Dari sisi kebijakan, Li mengatakan bahwa pemerintah akan membuat berbagai insentif pajak. Sejauh ini, perhitungan jumlah pemotongan pajak ataupun rabat pajak secara total akan mencapai 2,5 triliun yuan. Pengusaha UMKM akan diprioritaskan dalam pemotongan pajak ini.
Pakar ekonomi China untuk bank OCBC di Singapura, Tommy Xie, berpendapat, ambisi China ini sangat tinggi apabila disandingkan dengan kontraksi ekonomi akibat pandemi dan situasi politik terkini. Meskipun begitu, ia tidak pesimistis karena sepanjang sejarah China, pemerintah selalu bisa memenuhi target pertumbuhan ekonominya. (Reuters/AP)