114 Warga Rohingya Terdampar di Aceh, Gelombang Masuk Berpotensi Terus Terjadi
Sebanyak 114 imigran etnis Rohingya kembali terdampar di perairan Aceh. Dalam catatan Kompas, sudah belasan kali kapal pengungsi Myanmar itu masuk ke Aceh dengan total penumpang 1.802 orang sejak 2011.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BIREUEN, KOMPAS — Sebanyak 114 imigran etnis Rohingya kembali terdampar di perairan Aceh, tepatnya di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Minggu (6/3/2022). Dalam catatan Kompas, sudah belasan kali kapal pengungsi Myanmar itu masuk ke Aceh dengan total 1.802 orang sejak 2011. Gelombang Rohingya berpotensi terus berdatangan ke Aceh jika akar konflik tidak diselesaikan.
Perahu kayu yang mengangkut para imigran itu merapat ke tepi Pantai Jangka, Bireuen, Minggu, sekitar pukul 03.00. Saat posisi perahu mendekat ke tepi, para nelayan membantu evakuasi.
Dihubungi dari Banda Aceh, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Bireuen Azmi menuturkan, warga membantu evakuasi para pengungsi. Atas dasar rasa kemanusiaan pula Pemkab Bireuen membantu logistik makanan bagi pengungsi.
Para imigran itu meliputi 79 orang dewasa dan 35 anak-anak. Pengungsi dewasa terdiri dari 58 laki-laki dan 21 perempuan.
Azmi mengatakan, para pengungsi dalam keadaan sehat. ”Mereka tidak ditampung di Bireuen, tetapi akan diangkut ke Imigrasi, Lhokseumawe,” kata Azmi.
Para pengungsi Rohingya itu akan ditempatkan sementara di gedung milik Imigrasi Kota Lhokseumawe. Selama ini para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh ditempatkan sementara di lokasi itu. Namun, sebagian pengungsi kabur dari tempat penampungan.
Juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Indonesia, Mitra Salima Suryono, melalui pesan tertulis mengatakan, timnya telah berada di Bireuen untuk mendata dan terlibat dalam proses penanganan.
”Saat ini yang menjadi prioritas kami adalah kesehatan pengungsi Rohingya yang baru mendarat,” kata Mitra. Para pengungsi itu diuji usap antigen dan dilanjutkan dengan karantina.
Gelombang Rohingya pertama kali datang ke Aceh pada 2011. Saat itu warga Aceh kaget dengan kehadiran perahu berisi manusia dengan kondisi memprihatinkan. Mereka kekurangan makanan dan banyak yang sakit. Warga menyebut pengungsi Rohingya sebagai ”manusia perahu”.
Lokasi pertama mereka terdampar adalah Pantai Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar. Peristiwa itu menjadi pembuka datangnya kapal-kapal Rohingya berikutnya.
Nyaris setiap tahun selalu ada kapal Rohingya yang terdampar di Aceh. Catatan Kompas, sejak 2011 hingga 2022, sebanyak 1.802 pengungsi Rohingya terdampar di Aceh. Di Indonesia mereka hanya ditampung sementara hingga dikirimkan ke negara ketiga
Sekretaris International Concern Group for Rohingya (ICGR) Adli Abdullah mengatakan, gelombang pengungsi Rohingya akan terus berdatangan ke Indonesia dan negara kawasan Asia Tenggara lainnya jika akar masalah tidak diselesaikan.
Saat ini ada ribuan warga Rohingya masih mengungsi di Bangladesh. Secara diam-diam mereka keluar dari lokasi penampungan lalu berlayar ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Menurut Adli, para pengungsi menjadi target penyelundupan oleh agen-agen dengan janji difasilitasi keluar dari pusat penumpangan. Namun, saat berada di tengah laut, kapal dibiarkan terombang-ambing dibawa angin.
Gelombang pengungsi Rohingya akan terus berdatangan ke Indonesia dan negara kawasan Asia Tenggara lainnya jika akar masalah tidak diselesaikan. (Adli Abdullah)
Aceh yang berhadapan dengan Selat Malaka sering menjadi tempat berlabuh kapal-kapal Rohingya. ”Aceh bukan tujuan mereka. Sebenarnya mereka mau ke Malaysia, di sana mereka bisa bekerja,” kata Adli.
Menurut Adli, Pemerintah RI telah memperlakukan pengungsi dengan baik. Selama di penampungan mereka diberikan makan dan tempat tinggal. Bahkan, di Aceh pernah dibangun barak penampungan Rohingya.
Adli berharap persoalan Rohingya menjadi agenda bersama negara ASEAN. ”Sebagai manusia, warga Rohingya berhak untuk hidup layak seperti kita. Persoalan Rohingya harus diselesaikan oleh negara anggota ASEAN mengingat masalah itu telah mengganggu politik negara di ASEAN.” kata Adli.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Bireun Ajun Komisaris Polisi Arif Sukmo Wibowo mengatakan, polisi hanya melakukan pengamanan terhadap mereka, sedangkan penanganan dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga internasional. ”Polisi baru melakukan penyelidikan jika ada dugaan perdagangan manusia,” kata Arif.
Kepolisian Daerah Aceh pernah membongkar kasus penyelundupan Rohingya. Pada Juni 2020, sebanyak 99 orang Rohingya terdampar di Aceh Utara.
Tiga warga Aceh ditetapkan sebagai tersangka karena diduga terlibat membawa kapal Rohingya ke daratan dengan imbalan sejumlah uang. Pada Juni 2021, ketiganya divonis lima tahun penjara.