Lima Komoditas yang Tertekan akibat Perang Rusia-Ukraina
Perang Rusia-Ukraina mengganggu pasokan sejumlah komoditas penting dunia. Sanksi Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia justru semakin memperburuk situasi.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Serangan Rusia dan Ukraina membawa konsekuensi ekonomi yang tidak hanya merugikan bagi kedua negara, tetapi juga dunia. Akibat serangan Rusia ke Ukraina itu, rantai pasok sejumlah komoditas penting ke sejumlah negara terganggu. Apalagi mengingat Rusia dan Ukraina sama-sama merupakan pemasok penting bahan mentah dan energi.
Pengamat Manajemen Rantai Pasokan di Liverpool John Moores University, Sarah Schiffling, dan pengamat logistik di Technological University Dublin, Nikolaos Valantasis Kanellos, dalam tulisannya di situs the Conversation, pekan lalu, menyebutkan, ada lima komoditas penting yang dikhawatirkan akan menghadapi kendala di masa depan. Kelima komoditas itu adalah sebagai berikut.
Energi
Banyak negara di Eropa yang selama ini sangat tergantung pada pasokan energi dari Rusia, khususnya gas yang disalurkan melalui beberapa jalur pipa. Kondisi ini membuat pendekatan negara-negara di Eropa terhadap krisis Rusia-Ukraina menjadi tak mudah. Meski demikian, Jerman sudah menangguhkan pembangunan saluran pipa gas Baltik yang baru, Nord Stream 2, tanpa batas waktu.
Aliran gas Rusia tidak mungkin dihentikan saat ini karena gangguan sedikit saja sudah pasti akan berdampak besar bagi Eropa. Cadangan gas dunia juga rendah gara-gara pandemi Covid-19. Sebelum krisis Ukraina, harga energi sudah naik tajam. Situasi ini sendiri sudah berdampak pada konsumen dan industri.
Salah satu contohnya ketika harga gas pertama kali melonjak pada musim gugur 2021. Saat itu, pabrik pupuk di Inggris terpaksa tutup karena biaya energi yang mahal membuat produksi sulit. Ini juga menyebabkan kekurangan karbon dioksida yang penting bagi banyak hal, mulai dari prosedur medis hingga menjaga makanan tetap segar. Konsekuensi seperti itu kemungkinan akan meningkat dengan kenaikan harga minyak dan gas.
Pangan
Harga pangan dunia sudah naik tajam selama 2021. Ini linier dengan harga sumber energi yang lebih tinggi dan pengaruh perubahan iklim. Produsen makanan kemungkinan akan lebih tertekan karena harga bahan makanan naik. Rusia dan Ukraina sama-sama menyumbang sekitar seperempat ekspor gandum dunia.
Ukraina menyumbang hampir setengah dari ekspor minyak bunga matahari. Gandum dan minyak bunga matahari merupakan komoditas utama yang digunakan dalam banyak produk makanan. Jika panen dan pemrosesan terhambat di Ukraina, atau misalnya ekspor diblokir, para importir terpaksa harus berjuang mencari sumber pasokan lain.
Persoalannya, mencari sumber lain yang bisa menutupi pasokan Rusia dan Ukraina sangat sulit dilakukan. Sebab, banyak negara sangat bergantung pada gandum dari Rusia dan Ukraina. Contohnya, antara lain, Turki dan Mesir. Impor gandum kedua negara ini dari Rusia dan Ukraina mencapai hampir 70 persen. Ukraina juga merupakan pemasok utama komoditas jagung ke China.
Sebenarnya meningkatkan produksi di negara-negara lain akan bisa membantu mengurangi dampak gangguan pasokan makanan. Masalahnya, Rusia juga pemasok utama bahan utama pupuk sehingga sanksi perdagangan juga bisa memengaruhi produksi di negara lain. Ada harapan impor gandum bisa dari China karena China berencana mengimpor gandum dari Rusia.
Transportasi
Dengan transportasi dunia yang terganggu selama pandemi, konflik Rusia-Ukraina bisa memicu persoalan lain. Ini terutama merujuk pada gangguan pada moda transportasi kereta dan pelayaran laut. Sejak 2011, angkutan kereta api reguler yang menguhubungkan China dan Eropa sudah dibangun. Saat ini, sudah ada 50 perjalanan.
Meski hanya membawa sebagian kecil dari total pengiriman antara Asia dan Eropa, kereta tetap berperan penting. Kini, transportasi kereta sedang dialihkan dari Ukraina agar dampaknya bisa dimininalkan. Namun, ini pun tidak mudah karena negara-negara sekitar Ukraina, seperti Lituania, memperkirakan bahwa lalu lintas kereta mereka pun sangat terdampak berbagai sanksi yang diterapkan AS dan sekutu terhadap Rusia.
Untuk pelayaran, sebelum hari pertama serangan Rusia saja, pemilik kapal sudah mulai menghindari rute pelayaran Laut Hitam. Penyedia asuransi transportasi laut juga telah meminta perusahaan pelayaran untuk melakukannya. Ini merupakan antisipasi saat krisis di Ukraina tengah bereskalasi saat itu sekalipun perang belum pecah.
Pengiriman peti kemas di Laut Hitam adalah pasar yang terhitung kecil dalam skala global. Salah satu terminal peti kemas terbesar di kawasan Laut Hitam ialah di Odessa, salah satu kota di Ukraina Selatan. Jika kegiatan di pelabuhan Odessa dihentikan oleh pasukan Rusia, efeknya pada impor-ekspor Ukraina akan sangat besar dan konsekuensi kemanusiaannya mengkhawatirkan.
Kenaikan harga minyak karena perang menjadi persoalan besar dalam pengiriman. Tarif angkutan sudah sangat tinggi dan bisa naik lebih tinggi lagi. Ada juga kekhawatiran serangan siber akan menyerang rantai pasok dunia karena perdagangan bergantung pada pertukaran informasi daring. Jika pelayaran atau infrastruktur utama menjadi sasaran, konsekuensinya lebih parah. Dampak serangan siber pada rantai pasokan akan sangat besar.
Logam
Rusia dan Ukraina selama ini menjadi produsen utama logam di dunia, seperti nikel, tembaga, dan besi. Mereka juga sebagian besar terlibat dalam ekspor dan pembuatan bahan baku penting lainnya, seperti neon, paladium, dan platinum.
Kekhawatiran sanksi terhadap Rusia menbuat harga logam naik. Harga paladium, misalnya, naik hampir 2.700 dollar Amerika Serikat per ons, naik lebih dari 80 persen sejak pertengahan Desember lalu. Paladium digunakan untuk segala hal, mulai dari sistem pembuangan otomotif dan ponsel hingga tambalan gigi. Harga nikel dan tembaga, yang masing-masing digunakan untuk manufaktur dan bangunan, juga melonjak.
Industri kedirgantaraan AS, Eropa, dan Inggris juga bergantung pada pasokan titanium dari Rusia. Perusahaan Boeing dan Airbus saat ini sudah mulai mendekati pemasok alternatif. Namun, pangsa pasar dan basis produk pemasok titanium selama ini ialah perusahaan terkemuka Rusia, VSMPO-AVISMA. Akibatnya, negara-negara itu tidak mungkin sepenuhnya melakukan diversifikasi.
Beberapa produsen kedirgantaraan sudah telanjur menandatangani kontrak pasokan jangka panjang hingga 2028. Jika tak ada pasokan bahan utama itu, harga produk dan layanan pasti akan naik.
Mikrocip
Kekurangan mikrocip juga sebenarnya sudah menjadi persoalan utama sejak 2021. Para analis memperkirakan masalah ini akan mereda pada 2022. Namun, perkembangan terakhir di Rusia dan Ukraina membuat optimisme itu menyurut.
Salah satu sanksi AS ialah memotong pasokan mikrocip Rusia. Hanya saja, Rusia dan Ukraina adalah pengekspor utama neon, paladium, dan platinum. Ketiganya sangat penting untuk memproduksi mikrocip.
Sekitar 90 persen neon yang digunakan untuk litografi cip berasal dari Rusia dan 60 persen di antaranya dimurnikan oleh satu perusahaan di Odessa, Ukraina. Sumber alternatif akan membutuhkan investasi jangka panjang sebelum bisa memasok pasar dunia.
Produsen cip saat ini mempunyai persediaan tambahan 2-4 empat minggu. Namun, gangguan pasokan berkepanjangan yang disebabkan perang Rusia-Ukraina akan berdampak pada produksi semikonduktor dan produk lain yang bergantung pada komoditas itu, termasuk pada gilirannya nanti ialah produksi mobil.